Rabu, 28 Desember 2011

Bentar Lagi Aku Jadi Dokter

Seminggu ini sedang menyelesaikan menulis 350 artikel kesehatan untuk sebuah Lembaga Riset. Tiga Ratus Lima Puluh? Wow! Tunggu dulu, setiap judul hanya dua paragraf kok. Ups, tetapi "hanya" itu tidak bisa disepelekan, masalahnya seringkali untuk menulis satu judul saja, menemukan bahannya dengan membaca hingga tiga bahan, memastikan kebenarannya. Tapi ada juga yang mudah banget nulisnya, tinggal kopi paste deh. Ups, tapi tetap harus bisa dipertanggungjawaban. Kalau ada nama jurnalnya, atau dokternya biasanya tak diragukan lagi.

Namun, beberapa hal, ada bahan yang isinya muter-muter, padahal intinya cuma sebaris. Ini juga persoalan menulis efektif. untunglah pernah jadi wartawan koran, pernah digembleng Pak Pur (Redakur KR, dosen tamu di UGM), bagaimana menulis agar tidak menambah-nambah kalimat atau kata yang tidak penting.

Lumayan mabok tulisan, menulis sebanyak itu. Buku materinya sudah tidak mencukupi untuk bahan tulisan, jadi searching. Tiap hari membaca artikel kesehatan. Bentar lagi, sepertinya aku jadi dokter. Hahaha.

Pokoknya enjoy this life Lel!

Apa Sebenarnya yang Disebut Gaul?

Beberapa waktu lalu aku bercakap online dengan seorang teman lama:

Temanku (sejak aku pindah ke Jakarta, kami tak pernah jumpa): Kamu tambah gaul. Selama di Jakarta, apa ada yang membuatmu berubah?
Aku : Soal apa? pergaulan? Tidak ada yang berubah. Bahkan soal bahasa, aku masih pakai "aku-kamu", hampir gak pernah pakai "gue-loe". 
Temanku: Apakah kamu masih shalat?
Aku: (Gubrak! pertanyaan model apakah itu? Hehehe. It's okay.). Ya masihlah, meski masih susah untuk selalu tepat waktu. Tidak ada yang berubah. Aku masih muslim. No wine, no pork, also no kiss and no sex until merried. :-).

+

Karena temanku non-muslim yang (setahuku dulu) biasa minum wine, jadi aku perlu menjelaskan panjang begitu. Dulu saat kami masih sering bersama, aku pun menjelaskan batasan pergaulan seorang muslim senada dengan itu. Karena prinsip dasar dalam pergaulan sebagai muslim ada hal-hal yang harus dihindari, diantaranya hal-hal itu: menghindari minuman memabukkan, tidak makan daging babi (sebenarnya bukan hanya babi, tapi aku tidak sedang membahas soal fiqih, ntar tambah ruwet), menghindari zina -mungkin setiap orang bisa jadi berbeda dalam melihat batasan "mendekati zina" dan aku setuju, kalau ciuman adalah termasuk hal mendekati zina, apalagi lebih dari itu.

Dulu, aku dan temanku tersebut pernah menghadiri acara dimana di sana disediakan "wine", sebelum berangkat aku perlu memastikan bahwa dia gak akan minum wine di tempat yang akan kami tuju. Tepat sebelum berangkat, aku minta dia berjanji untuk tidak minum wine hingga pulang. Kalau dia hendak minum, lebih baik aku tidak ikut berangkat ke acara. Karena itu akan membuatku repot saat pulang, kami naik motor bersama. Syukurlah dia menepati janjinya.

Temanku itu pernah curhat kalau dia sebenarnya nggak suka minum-minuman memabukan itu, tapi karena diajak teman-teman jadi nggak enak kalau gak minum. Jadi, kadang-kadang dia minum demi tuntutan pergaulan. Hm...

Hm, apa sebenarnya yang namanya "gaul" itu? Aku juga gak paham apa yang dimaksud "gaul" bagi dia atau bagi orang-orang. Tapi aku tahu banyak teman-teman berkualitas, secara mental ataupun intelektual, yang menurutku keren dan gaul, yang punya prinsip tersendiri menentukan batasannya sendiri, dan kebanyakan mereka tidak minum-minuman keras dan paham batas pergaulan.

Yang ingin kusampaikan di sini, setiap orang punya prinsip batasan diri masing-masing dan belajarlah untuk menghargai prinsip sendiri. Tidak perlu minum wine jika kita meyakini itu memang tak boleh diminum, bahasa tegasnya haram. Tidak perlu merasa nggak enak untuk menyatakan prinsip. Pada dasarnya orang akan menghargai prinsip orang lain, lagipula prinsip tersebut tidak merugikan siapapun. Jika ada yang mengolok-olok, misal dikatain kampungan karena kita nggak mau minum wine, dibilang gak gaul karena kita gak pernah ciuman, santai saja, justru yang mengolok-oloklah yang kampungan, karena di jaman yang modern seperti ini malah mereka tidak paham bagaimana menghargai hak orang lain. Menghindari hal-hal yang harus kita hindari adalah hak kita.

Juga, kalau ada teman yang beda prinsip dengan kita, itu juga hak mereka.  

Oh ya kalau kamu seorang Islam, anak muda masih belasan tahun dan penasaran rasanya wine. Ah cuma wine kok, gpp kali ya. Ups, jangan menyelepelekan "cuma". Kamu bisa googling, seperti apa rasa wine. Sudah tahu, cukup kan? Tidak perlu coba-coba hanya untuk seteguk yang dapat mengotori tubuh kita. Bagi yang sudah telanjur mencoba, juga tidak perlu mendorong orang lain untuk mencobanya.

Desember 2011
Renungan Akhir Tahun.
Kutululis untuk anak-anakku kelak dan untuk para ponakan. ;-)

Akhirnya Kutulis Tentang Jilbab

Sebenarnya bicara soal jilbab adalah hal yang ingin kutunda. Khawatir bikin kisruh. Yang sudah-sudah, hanya akan memecah hubungan pertemanan yang hangat. Mereka seringkali tidak sepakat dengan yang kuyakini, meremehkan pilihanku, dan kesimpulannya aku tidak perlu membela diri. 

Seringkali teman-teman menulis pesan menanyakan soal aku kenapa gak pakai jilbab. Dan seringkali tidak kujawab, kalaupun kujawab kadang dengan jawaban yang sekenanya agar tidak perlu diskusi yang terlalu serius.

Jika boleh jujur, (saat ini) aku lebih nyaman tidak pakai jilbab, karena aku merasa lebih nyaman menghadirkan diri sebagai manusia universal, tanpa mengenakan simbol agama. Seandainya aku terlahir kristen atau katolik, mungkin aku termasuk penganut taat, namun memilih tidak menggunakan kalung salib, semacam itu.

Tidak ada yang salah dengan simbol-simbol tersebut.  Ini hanya soal aku yang ingin jujur terhadap diri sendiri. Aku juga tidak sedang mengajak diskusi soal "dasar hukum jilbab dalam Islam". Aku dulu berjilbab, bahkan sejak kecil, hingga memutuskan untuk tidak pakai telah melewati semacam pemikiran yang mendalam, sudah membaca banyak tafsir soal jilbab, sampailah pada seperti yang kuyakini saat ini. Bagiku keyakinan itu sakral, bukan sesuatu yang bisa buat main-main, bukan juga sesuatu yang dipaksakan, apalagi diolok-olok.

Aku menghormati mereka yang meyakini kewajiban jilbab dan paham bagaimana mereka merasa berdosa jika membuka jilbab di tempat umum atau di hadapan non mahrom. Juga, tidak ada yang salah bagi mereka yang meyakini jilbab sebagai suatu kewajiban. Aku pernah dalam posisi itu, meyakini jilbab sebagai keharusan. Karena itu, saat itu aku juga pernah mendorong 2 orang teman untuk memakai jilbab dan bahkan mereka pakai jilbab hingga sekarang. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan soal aku sekarang. Itu hak mereka mau menilaiku seperti apa. Hanya saja aku juga tak ingin dikatakan munafik. Aku berusaha menyelaraskan antara hati, perkataan, dan perbuatan. Kalau saat itu aku mendorong 2 temanku untuk memakai jilbab, itu karena saat itu aku juga meyakini demikian dan mengamalkan. Jika saat ini aku tidak pakai karena keyakinanku soal jilbab telah bergeser, aku juga tidak akan mendorong siapapun untuk pakai jilbab. Tidak juga menghalangi mereka yang hendak atau telah pakai jilbab. Aku tidak anti jilbab, aku juga kadang-kadang pakai jilbab saat acara tertentu.

Seorang teman berpendapat, muslimah tak berjibab sama seperti seorang yang mengaku Islam tapi tidak shalat. Menurutku itu pendapat yang gegabah. Keyakinan tentang jilbab tidak bisa disamakan dengan keyakinan tentang Shalat. Dalam konteks diriku, aku begitu mudah untuk meyakini shalat dengan segala aturan gerakannya sebagai suatu kewajiban yang tak bisa ditawar. Begitu juga implikasi shalat, aku yakin jika seseorang shalat secara benar dan khusuk (memahami betul maksud bacaan, menghayati gerakan, dan sungguh-sungguh hadir sebagai hamba di hadapan Tuhan), sungguh akan membuatnya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Aku sangat sepakat, shalat itu meditasi jiwa dan raga. Jika seseorang merasa sudah rajin shalat, namun kehidupannya masih grasa grusu, hambar, banyak mengeluh, tak tenteram dan tidak menentramkan, aku sepakat bahwa orang tersebut perlu introspeksi kualitas shalatnya.

Soal pakaian, aku paham sebagian besar masyarakat di sini akan lebih setuju perempuan memakai jilbab. Aku lebih setuju jika perempuan didorong untuk mengenakan pakaian sopan, baik berjilbab ataupun tidak, inti penekanannya pada sopan. Syukur bisa tampil cantik yang elegan. Pakaian sopan? Seperti apakah itu? Batasan pakaian sopan memang luas, tapi kita bisa bertanya pada hati masing-masing. Jika hati kita mengatakan berlebihan, jujurlah pakaian itu memang sudah berlebihan.

Berjilbab pun demikian, kalau kita berjilbab dan direpotkan dengan pernak pernik ataupun properti yang berlebihan, jujurlah bahwa itu memang berlebihan dan menggeser tujuan sakral jilbab sebagai ibadah. Juga, tidak perlu merasa lebih beriman dibanding mereka yang tidak pakai jilbab. Berjilbab itu baik dan mereka yang tidak memakai jilbab bukan berarti tidak baik.

Jika Anda tidak sependapat denganku soal jilbab atau soal pakaian, percayalah itu bukan hal perlu diperbesar. Aku masih meyakini hukum jilbab adalah soal yang bisa diperdebatkan di kalangan ahli tafsir. Yang berbeda tidak perlu diruncingkan perbedaannya. Yakinilah apa yang sudah Anda yakini selama ini dengan tenang. Jika masih dalam tahap mencari, di era dunia yang kian terbuka seperti ini, banyak sekali sumber yang bisa diakses untuk mendapatkan jawaban. Akan lebih baik jika kita fokus memperbaiki diri dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Hayatilah agama dengan lebih luas dan jujur.

Akhir Desember 2011
Renungan Akhir Tahun.

Minggu, 25 Desember 2011

KIsah Baru Mungkin Akan Dimulai ;-)

Tahun ini seperti mengikuti ajang Take Me Out. Sejumlah kawan coba menjodohkan aku dengan A, B, C, D. Dengan A. Dia memberi sinyal, temannya menegaskan ulang. Sepertinya dia orang baik, tapi aku lebih nyaman memposisikan teman, tidak lebih. Dan, akan selalu begitu. Dengan B, coba dijalani, kupikir sungguh akan berhasil, ternyata bubar juga. Dengan C, mau dikenalkan sama teman, aku baru dengar nama dan profilnya, tapi saat itu lihat fotonya kecil banget. Dia gak yakin mempresentasikan dirinya, aku pun nggak jadi nggak yakin untuk mencoba jalin hubungan. Dengan E, dia memberi sinyal, tapi entah serius atau becanda, tapi bagiku memang dia lebih baik jadi teman saja.

Terakhir, akhir bulan Desember ini, seorang teman mau mengenalkan aku dengan, sebut saja F. Aku diberi tahu profilnya, asalnya, alumni mana, fotonya, dan sudah sedikit aku coba telusuri kebribadianya lewat foto dengan teman-temannya di facebook, caranya menjawab komen, cara merepresentasiklan diri. Kukatakan di awal pada temanku yang mau ngenalin aku padanya, bahwa yang akan dikenalkan padaku anak baik-baik nggak minum2an keras, nggak suka clubing, gak parti2. Temanku jamin itu. Good.

Aku coba  lihat-lihat ulang, bongkar Facebooknya, cari informasi sebanyak-banyak tentang dia dan kepribadiannya. Firasatku mengatakan dia laki-laki yang baik, kalem, nggak show off, sederhana, dan percaya diri. Good.

Apakah kami jadi kenalan? Entahlah, aku juga belum tahu apakah temanku sudah mengenalkan aku padanya atau belum. Atau, meskipun sudah, belum tentu lelaki yang bersangkutan bersedia kenalan padaku. Hehehe. Secara, dia katanya habis putus sama pacarnya. Aku juga kan baru bubar hubungan sama Mas Santo, hehe.

Kalau nanti kami kenalan, juga belum tentu saling cocok. Duh, diawal aku kok sudah mikir gak sukses jalin hubungan ya? Soalnya aku juga belum tahu benar pribadinya. Kalau sungguh pertemuan dan kebersamaan kami baik di mata Allah, semoga jalannya dimudahkan. Kalau misal Allah nggak ridha, semoga (aku ataupun dia) segera menemukan jodoh terbaik.

Depok, 26 Desember 2011

Dia Gay, It's OK.

Ini Cerita Fiksi yang diangkat dari kisah nyata.

Aku baru menyadari benar kalau dia gay. Sejak dulu memang dia sering menyinggung soal gay. Di sela-sela pembicaraan yang tak ada hubungannya dengan gay, dia sering tiba-tiba mengaitkannya dengan gay. Suatu hari aku ingin menonton film drama, dia bilang "I just watch action movie. Man who watch drama is gay." katanya begitu.

Ah iya, dia sejak SMA kuliah sekolah di Swedia, lalu kuliah di sana hingga kini bekerja di sana. Dia lebih sering berbahasa Inggris, meski bahasa Indonesianya fasih. Dia berbicara dalam tulisan. Sudah terlalu lama dia di Eropa, hingga ketinggalan momen bagaimana remajanya.

Bla,.. bla..

Dia akhirnya mengakui gay padaku. Tapi orangtuanya tidak tahu. Dan jangan sampai tahu. Ini bisa jadi kiamat kubro bagi ayahnya yang pernah terkena struk. Juga, ia tak ingin mamanya terluka mengetahui kenyataan ini. Jadi, ketika mamanya mengenalkan dengan seorang perempuan yang diniatkan untuk jadi calon istrinya ia tak kuasa menolak.

Yang lebih penting, perempuan itu baik. Gadis baik-baik, pintar, dan punya karir yang baik untuk masa depan. Dia setuju dengan rencana pernikahan bulan agustus tahun depan. Semua mulai disiapkan. Mulai dari  memilih gedung, baju pernikahan, hingga mencatat tamu yang hendak diundang.

Tibalah saatnya sebulan sebelum ikatan sakral itu diremcanakan, saat dia mendesign undangan, dia tiba-tiba semacam mendapatkan satu pencerahan bahwa ia tak boleh menyakiti perempuan itu hanya demi  pernikahan yang sesungguhnya tidak ingin ia lakukan. Ia menyadari bahwa terhadap perempuan itu bukanlah cinta, hanya semacam memahami perasaannya. Dia lebih tertarik dengan teman lelakinya.

Atau, mungkin dia hermaprodit. Suka laki-laki sekligus suka perempuan. Tapi sekali lagi ia merasakan perasaan yang aneh, semacam dorongan bahwa ia harus jujur pada perempuan calon pengantinnya bahwa ia gay.

Kejujuran itu dilontarkan tentu tidaklah mudah. Perempuan itu pertama kali mendengar tidak percaya, dikira becanda. Tapi setelah 5 hari kemudian, perempuan itu kahirnya paham bahwa memang benar sepertinya selama ini dia hanya sibuk dengan pernikahan untuk dirinya sendiri. Lelaki itu hanya semacam pelengkap atau entahlah sulit dilukiskan.

lelaki itu tidak berani untuk mengatakan putus. Dan lagi-lagi, ia hanya meminta maaf sembari menyampaikan kalimat semanis mungkin agar perempuan tetap tegar menghadapi ini. Ia katakan bahwa perempuan itu akan mendapatkan lelaki yang lebih pantas untuk memberikan kebahgiaan. Dan ia akan memilih jalannya sendiri.

perempuan itu pun akhirnya memahami dengan lebih sadar, namun ia memberi syarat kepada sang lelaki agar orang-orang tidak perlu tahu alasan pembatalan pernikahannya. Katakan pada semuanya bahwa mereka membatalkan pernikahan atas dasar pemikiran yang matang.

Akhirnya dengan keputusan bersama, perempuanlah yang memberitahu bahwa pernikahan batal kepada keluarga laki-laki. Sang ayah langsung limbung dan dadanya nyeri. Perempuan memberi lewat telepon langsung ke mama sang laki-laki. Mama menyampaikan dengan baik-baik pada ayah yang sedang membuka menatar buku di rak.

Ayahnya syok dan merasa terhina, karena ia sudah memberitahu kepada seluruh kerabat dan teman-teman tentang rencana pernikahan anak lelakinya bulan depan. Meski pemberitahuan telanjur menyebar dari mulut ke mulut, meski belum ada undangan.

Sang lelaki tak berani memberitahu langsung kepada sang ayah. begitupun ibunya bingung, karena anaknya hanya bilang bahwa pernikahan batal karena banyak hal yang tidak cocok. Kini keluarga mereka sedang dilanda prahara yang tak biasa.

bagi sang lelaki ini suatu kelegaan, karena ia bisa menyatakan keadaan dirinya

Rabu, 21 Desember 2011

Meditasi Kesadaran

Hingga hari ini, 20 Des 2011, blog ini masih privat. Tidak kuberitahu pada umum. satu-satunya teman yang kuberitahu adalah Tika. Itupun dulu hanya 1 tulisan. Mungkin selanjutnya dia belum tentu baca. Hehe

Tulisan-tulisan di sini memang belum saatnya orang tahu. Artinya, orang tahu atau tidak, saat ini tidak begitu penting buatku. Aku hanya senang menulis apa saja di sini, tadinya tidak tahu entah karena apa, semacam melapas perasaan lega. Namun kini aku mulai bisa mengartikulasi bentuk yang kulakukan ini sebagai meditasi kesadaran.

Saat menulis ini aku sedang menulis artikel kesehatan singkat 70 judul perhari dalam 5 hari. menurutku pekerjaan yang cukup mengasah kemampuanku mengolah data dengan lebih efektif.

Dari salah satu bab di buku kesehatan dimana aku mengolah data, meditasi kesadaran adalah salah satu cara melatih otak untuk memerhatikan dan mengapresiasi detail pengalaman, sehingga dapat merasakan kenangan dari suatu peristiwa dalam hidup dan memperolah manfaat kesehatan secara nyata.

Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa orang seringkali sangat terintimidasi dengan praktiknya, tapi meditasi kesadaran ini benar-benar  sangat sederhana. Kita cukup duduk tenang dengan mata terpejam dan membayangkan salah satu aspek dari pengalaman yang baru-baru ini, berkonsentrasilah pada satu hal dalam waktu tertentu. Hal tersebut akan membuat otak semakin kuat.

Dalam konteks aku menulis blog pengalaman sehari-hari, aku telah melaukan Meditasi Kesadaran. Aku menuliskan rinci, mengingat momennya secara detail. Mengedit tulisan, secara tidak langsung, menata ingatan kenangan lebih struktur.

Ini adalah blog kelima yang kumiliki. Blog tertua adalah blog Friendster, aktif sejak 2004-2011. Juni 2011, Friendster tutup, ratusan tulisanku lenyap. Kedua, Multiplay, aku hanya menulis beberapa judul dan mengunggah sejumlah foto. Ketiga, Wordpress, berhubung lupa password, jadi tak pernah kubuka lagi. Keempat, Kompasiana. Aku agak sungkan menulis di sana soal harian. Menurutku lebih tepat menulis suatu topik yang diolah dengan matang dan profesional. Kelima, blog privat, banyak hal tentang personal, jadi layaknya rumah villa tempat aku menenangkan diri.

Ah iya, aku punya dua blog lagi di blogspot yang lupa namanya. Satu, berisi kumpulan tulisan berita yang kuliput. Satu lagi tentang catatan yang perlu kupelajari untuk mengenal bahasa dan budaya Jerman. Dua blog ini kuanggap buku yang hilang. Sebenarnya bisa saja kucari, hanya saja kubiarkan tersimpan dulu.

Selain itu ada juga Notes Facebook, karena pernah setting de-active di bulan Juli, 200an tulisanku hilang hingga kini tak kembali.

Sejumlah orang, termasuk aku, memang sering curhat di tulisan. Seringkali, aku berpikir entahlah ini untuk apa. Mungkin semacam melepas perasaan lalu berakhir lega. Sebelum aktif di blog, aku pun menulis diary, saat aku lulus kuliah dan packing pulang, diariku lebih dari 30. Itu diari sejak SD hingga kuliah, yang kuboyong ke Jogja hendak kubawa pulang kembali ke Kebumen. Sebelum dibawa pulang, 10 diantaranya kubakar. Tidak ada alasan khusus, hanya ingin membakarnya saja, tidak ingin terlalu terikat dengan hal-hal yang sudah berlalu. Karena ketika membuka diary, jadi ingin membacanya hingga akhir. Beberapa diary kukunci dan kunci kulenyapkan. Atau kupita kuat-kuat.

It seem like nothing and maybe it means nothing. I dont know why I did and am doing it. Peristiwa menulisnya itu barangkali semacam Meditasi Keasadaran. Kalau dulu aku melakukannya hanya terdorong insting. Sekarang, aku melakukannya dengan lebih sadar. Aku sedang menulis sesuatu, menata ingatan, dan mengabadikan.

Selasa, 20 Desember 2011

Ingin mengasah mental dengan jadi sales!

Aku ingin belajar jadi sales!

Hah? Sejak dulu aku tak pernah benar-benar tertarik jualan. Pernah iseng jualan baju saat jaman kuliah, tapi hanya iseng, untung syukur, gak untung ya sudah gpp. Karena saat itu menemukan baju murah-murah, lalu kujual ulang. Lalu jualan asesoris, itupun sambil lalu. Namun, sejak baca buku Merry Riana, aku ingin mengasah mentalku untuk jadi interpreneur. Namanya orang jualan, tujuannya mendapatkan untung. Harus disiplin bagaimana caranya mencapai target dapat untung. Aku harus mampu closing, dalam konteks apapun. Menyelesaikan tulisan seefektif mungkin. Bertemu dengan orang, kalau sudah diniatkan ketemu, harus ketemu, meski hanya 'sai hello'. Seolah tiada artinya hanya bertemu, namun di baliknya banyak arti, karena seseorang itu seringkali 'sesuatu' aset.

Aku ingin menjual produk keuangan dan produk kecantikan. Belajar meyakinkan orang atas kebutuhannya. Ini bukan bisnis semata, tapi soal bagaimana aku melatih diri bisa dipercaya dan diandalkan. Ini sangat bagus untuk mengembangkan diriku. 

Sekarang, I am freelancer in writing (and journalism), consultant at PT Prudential Live Assurance, and consultant at d'BC. Bekerja dengan waktu yang tak terikat. Ini pas untuk keadaanku yang secara fisik belum kuat untuk ke sana sini dengan jadwal terikat pasti.

Konon perempuan mampu multitasking, aku ingin membuktikannya. Ini bukan untuk gaya-gayaan, namun sungguh untuk menghidupi diriku dan self maintaining agar terus menghargai hidup. 

Kemarin (19 Desember 2011) dalam sebuah acara refleksi "Dari Dunia untuk Indonesia' oleh Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (i-4) bekerja sama dengan Kemenristek, seorang pembicara mengatakan bahwa seorang profesor mustinya juga berjiwa interpreneur. Bukan hanya bisa penelitian, tapi mampu menjual produk penelitiannya dengan nyata. Inspiring!

Aku ingin bisa menjual. Juga harus kuliah setinggi-tingginya. Juga, dalam acara itu, my bos (Profesor X) bilang kita harus sekolah sampai Ph.D, karena itu jenjang intelektual tertinggi. "Soal pekerjaan, lain lagi," lanjut beliau. Beliau bercerita, anaknya berhenti kuliah, tidak menyelesaikan Ph.Dnya di Jepang karena ilmu yang digeluti nantinya tidak ada guna di Indonesia (jurusan Cryptology). My bos menyarankan agar anaknya tetap selesaikan S3, mengenai pekerjaan bisa lain lagi. Beliau akan buatkannya bengkel tambal ban di depan rumah sebagai kerjaan untuk hidup (entahlah ini hanya berkelakar atau sungguhan), mengingat profesor ini telah melakoni banyak pekerjaan, mulai dari periset, wartawan, investigator, founder lembaga riset, founder penerbit dan percetakan, hingga loper koran. Hebat kan? Inti terhebatnya bisa bermanfaat buat banyak orang, puluhan mahasiswa dan pelajar ia biayai, sekian kepala keluarga bekerja padanya, dekat dengan semua kalangan, mulai dari preman hingga kepala BIN dia rangkul. Orangnya juga santai, sangat! Kemana-mana pakai pakaian preman dan sandal. Sekalipun belum pernah kutemukan pakai jas dan dasi. Gak akan habis aku menulis tentang beliau di sini.

Aku sering memperhatikan detail setiap langkah beliau, bagaimana beliau bisa punya relasi yang begitu banyak dan setiap beliau bicara, semua orang mendengar dengan seksama. Beliau memang salah satu orang yang memiliki kharisma. Beliau senang mengajak ngobrol orang baru yang ketemu di jalan. Mulai dari kasir buku, petugas cek bandara, pramugari, mafia, hingga jenderal dia ajak becanda. Konsentrasi beliau sangat bagus. Aku pernah naik pesawat bersebelahan sama beliau. Saat operator pesawat (entahlah apa ya namanya, yang ngasih woro-woro sebelum pesawat terbang) menyampaikan nomer penerbangan, dia menyimak kalau yang dikatakan 'operator' itu keliru menyebut nomor. Aku yakin seisi pesawat nggak ada yang menyimak. Aku lihat kanan kiri nggak ada yang komplain, tapi beliau segera bilang ke pramugarinya.

Dia juga bisa 'menghilang', kalau sedang tak ingin diganggu. Tidak heran, karena belaiu juga membina para aktifis, anak jalanan, dan inteligen. Orang lapangan. Suatu kali beliau harus menjadi pembicara di suatu acara kumpulan reserse di suatu propinsi. Acara itu untuk pagi hari, malamnya polisi sudah menjemput beliau di bandara. HP beliau mati. Polisi tidak menemukan jejak. Begitu juga di hotel. di jakarta. Tak ada. Karena saat berangkat beliau bersamaku, maka HP-ku semalaman hingga pagi bolak balik berdering dihubungi polisi yang kelimpungan mencari beliau. Jujur, aku juga saat itu tidak tahu beliau dimana. hehehe. Kami berada di hotel yang sama, tentu saja beda kamar. Saya sempat tahu kamar beliau, namun setelah itu beliau pindah dan berpesan ke resepsionis hotel untuk dirahasiakan nomer kamarnya. Kenapa saya berada di sana? Sudah kukatakan karena beliau pembina inteligen, jadi peran saya itu juga sebagai detektif. (Hahaha. Jangan percayaku, seorang inteligen tak akan ada yang mengaku sebagai inteligen!). Aku di sana untuk mengumpulkan sejumlah data kegiatan jenderal X untuk kepentingan lembaga riset.

Oh ya, kembali ke soal cara beliau jam 6.30 pagi. Hingga 5 menit sebelumnya beliau masih belum muncul. semua pembicara dan peserta sudah siap. Tiba-tiba sudah ada di tempat duduk pembiacara, tempat pada waktunya. Weleeeh!

Btw, sebagai peneliti LIPI, beliau seorang PNS. gajinya hanya cukup untuk membayar 2 supirnya. Tapi bagaimana bisa menghidupi banyak orang? "Bisa saja, ngerampok juga bisa." terang beliau di acara yang kusebut di awal. Entah itu cuma becanda, atau merampok beneran. Silakan kalau ada penyidik yang mau investigasi. Hehehe. Beliau juga sedang mengembangkan bisnis kelapa sawit dan membangun ratusan rumah baca. Kenapa bisa begitu? Karena relasi yang luas dan strategi yang tepat. Orang-orang menaruh kepercayaan.

Apa kaitannya dalam konteks menjual? Kita harus mengembangkan potensi diri secara optimal. Termasuk mengoptimalkan daya guna waktu luang dan strategi menjual. Produk yang sama dijual oleh pihak yang berbeda, bisa memiliki nilai yang berbeda di mata calon costumer. It's about trust!

Nah, tadi aku mau cerita apa ya jadi lupa.
Intinya aku harus belajar menjual produk, menjadi interpreneur dan tetap mewujudkan cita-cita untuk kuliah hingga jenjang tertinggi. Aku ingin sekolah himgga tingkat doktoral. karena itu pencapaian tertinggi derajat keilmuan secara formal. (boleh dong ya punya cita-cita). Mengenai pekerjaan, boleh lain lagi. Jika kelak gelar doktor-ku tidak bisa memberiku penghidupan, maka sejak dini aku harus mempersiapkan skill untuk bisa survive dan maju dalam hidup. Ini juga bukan gaya-gayaan dapat gelar, ini tentang menghormati hidup dan kesempatan. 

Bismillah, La haula walaa quwwata illa billah.

Jumat, 16 Desember 2011

Tiga Bulan yang Luar Biasa

Tiga bulan terakhir yang luar biasa, kondisi fisik yang diuji (di titik terlemahnya, sekian waktu lalu berhari-hari aku tidak bisa jalan lebih dari 50 m, karena setelah itu aku akan pinsan), kisah kasih yang kandas, dan bla bla blah. Semua manusia pasti diuji, semoga ujian sakit tersebut bisa menghapus dosa-dosaku. Amin. Dan ujungnya, sekian hari ini tambahan kekuatan jiwa raga yang luar biasa. Subhaanarabbiyal 'adhimi wa bihamdihi. Semoga kekuatan ini selamanya hingga akhir masa. Tidak terlupakan, teman-teman yang terus memberiku semangat dan doa, meski mereka tidak langsung di depan mata, tapi selalu menghidupkan hati. Itu sungguh berarti. *_^

Kondisi fisikku saat ini semakin membaik dan semoga terus membaik. Namun, tetap masih terapi berjemur di bawah matahari pagi dan menghindari terkena terik matahari siang. Laa haula walaa quwwata illa billah. Jika terpaksa di tengah siang harus keluar ke jalanan, membuang rasa malu untuk memakai payung. :-)

Aku yakin, usai melewati rasa cemas dalam sakit itu akan melahirkan spirit baru yang akan mengubah hidupku, jiwaku akan semakin tenang, lebih terkendali, lebih efektif menghadapi apasaja, belajar dari Nabi Muhammad yang lembut serta tidak mudah mengeluh, dan menyertakan Tuhan dalam setiap nafas. Iyya kana'budu waiyya kanasta'in. 

Kamis, 08 Desember 2011

Beri Aku Kesempatan

Ya Allah, aku ingin bekerja di BUMN itu. Amin.
Aku sudah melamarnya via email. Kurang apalagi ya?
Semoga itu jalan terbaikku untuk menjadi orang yang lebih berguna, mengamalkan ilmu Biologi, dan Kau ridhoi ya Rahman. Amiin

Terima kasih.

Dear God

Allah help me, really need your help.
Strengthen me to decide my life, to be better person, get life better. Thank you.

Ingrid and Luke

Setelah beberapa hari tidak mengikuti Youtube Ingrid dan Luke, akhirnya barusan buka lagi. Ingin tahu kabar terbaru apakah mereka sudah jadian? :D. Btw, keduanya adalah anak muda dari Amerika. Inggrid umur 22 tahun, lulusan Teknik Arsitektur (di Eropa) yang hobi merekam dirinya menceritakan sesuatu di kamar. Biasanya tentang tips kecantikan. Kadang juga, videonya saat jalan-jalan, saat di mobil, di mall,  juga saat main ke kos-kosan Luke. Ingrid menyadari keanehannya mengapload video hariannya, tapi dia tidak peduli dengan persepsi miring orang-orang. Kalau menurutku sih nggak aneh, malah positif. Karena berbagi informasi. Membuat aku merasa Jakarta-Amerika lebih dekat daripada Jakarta-Maluku. Namanya anak muda yang suka mengabadikan kenangan seperti Ingrid dan Luke, hidup dijaman digital dan internet, seperti tutup menemukan botol. Mereka juga menyajikan video itu dengan tanggungjawab, elegan, kadang natural. Menurutku bentuk cerita harian yang menarik.

Btw, tentang Luke, dia nggak pernah ngaku umurnya berapa. Awalnya aku menebak mereka seumuran. Namun sebuah youtube (sepertinya milik teman Luke mengungkap Luke umur 30). Dari diskusi para komentator salah satu video, banyak yang kaget soal umur Luke. Soalnya nampak jauh lebih muda dari usianya. Luke punya band, penulis lagu, dan penyanyi. Luke tinggal bersama teman bandnya.

Sejauh yang kutahu terakhir, Luke dan Inggrid bersahabat. Mereka masing-masing punya video harian. Punya alamat youtube lebih dari satu. Youtube Ingrid banyak membahas soal gaya hidup seperti koleksi syal, cara menata rambut, cara mematch warna kutek, pilihan kosmetik yang OK, tips pakaian menghdapi wawancara kerja, tentang kuliah di luar negeri (Inggrid dari Amerika, namun menempuh kuliah di Eropa) hingga soal keluarganya. Ayahnya sudah meninggal. Ia pernah menghadirkan mamanya juga di video. Kamarnya rapi (beda dengan kamar Luke. Haha). Inggrid juga (menurutku, sejauh yang kuamati) seorang yang normatif, anak manis, anak rumahan, dan nggak urakan. Inggrid menyebut kegiatannya sebagai adventures of a self beauty nerd. ;-)

Youtube Luke banyak soal musik. Ia menyanyi, atau kadang lipsin dengan video klip yang dibikin sendiri. Luke pernah bikin lagu yang judulnya Chistina. Chistina adalah salah satu yang dulu sering muncul di youtube Luke, dan sepertinya bagian dari band Luke, ia juga punya alamat Youtube sendiri. Christina seorang yang lebih ekpresif, lebih 'berani'. Beda karakter dengan Inggrid.

Kayak kurang kerjaan ya aku mengikuti kegiatan harian mereka. :D. Pertama, jadi tahu detail gaya hidup anak muda di belahan bumi nun jauh di sana. Kedua, membuat bahasa Inggris lebih familiar di telinga.  Btw, aku dan keponakanku (19 tahun) punya hobi sama, rajin mengikuti alamat youtube tertentu. Biasanya youtube talkshow, seperti serial TheEllenShow (favoritku), kalau favoritnya serial talkshow komedi boyband Jepang, sampai daftar musiknya Jepang mania. Maklum, channel TV di rumah masih lokal semua. Mungkin nampaknya itu hanya video harian dan nggak penting, tapi jika kita bisa melihatnya dengan positif, banyak hal positif yang bisa dipetik. Keep positive thinking and feeling.

Time Will Heal Wounds

Has the sun set, why there is still a shadow that has not lost yet? Outside there are storm and rain, are those the signs that tomorrow morning we are really no longer able to continue the journey? Is it true that we are facing a story that will not be eternal?

I wonder what happens with my heart, if I'm still here, not moved from this story, perhaps to answer these questions while waiting for the morning. Or just making sure the sun tomorrow able to warm a lot of frozen hearts. Until I calm down when the rain start to erase my tracks, memories and times will make you more courage to face the life and make me have a willing heart.

I've tried my best and I think you do the same. This is not an easy decision, but please do not have revenge. Outside of us really requires us to put an end to this story. I can understand if you chose did not greet me again, even though as a good friend. I never hurt you, so please do not also look for ways to hurt me in order to I hate you and forget you as you expect. Lets try being more adult. Such separation is painful enough for me (maybe for you too?), but I do not hate you and do not forget you.

If today I remember you and write this, it's because I appreciate your presence in my life. For me, not easy to say goodbye, but  in other way you really have done.

Depok, 8 December 2011

Selasa, 06 Desember 2011

Bayam

Akhir-akhir ini kondisi tubuhku sedang sangat ngedrop. Berdiri selama 10 menit rasanya tak sanggup, tubuh terasa tawar, tak bertenaga, kaki lemas dan kepala kunang-kunang, tiba-tiba kaki sudah tidak merasa menapak di tanah, makanya limbung. Jadi ketika tidak yakin kuat menempuh perjananan, menghindari aktifitas yang berdiri lama dan menghindari pergi sendirian. Sudah sekian kali pingsan, nggak lama sih pinsannya, paling lama 3 menit. Biasanya begitu jatuh, segera langsung siuman. Percayalah suatu hari aku akan sehat seperti semula, bisa menembus panas terik dan hujan badai dengan sehat walafiat. Amin.

Intinya sih karena darah rendah. Banyak orang memberi saran untuk banyak makan bayam. Karena bayam mengandung zat besi tinggi sebagai pembentuk sel-sel darah merah. Selain itu aku memang sedang tertarik mau berkebun di rumah, memanfaatkan lahan sempit. Diawali dengan ingin menanam bayam. Maka, suatu pagi saya beli bayam di penjual sayur yang lewat, 3 ikat. Dua ikat untuk dimasak, 1 ikat rencananya untuk ditanam. Bayam yang kubeli sepertinya bayam cabut, karena ada akarnya. Yang ditanam akarnya atau potongan tunas atasnya ya? Ternyata aku baru menyadari kalau tidak tahu cara menanam bayam.

Padahal masa kecilku di kampung. Tapi di desaku, petani tidak menanam bayam, melainkan padi. (*cari alasan). Btw, kamu katanya lulusan Biologi lho Lel, nggak tahu cara menanam bayam? Tapi di kampus tidak belajar menanam bayam, belajar tumbuhan secara umum. Bukankah Biologi itu berarti ilmu yang memperlajari mahluk hidup, right? Apalagi mahluk hidup yang lazim di sekeliling kita, mustinya juga kita sedikit perhatian. Cuma bayam. Halo? Masa nggak tahu Lel! Baiklah, sebentar aku cari handuk dulu, buat nutup wajah. *Malu.

Baiklah, sebelum menanam bayam baiknya kita lebih mengenal bayam lebih dekat.
Bayam dikenal sebagai sayuran super karena banyak kandungan gizinya. Selain zat besi yang tinggi, juga mengandung vitamin K, A, C, B1, B2, B6, dan folat. Juga kandungan mineral seperti magnesium, mangan, magnesium, kalium yang bagus untuk tulang.

Khasiat bayam yang kaya nutrisi juga dapat menurunkan kolestrol, gula darah, menurunkan tekanan darah, dan melancarkan peredaran darah. Juga, mencegah kanker usus, diabetes dan ginjal. Namun, bagi penderita nyeri sendi, asam urat, dan rematik sebaiknya memakan bayam dalam jumlah terbatas karena kandungan zat purin di dalamnya bisa memicu kambuhnya sakit tersebut.

Jadi, bayam memang pantas menjadi satu sayuran yang wajib masuk daftar belanja (dan daftar tumbuhan yang akan ditanam).

Karena bayam tidak boleh diolah sembarangan, ada beberapa catatan penting :
1. Bayam tidak boleh dipanaskan ulang, karena kandungan Fe2+ dapat berubah menjadi racun jika teroksidasi dengan Fe3+.
2.Bayam tidak boleh dipanaskan lebih dari 5 jam, karena kandungan nitrat akan menjadi racun di dalam tubuh yang menyebabkan tubuh tidak bisa mengikat oksigen, sehingga sel tubuh kekurangan oksegen.
3.Hindari memasak bayam dengan panci alumunium (ini mungkin agak sulit, karena di dapur kebanyakan propertinya alumunium.) karena zat besi dalam bayam akan bereraksi dengan bahan alumunium dan bisa menghasilkan racun.

Kembali ke perkara awal, menanam bayam. Setelah searching budidaya bayam, ternyata bayam ditanam bukan dari akar ataupun pucuknya, melainkan bijinya! Hwaaa. *melirik 1 ikat bayam yang dibeli dari penjual bayam tadi pagi. Krik.. krik..

Kenapa perlu menanam sendiri? Karena kita bisa mengontrol kehigeniesannya. Dengan cara organik, yaitu tanpa pupuk dan insektisida, hanya perlu tanah dan disiram. Bisa dengan mengganti aktifitas menanam bunga dengan menanam sayur. Menurut praktisi tanaman organik, tanaman sayur bisa tumbuh cantik seperti tanaman bunga yang biasa kita tanam. Jadi, rencananya dimulai dari menanam bayam. ;-)

Atau Jadi Ibu Rumah Tangga Saja?

Bukankah dulu aku juga sudah pernah meniati jadi ibu rumah tangga saja, tapi Allah memberiku kesempatan berkarir. Jadi tahu kemampuanku sampai dimana, kekuranganku yang perlu ditingkatkan apa saja, juga bagaimana membangun masa depan yang lebih mandiri.

Kalau seandainya ketemu jodoh dalam waktu dekat, aku berharap punya kesempatan kuliah lagi di Eropa. Terus dia gimana ya? Ya dia juga harus ke Eropa juga. Lha, dia ngapain? Nunggin istri. Lhoh?! Duh, kok malah jadi mumet. Nah, makanya jangan mikir jodoh dulu lah.. :D. Maksudnya, aku yang nunggu dia kuliah di Eropa. Dia kuliah, aku kuliah gitu. Amiin.

Sami'allaa huliman Hamidah

Akhir-akhir ini serius banget ingin kuliah lagi, ke LN. Kayaknya memang harus benar-benar niat. Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Sami'allahuliman Hamidah. Kalau soal jodoh, kali ini bonus. Jodoh kok bonus ya?! Hihihi.

Why Eropa?

Aku sedang daftar beasiswa program sandwich Asia-Amerika, tapi pikiranku kok ke Eropa terus ya. Ini karena rasanya di Eropa suasana persahabatannya lebih hangat. Juga, kayaknya siatusinya lebih nyaman. Nggak tahu juga ding, cuma hasil survei pribadi aja sih..Harus mulai lihat-lihat universitas di Eropa nih.

Sabtu, 03 Desember 2011

Ijinkan Aku Lihat Eropa yaa Allah..

Ya Allah, aku ingin sekali melihat cantiknya alam Eropa dan merasakan suasana pendidikan di sana. Tapi aku tahu mengukur diri, bahasa Inggrisku pas-pasan, nilai akademikku pun berkecukupan alias cukup (ngerti kan arti cukup? Cukup untuk lulus. Hehe.). Tapi bukankah aku bisa menulis ya (ho oh po?), buktinya jadi pernah wartawan, punya notes Facebook lebih dari 200 judul (lha isine mung curhat je! :D).

Sore ini tubuhku tiba-tiba dingin lagi, padahal sedang di jalanan Jakarta (mau ke mall beli sepatu, sama sahabatku Nony). Nggak jadi beli sepatu karena aku khawatir pingsan, jadi nggak berani ke dalam. malah cuma duduk di teras mall, nunggu taksi untuk kembali lagi. Tubuhku akhir-akhir ini lemah banget, aku yakin karena kurang darah. Aku akan berusaha makan makanan yang bergizi. ya Allah, tambahkan kekuatan pada jiwa dan ragaku. Aku ingin berumur panjang, memiliki jiwa raga yang kuat, hidupku berguna, membangun keluarga yang bahagia, dan merasakan suasana Eropa. Amin yaa Allah.

Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu agar aku bisa mewujudkan cita-citaku.

Kenapa Eropa? Entahlah. Dulu jaman kuliah memang ingin sekali ke Eropa, lalu berubah ingin ke Amerika, tepatnya ke Illinois karena prof benalu yang kutahu publikasinya ada di Soutern Illinois University. Namun, setelah melihat lebih jauh lagi, nampak Eropa (seperti Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol) serasa lebih ramah ketimbang Amerika. Amerika juga nampak banyak kejahatan (terpengaruh Film thriler Hollywood. :D). Selain itu, persahabatan dan persaudaraan pelajar-pelajar di Eropa nampak lebih erat. Sementara di Amerika nampak mahasiswa Indonesia sendiri-sendiri, ternyata memang benar (kata Mbak Retno, perkumpulannya memang tak sesolid Eropa dan Ausralia).

Kalau di negara-negara lain ada PPI (persatuan pelajar Indoesia) di luar negeri, nampaknya di Amerika entah ada entah tidak. Dulu ada, namanya Permias. Lalu dibubarkan oleh mantan bosku Prof. Hermawan S. Sejarah detailnya aku tahu, beliau yang langsung cerita padaku dan teman-teman. Hm, mungkin itu rahasia, jadi nggak akan kuceritakan di sini. :-p

Kembali ke soal pelajar atau mahasiswa di luar negeri. Aku merasa memang perlu berjelajah ke bumi lebih luas agar bisa saling mengenal dan tolong-tolong, berlomba-lomba dalam kebaikan. ya Allah masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, mereka yang jalannya lurus, bukan mereka yang sesat dan disesatkan. Amin.

Ya Allah, aku sungguh ingin umur yang panjang, hidup indah dengan hati yang selalu damai, jiwa dan raga yang kuat dan berguna bagi sesama. Amin yaa rabbal aalamin.

Minggu, 27 November 2011

Cerita lintang hari ini

Hari Minggu ini sedang jaga ponakanku Lintang (4,5 tahun). Ayah bundanya kebetulan hari Minggu berangkat kerja. Dia habis nangis karena 4 boneka Shaun the Sheepnya hilang. Tepatnya 'sempat' hilang, namun akhirnya ketemu. Tadi ia main bola sama teman-temannya di depan rumah. Aku sedang di lantai 2, kadang bolak-balik turun nengok dia. Tiba-tiba dia naik di depan pintu kmarku dengan bibir memble, katanya semua boneka dibawa teman-temannya main bola. Dimana? Dia nggak tahu dan lupa nama teman-temannya. Lalu, aku keluar rumah, coba cari ke sana sini. Nggak ada yang tahu. Tanya ke tetangga sebelah, karena di situ juga ada anak usia 6 tahun, siapa tahu ingat nama-nama temannya. Eh, orang tuanya malah bilang, "jangan jawab, ntar malah salah sebut nama." Akhirnya kucari sana sini lagi dan nggak ketemu. Aku naik ke atas mau telepon ponakanku Dion (12 tahun) karena tadi dia sempat main bola juga. Belum sempat telepon, ponakanku Lintang malah bobo di kamar. Aku yang rencana mau pergi mencari boneka itu mengurungkan nunggu Lintang bangun, karena kalau ditinggal dan terbangun pasti nangis. Tapi Lintang terbangun, aku bilang, ayo cari ke rumah mas Ion, siapa tahu dia tahu boneka itu dibawa siapa. Lintang mau bangun.

Saat mau meninggalkan rumah, Ion dan Ihsan di depan rumah mengantar boneka. Syukurlah. tapi serius aku panik, karena Itang nangis dan sedihnya tidak biasa. Dia memang suka banget boneka-boneka itu. Lalu, kubuatin dia susu dan kuambilkan snack cracker abon 4, semua dilalap habis. Tiba-tiba kok tubuhnya panas. Aku bolak balik pegang dahi dan lehernya, panas. Aku cari temperatur untuk memastikan, suhunya 38,3 derajat celcius, suhu ruangan 32. Aku segera googling suhu normal manusia. Pada anak-anak di bawah 12 tahun, suhu tubuh pada malam hari akan berkisar 37,4 derajat celcius. Tetap dianggap normal sepanjang masih berkisar di 36 sampai 38 celcius. Tubuh menunjukkan suhu paling rendah pada pagi hari dan paling tinggi senja hingga malam. Perbedaan suhu terendah ke tertinggi bisa mencapai 1,5 derajat celcius.

Itu artinya suhu tubuh Lintang memang sedikit agak tinggi. Tapi nggak jauh dari ambang normal. Kelebihan 0,3 derajat celcius. Sekarang dia sedang bobo. Semoga bangun tidur nanti, suhunya kembali normal. :-)





Sabtu, 26 November 2011

Friendship is Wonderful

Subhanallah, life is beautiful. Friendship is wonderful. ;-)

Akhir-akhir ini aku sedang senang membangun lebih kuat tentang persahabatan. Juga, membangun persahabatan dengan teman baru. Jauh-jauh di ujung Jakarta, aku datangi. Rasanya ada nuansa batin tersendiri ketika silaturrahim. Menyapa teman lama yang tak sua. Mempererat hubungan dengan teman baru. Semacam ada energi positif yang meliputi tubuhku. Aku yang secara fisik baru sakit dan rasanya tidak mampu berdiri lebih dari 10 menit, kini rasanya aku mampu berdiri selama setengah hari.

Punya banyak sahabat setara punya banyak harta. Punya kenangan yang indah sama halnya membangun kekayaan diri. apa saja yang kulakukan beberapa hari terakhir ini?
Diantaranya saja :
1. Menengok baby Abie, putra pertama Siti dan Mas Mimi (keduanya sahabatku sejak kuliah). Mereka banyak hadir dalam perjalanan hidupku, selalu ada ketika aku membutuhkan. "Nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kau dustakan Lel?" :-)
2. Datang ke acara Kopidarat reuni Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama). Menemukan teman baru, Mas Amru dan Mbak Iik. Menjembatani aku menemukan kontak person mas Nobo dari Cifor.
3. Menengok Hida yang dirawat di RS Jakarta. Tapi saat mau ke RS, bersamaan dia pulang ke kos, so main ke kosnya, ketemu ibunya. Di kosnya, jadi baca profil seorang profesor yang meneliti tanaman obat-obatan. So, inspiring.
4. Menemui mas Adhit, teman baru. Dia datang dari Belanda, sedang menempuh program doktoral. Diajak ke Kompas.com, bertemu wartawan sains. Menginspirasiku untuk juga menulis karya populer tentang perkembangan biologi dan penelitinya. Suatu hari pasti berguna.
5. Menginap di kontrakan Nony. Mendengarkan cerita berjibaku dalam membangun kerajaan bisnis. Btw, aku juga bercita-cita berbisnis di samping tetap menjalani profesi profesional sebagai periset. Amin ya rabbal alamin.

Intinya banyak nilai kita temukan dalam silaturrahim. Seperti janji Allah, silaturrahim akan membuka banyak pintu rizki dan melapangkan hidup. Rizki bukan semata uang, namun lebih dari itu. Rasa tentram, semangat, kesehatan, hubungan yang baik dengan teman, semua itu adalah rizki.

No More Skyping Goslar - Jakarta

It's Saturday, but no more skyping Goslar-Jakarta! :'(

Berdua dan sendiri tentu saja berbeda. Beberapa waktu lalu masih kadang sedih kalau ingat bahwa hubunganku dengan Massanto harus berakhir.

Tapi, sekarang aku sudah lebih baik menghadapi kehilangan itu. Mengenalnya seperti fase yang tiba-tiba, berpisah pun tiba-tiba.

Bertemu dia ada banyak hikmah. Pertama, selain menemukan banyak kelebihan Massanto, aku juga belajar menerima utuh tentang seseorang.

Saat itu kami janjian di depan benteng Vredeberg. Itu pertemuan kami yang ketiga. Aku naik angkutan umum ke sana, karena sebelumnya dia bilang nggak bisa naik motor, maka akan naik angkutan umum. Tapi, ternyata dia diantar naik motor oleh mamanya. Pulang pun dijemput mamanya pakai motor.

Kalau aku cerita sama teman-teman perempuanku, mereka teriak histeris karena kok bisa-bisanya aku menemukan laki-laki lugu. ("kencan kok diantar mamanya" kata salah satu sahabatku.) Hwaaa. Tapi aku punya banyak alasan untuk membela Massanto.  Sejak umur 12-29 tahun (sampai kini), dia tinggal di Jerman, wajar dong nggak bisa naik motor. Keluarganya kebetulan sedang nggak punya mobil, jadi wajar dong diantar mamanya pakai motor kemana-mana. Siapa tahu dia lupa jalanan Jogja, khawatir tersesat dan kalau dia mau tanya ke orang-orang barangkali bingung bahasanya karena bahasa Indonesianya memang cukup kacau balau. Sebenarnya, hal itu tetap saja tidak wajar, sebagai lelaki di tanah kelahirannya dia tak akan tersesat. Dia hanya tidak dibiasakan berani ambil resiko, dia tidak dibiasakan untuk jadi 'lanang banget'. Di mataku menjadi wajar, karena toleransiku begitu tinggi. Dan itu tidak salah. Ada yang toleransinya jauh lebih tinggi dariku, ada orang yang bisa menerima pasangannya yang bahkan cacat fisik. Kalau Allah berkehendak menanamkan kasih sayang, tak ada yang mustahil.

Nobody perfect, aku coba terima kekurangannya. Aku sempat membayangkan jika menikah sama dia, pada saat-saat genting dan berada di Indonesia mungkin aku akan pergi sendiri, naik motor sendiri. Atau kalau mau jalan-jalan bareng, naik angkutan umum atau taksi. Naik angkutan umum itu tidak nyaman, apalagi tipe dia yang di tempat non-AC mengeluh. Lalu, semoga akan mendorong dia belajar naik motor. siapapun yang memiliki organ tubuh sempurna, apalagi laki-laki, menurutku sangat penting dan wajib bisa naik motor. Juga wajib bisa mengendarai mobil. Karena itu salah satu hal yang bisa diandalkan ketika sedang darurat.

Kalau sejak itu, sejak pertemuan ketiga, aku tahu ayahnya keberatan soal waliku (mas sulungku) yang dikiranya Islam liberal ( masa sih? masku nggak ikut JIL lho), dan ayahnya tidak suka NU (karena basik keluarganya Muhammadiyah dan PKS), padahal basik keluargaku itu sudah kujelaskan sejak awal ke keluarganya, maka jika saat pertemuan itu juga hubungan kami harus diakhiri, aku tidak terlalu sedih.

Tapi sayangnya hubungan kami berakhir saat komunikasi kami sedang sangat bagus. Karena dia sudah di Goslar (Germany) komunikasi lewat FB dan skype. Kalau Massanto sendiri tidak mempermasalahkan soal Nu atau Muhammadiyah. Dia sendiri tidak begitu paham soal organisasi keislaman di Indonesia.

Biasanya kami janjian untuk skype cukup lama hari sabtu atau minggu. Hari-hari biasanya dia kerja sejak pagi sampai malam. Tapi biasanya aku terima message-nya setiap pagi sebelum dia ke kantor, siang saat dia istirahat sejenak di kantor, sore menjelang magrib saat dia masih di kantor, lalu malam saat dia sampai rumah.

Kami selisih waktu kami 5 jam. Jadi, saat ia berangkat kantor jam 8 pagi di Goslar, aku di sini masih bobo. Saat dia pulang kantor dan selesai mandi dan beres-beres jam 9 malam waktu Jerman, di sini jam 2 pagi. Kalau aku sedang mengerjakan kerjaan hingga pagi, aku masih bisa membalasnya, lalu kami ngobrol lewat message. Tepatnya saling kirim puisi. Puisi hanya dua hingga empat baris. soal puisi itu ide dia. Puisinya selalu ada kata Cola-nya. Massanto memang pintar melucu. Aku jadi selalu tertawa. Itu juga salah satu kelebihan Massanto, selalu bikin suasana jadi ceria. Makanya saat dia bikin surat keputusan, dia memintaku agar membencinya karena dia telah menyakitiku. Oh, sedihnya. Ups, ya sudahlah.

Ah iya, di tinggal di apartemen di tengah hutan, di kota kecil. Pulang kantor sampai rumah sekitar jam 8 malam lebih, dan karena musim (apa ya, lupa. hehe) matahari baru tenggelam pukul 9 malam. Kalau gak salah jam 5 pagi sudah terbit, jadi ketika ramadhan 2011 ini puasanya panjang.

Biasanya kalau Sabtu atau Minggu, kami janjian ngobrol skype cukup lama. Tapi kini tak ada lagi bikin janji seperti itu lagi. Hikmahnya, belajar ikhlas atas sesuatu yang datang dan pergi. Pertemuan kami barangkali mendadak, jadi perpisahan pun mendadak. Aku coba berpikir positif bahwa Massanto sudah berupaya atas hubungan kami, dan wajar jika dia memilih mencari jalan damai dengan ayahnya. Lalu, dia pun yang memutuskan untuk tidak bisa melanjutkan hubungan kedekatan denganku dan berjanji bersedia menjadi teman baik, tapi berikutnya dia seolah menutup komunikasi denganku. Komenku di foto-fotonya dihapus, padahal itu komen biasa saja. Sepertinya karena ada pihak yang melarangnya agar jangan lagi komunikasi denganku, nanti terpengaruh Islam liberal. Gubrak! Andai mereka tahu, Islamku biasa saja. Aku bukan manusia fanatik pada manhaj tertentu. Islamku atas dasar nuarni kemanusiaan.

Tapi ya sudahlah, hikmah ini semua, menjadi pelajaran ikhlas buatku dan Massanto. Semoga juga bisa buat pelajaran orang-orang di sekitar kami.

Alhamdulillah, insyallah sudah bisa berlapang dada tentang perpisahan ini. Jadi, biarlah kenangan itu kumasukkan ke dalam kotak dan kupita dengan tali yang indah, lalu disimpan di rak. Suatu hari pasti aku akan menemukan cinta baru, begitu juga dia. Seperti kata pepatah, perlakukan cinta yang sedang kita hadapi sebagai cinta terakhir. Jadi, biarlah hujan menghapus jejak masa lalu. ;-)

Galau Tingkat Tinggi

Judulnya sesuatu banget. :D

Akhir-akhir ini sedang galau, bukan soal cinta, tapi soal karir masa depan. Kebanyakan orang seumurku sudah mengambil keputusan untuk membangun masa depannya, sementara aku masih seperti sedang di dalam kamar, di samping jendela, menatap halaman di balik rinai hujan. Seandainya aku keluar dan di ujung jalan menemukan persimpangan, aku tidak tahu harus ke kiri atau ke kanan.

Setiap orang memang beda mengambil angle tentang hidupnya. Kurasa aku termasuk orang yang bisa melihat banyak sisi positif dari setiap yang hadir di bumi ini. Jadi, meski galau tingkat tinggi, aku yakin semua akan baik-baik saja. Kadang bandul hidup memang perlu bergoyang (galau) untuk menuju titik keseimbangan.

Kadang memang ada hal-hal yang di luar kemampuan kita untuk bisa merubah atau membangunnya. Kadang begitu saja takdir telah memanggil.

Akhir-akhir ini aku merasa sangat terpanggil untuk memanfaatkan background studiku Biologi. Di sisi lain, pengalaman kerjaku jauh di luar bidang sains tersebut. Pengalaman sebagai seniman teater, jurnalis, dan menjadi staf di sebuah lembaga riset sosial, kupikir akan membuatku mantap meninggalkan Biologi. Tapi ternyata tidak, aku masih kadang sedikit membaca soal perkembangan kebiologian. Kadang, semacam ada suara-suara lirih yang memanggil. Sisi positifnya, aplikasi studi Biologi kini di mataku jadi lebih menarik ketimbang saat aku kuliah, itu artinya aku punya peluang untuk melakukan sesuatu yang berarti di bidang itu.

Teman-temanku lulusan Biologi pada umumnya telah mantap memilih jadi peneliti, dosen, guru, atau bidang lain seperti perbankan, asuransi, dan bahkan bisnis. Perjalanan yang mereka lewati tentu saja berbeda denganku. Andaipun ditawari tukaran nasib, rasanya aku pun tak mau. Jadi, aku tidak pernah menyesal apa saja yang telah kuputuskan. Satu-satunya hal yang kusesali adalah jika seandainya nanti aku menjadi beban keluarga atau orang lain. Tentu saja, semoga tidak.

Cita-citaku sebenarnya sederhana, ingin menjadi manusia berguna, mandiri, bebas menjadi diriku sendiri dan tidak membebani siapapun. Sebenarnya kerja paling nyaman adalah menjadi bos untuk diri sendiri, apapun profesinya. Ingin menjadi seorang profesional di suatu bidang dan sekaligus membangun bisnis. Bisnis apa?  Belum juga memutuskan. Lhoh?

Kemampuanku rasanya sedang mentok, perlu peningkatan pengetahuan sistematis. Intinya perlu kuliah lagi. Saat ini ingin sekali sekolah lagi di luar negeri. Ingin melihat dunia yang luas ini. Tapi bahasa inggrisku juga masih pas-pasan.

Beberapa waktu lalu dengar cerita dari seorang teman, ada seorang Indonesia menjadi profesor di suatu perguruan tinggi ternama di Eropa, dengan 4 gelar doktor. Itu artinya profesional dalam 4 bidang (wow!), yang ternyata kuliahnya dimulai usia 28 tahun. Waah hebat ya. Aku berarti belum terlambat kan, jika hari ini masih membangun cita-cita untuk kuliah lagi untuk menjadi seorang profesional bidang tertentu.

Tadi diawal kukatakan galau bukan soal cinta, tapi ujungnya sepertinya harus terkait soal itu.

Umurku yang sekarang ini 28 tahun, kalau diukur dengan norma sosial di sini dituntut sudah harus segera menikah. Masa sih harus buru-buru? Ingat pesan Pak Mario Teguh, menikah jangan karena "kalau bukan sekarang, kapan lagi?" atau karena keterpaksaan sejenisnya. Menikahlah dengan penuh kasih dan suka cita. ;-)

Sebelumnya aku juga pernah punya target menikah umur 27 atau 28, kalau saat ini sih belum menentukan target waktu lagi. Aku juga sudah berusaha membangun hubungan serius, sudah berupaya mempertahankan. Tapi faktor jodoh memang ada faktor X yang ikut menentukan. Biarpun kita telah berjuang keras mempertahankan hubungan, jika Tuhan belum berkehendak berjodoh, suatu hubungan tidak bisa diselamatkan. Akan ada waktu yang tepat pada saatnya. Terdengar klise, namun memang demikianlah. Soal jodoh, seringkali kalau terlalu dicari justru kadang sulit ditemukan, jadi lebih bijak saat ini cari beasiswa sekolah saja. Hoho.

Intinya belum menemukan yang saling tepat.

Karena aku memang berniat besar untuk kuliah lagi di LN, jadi kali ini aku punya kriteria calon pendamping hidup yang salah satunya bisa memahami cita-citaku. Mungkin akan ada saatnya berpisah selama 2 tahun, itu bukan sesuatu yang mudah, tapi bisa dilalui jika saling menjaga kepercayaan. Atau syukur punya cita-cita yang sama, kuliah bareng di LN di negara yang sama.

"Sudahlah, kenapa sih harus ribet kuliah lagi di LN? Mendingan belajar mempersiapkan jadi ibu rumah tangga saja, mengurus suami dan anak-anak nggak kalah mulia lho! Jadi perempuan itu bla bla blah." demikian nasihat banyak orang. Siap, aku dengarkan. Jangan salah, aku pernah dalam kondisi itu, mempersiapkan diri untuk kemungkinan seandainya menikah nanti, jadi ibu rumah tangga saja, belajar masak, merawat rumah, dan berpikir apa yang bisa kulakukan untuk tetap produktif dari rumah. Tapi toh nggak nikah-nikah juga. Hohoho. Intinya, berlatih siap dengan segala kemungkinan.

--

Kalau dia yang kuliah di LN, aku harus ikut. Kalau aku yang ke LN, dia mungkin belum tentu bisa ikut, ntar dia mau kerja dimana kalau ikut aku.

Ya Allah, karuniakanlah aku pasangan yang menentramkan hati, yang mencintaiku dan kucintai, senantiasa dan selamanya. Jika masih jauh, maka dekatkanlah, jika sudah dekat, maka tunjukkanlah. Yang membuat hidupku lebih berarti, yang mendukungku kuliah lagi di LN, yang berakhlak baik dan seorang profesional. Yang Kau ridhoi. Amin.

Perjuangan Mencari Soulmate

Perjuangan mencari soulmate.

Tuhan sayang sama setiap orang tapi tiap orang diberi karunia dan ujian yang berbeda-beda. Kenapa begitu, karena konon agar tiap orang mengambil hikmah dari tiap peristiwa, juga berusaha mengenalNya, kata ahli sufi, Tuhan ingin dikenali.

Apa hubungannya dengan jodoh. Karena hal itu memang salah satu hak prerogatifnya. Kita tidak bisa menebak kelak akan menghabiskan hidup dengan siapa, akan bertemu siapa.

Seorang temanku yang punya prinsip tidak pacaran, dia sebelum menemukan jodohnya, bolak balik taaruf, tapi belum juga sreg. Kami sering saling berkelakar, kalau tiap tahun ganti cerita.

Bahkan saat dia menemukan jodohnya, bertemu yang pertama kali langsung lamaran. Menurutku dia nampak sangat bahagia. Begitulah jodoh, kalau memang sudah yakin, biar pun belum pernah bertemu langsung tapi bisa timbul rasa kasih sayang dan percaya. Salah satu tanda kebesaran Allah. Verily in this are signs for those who believe.

Sebenarnya nggak jauh beda denganku, aku juga beberapa kali mencoba menjalin hubungan serius saling mengenal. Mungkin sama saja namanya taaruf, hanya saja aku berkomunikasi intens langsung, pernah juga dibarengi komunikasi seorang perantara. Kalau namanya taaruf murni konon komunikasi harus selalu melalui perantara.

Ada yang tekun cari jodoh, tapi belum juga dapat. Tapi aku yakin, Tuhan punya cara yang tidak pernah terduga. Pada suatu siang bolong, seorang teman tiba-tiba menghubungiku akan mengenalkan dengan seseorang yang sedang serius cari jodoh. Saat itu aku sedang jarang bertemu orang. Sedang kebanyakan di kantor, di suatu tempat yang jarang bertemu orang baru. Meski akhirnya bubar, namun membuatku percaya satu hal, bahwa ketika Tuhan berkehendak, maka yang akan terjadi, terjadilah. Sungguh, Dia Maha Kuasa.

Lain halnya ketika aku jadi wartawan, hampir tiap hari kenalan dengan orang baru, tak jarang kenalan pemuda yang prospektif. Tapi tak satupun aku jatuh hati. Malah tertarik sama polisi yang hanya kukenal lewat dunia maya. Tapi jelas identitasnya, adik kelasku di UGM yang kemudian masuk Akpol. Mungkin karena dia di mataku polisi berbeda, sopan, respek sama orang lain, dan pintar. Namanya juga tertarik ada 1001 kebaikan yang bisa kulihat. Haha. Kalau aku gak tertarik, meski semua orang bilang seseorang itu keren bla bla blah, di mataku biasa saja.
Cerita soal polisi itu sudah usai, dia kini sudah punya pasangan. Sementara aku kini totally jomblo.

Ya Allah dimana pasangan jiwaku? Atau jika menurut Engkau aku sebaiknya kuliah lagi, mohon berikan semangat dan kekuatan untuk meraih cita-cita. Alhamdulillah.

Atau, aku harus mencoba mencari jodoh dengan tukeran biodata lengkap? Seperti temanku yang ikut kajian tertentu. Tapi rasanya kok nggak sreg ya, mungkin karena aku sadar mereka yang pakai cara tukar biodata seperti itu biasanya tipikal ikhwan atau akhwat. Nah, ntar kalau misal ada orang tipe aku nyasar ke sana, apa nggak salah alamat. Hehe.

Kurasa aku sudah berupaya, termasuk berupaya mempertahankan hubungan, tidak gegabah memutus. Jadi, selebihnya biarkan Allah yang bekerja. Saatnya kupercayakan pada caraNya saja. Kalau memang saatnya tiba, tak akan ada yang bisa menghambat. Semoga sih segera, karena kalau sudah menemukan pasangan sejati, jiwa rasanya lebih tenteram dan hidup pun lebih fokus arahnya.

Dimana, dimana, dimana? Haha.

Jumat, 25 November 2011

Tinggalkan Profesi Dokter, Urus Anak-Anak Pemulung

Profesi dokter adalah harapan banyak orang, orang tua, dan mertua. Tapi, bagaimana jika seorang dokter meninggalkan ruangan kerja prakteknya untuk mengabdikan hidupnya mengurusi anak-anak pemulung?

Awet Muda

Rasanya aku patut bersyukur atas karunia awet muda. Ckckck!

Hingga di umurku yang ke-28 ini seringkali dikira berumur 22 tahun, malah kadang dikira 19, paling tua orang mengiraku berumur 25. Malah kadang mungkin orang mengiraku kurang dari 19 tahun, karena beberapa kali ada cowok bau kencur berseragam SMA menggodaku. aku nggak GR, biasa saja. Kadang geli, karena terlalu muda.

Suatu kali saat aku di bandara hendak menaiki pesawat dapat nomer kursi yang persis dekat pintu. Itu artinya, penumpang yang dapet posisi itu punya tanggung jawab membuka pintu jika pesawat dalam keadaan mendarat darurat. Itu juga berarti minimal berumur 17 tahun. Saat hendak melewati pemeriksaan, aku tidak membawa identitas. Tapi untunglah aku diantar polisi sarjana hukum yang tugas khusus di bandara, yang mengatakan bahwa aku tamu kapolda.

"Sudah lulus SMA?" tanya petugas bandara. Aku tidak menjawab apapun, menunggu polisi yang menjelaskan.
"Dia 20 tahun, wartawan tamu Polda." jawab polisi.
Setelah sebeberapa saat, polisi itu tanya ulang ke aku, "Lel, kamu 20 atau malah masih 19?"
hHeh?
"Eh, kamu kan wartawan. Berarti sudah lulus kuliah ya." lanjutnya.

Lain kali saat aku tugas wartawan di lapangan, saat di kantin.

"Mbaknya masih masih magang wartawan ya?"
"Lho kok tahu, Bu?" saat itu statusku memang magang, karena di tempat mediaku kerja, sebelum 5 tahun kerja, statusnya tetap saja "magang" alias belum buruh tetap. Dan, aku mikirnya, mungkin karena kalem di lapangan, nggak banyak ribut, jadi nampak anak kemarin sore.
"Karena kayaknya baru lulus SMA ya?" jelas ibu kantin.

Lain waktu, saat ada acara syukuran di rumah masku, tiba-tiba seorang bapak mengacak-acak rambutku  yang intinya mendoakan semoga aku betah di sekolah baru. Bapak itu adalah orangtua dari teman ponakanku yang saat itu berumur 17 tahun. Aku dikira ponakanku yang berumur 17 tahun! Wow. saat itu umurku 27 tahun.

Terakhir, seorang kerabat jauh datang, nampaknya lupa tak mengenaliku. Dia mengira aku teman kuliah ponakanku yang sekarang umur 19 tahun. Ehem!

Yang tidak mengenakan, dua anak seragam SMA, nongkrong di tempat ojek, sembari menggoda, "kenalan dong baju pink. Bla..bla..blah!" Hari berikutnya masih nongkrong di situ dan berulah lagi saat aku lewat. "Siang-siang panasan, kenalan dong, siapa tahu kita jodoh!" gubrak! Duh dek, selesaikan dulu tuh PR matematikanya ya!

Yang lebai. Seorang anak muda yang ngakunya teman SD ponakanku Dian (umur 19), tiba-tiba sudah standby dengan motornya nunggu aku yang sedang beli pulsa. Dia maksa mau ngantar, aku tolak baik-baik, eh malah aku diikutin. Akhirnya aku bersedia diboncengin ABG itu sampai tempat angkutan umum, sembari aku bilang "aku tantenya Dian, mau menjemput suamiku." Hahahah.

Merawat Kecantikan Itu Harus

Merawat kecantikan tubuh adalah salah satu cara mensyukuri karunia Tuhan atas nikmat organ, jaringan, dan sel yang sempurna. Membersihkan wajah, menyelamatkan wajah dari bahaya ultraviolet, dan memancarkan aura hidup adalah wujud bahwa kita peduli terhadap kreasi Tuhan yang dititipkan kepada kita.

Tidak bisa dipungkiri perempuan dimanapun di dunia ini pasti ingin tampil cantik. Hanya saja cantik ini luas maknanya. Tapi kali ini memang sedang membahas cantik secara lahiriyah. Andaipun kita diberi karunia kulit hitam, tetap saja harus menjaga keindahannya. Seandainya memiliki kulit wajah berjerawat, harus berupaya mencari pengobatannya. Rambut yang berantakan, harus rajin merapikan. Rambut yang kusam, musti ditambah vitamin. Kalau tentang kelebihan berat badan alias gendut, bisa jadi memang dari sononya alias genetis, bisa tetap cantik kok kalau merawat diri.

Tips murah mudah merawat wajah.
Paling simple adalah rajin membersihkan sebelum dan sesudah make up, serta sebelum tidur. Hindari pembersih atau sabun wajah yang bikin kering, karena mudah membuat keriput. Kalau perlu, cari pembersih 'deep cleaning oil'. Selain menjaga kekenyalan kulit, juga membuat kulit tak bersisik.

Merawat Bibir
Sikat gigi sebelum dan sesudah tidur. Bangun tidur, pijat perlahan-lahan dan bersihkan daki di sekitar bibir. Sesekali olesi dengan madu. Rajin pakai lipglos dan sedikit lipstik. Lipstik selain berfungsi mencerahkan warna bibir sebenarnya melindungi bibir dari bahaya ultraviolet matahari. Jika tak ingin tampak menor, pilihlah lipstik yang mendekati warna bibir asli.

Merawat Tubuh.
Merawat tubuh ada 2 macam :
1. Mengontrol berat badan.
Tidak ada salahnya menjaga berat badan. Seorang perempuan yang langsing dan bugar, merasa lebih percaya diri terhadap tubuh sendiri dan terlihat indah dipandang. Bangun tidur, olahraga ringan kepala, pundak, tangan, dada, pinggang, dan kaki. Makan pagi secukupnya. Jika hobi ngemil, dikurangi takarannya. Ingat bahwa memasukkan karbohidrat ke dalam tubuh secara berlebihan sama halnya menjadikan tubuh sebagai tong sampah. Porsi makan juga secukupnya, dan pilih menu berserat tinggi. Kalau memang gemuk genetis jangan berkecil hati, berpikirlah positif tentang tubuh sendiri, jagalah agar tetap bugar dan bersinar.

2. Merawat kebersihan dan kehalusan kulit
Percayalah putri iklan dengan kulit putih mulus itu hanya salah satu bentuk kecantikan. kecantikan kulit itu luas maknanya. Kulit yang hitam ataupun cokelat, ketika bersih pun tak kalah indah dengan kulit putih. Cobalah sesekali olesi kulit dengan minyak zaitun sebelum mandi lulur. Atau kalau mandi pakai sabun biasa berarti harus pakai lotion agar terjaga kelembabannya. Kalau kulit sangat kering, seringlah mandi lulur yang kandungan minyaknya lebih banyak, seperti yang mengandung apokat. Juga, sesekali ketika sedang memakai sabun atau minyak, pijatlah bagian tubuh-tubuh tertentu seperti betis dan paha agar lebih rileks.

Jangan lupa seringlah menarik garis senyum ketika bertemu orang-orang. Percayalah bahwa kita tercipta di dunia untuk banyak berpikir positif dan berbahagia. ;-)

Cobalah!

#artikel ini ditulis juga sebagai pengingat untuk diri sendiri agar lebih disiplin merawat diri. ^_^

Kamis, 24 November 2011

Cara Praktis Dapatkan Ilmu Laduni

Beberapa waktu lalu, seorang teman, berprofesi sebagai peneliti Mikrobiologi, orang yang sangat mengedepankan sains dan akal, tiba-tiba bercerita padaku soal ilmu laduni. Hal ini didasarkan pada, kami yang sedang sama-sama belajar bahasa, sudah sangat bekerja keras berupaya, tapi rasanya kemampuan mentok. Dia cerita, sejumlah temannya, bisa cepat belajar bahasa, dengan dibantu ilmu laduni. Seorang yang telah memperolah ilmu laduni, hanya beberapa bulan bisa menguasai bahasa Inggris dan Rusia. Kalau dipikir pakai akal manusia awam, memang rasanya mustahil. Tapi bisa dilogika dengan bahwa pada dasarnya manusia bisa semua bahasa, hanya masalah pencerapannya yang berbeda. Nah, ilmu laduni ini semacam membantu manusia untuk mengoptimalkan kemampuan jiwanya mempelajari ilmu Allah, sesuatu yang istimewa.

 Ilmu ini tidak asing untuk lingkuangan pesantren NU. Sebenarnya ilmu ini juga dipelajari saat jaman sahabat nabi Muhammad.

Ilmu Laduni? Apa itu? Ilmu yang diperolah langsung dari Allah tanpa harus belajar seperti yang dilakukan orang lazimnya. Misal, bisa untuk belajar bahasa asing dengan cepat, dengan mengaktifkan otak bawah sadar. Syarat utama, harus yakin bahwa Allah SWT Maha Kuasa, jika Dia berkehendak, maka apapun bisa terjadi. Orang yang dikarunia Ilmu Laduni, bisa memiliki Kecerdasan yang sangat Tinggi dan Luar Biasa, di luar akal normal manusia biasa.

Berikut ini salah satu cara praktis mendapatkan Ilmu Laduni.

1. Giat mempelajari/memikirkan hal-hal yang terjadi yang tidak masuk akal awam manusia.
2. Beristiqomah tanpa putus asa melakukan tawasul yang ditujukan kepada Nabi Khidir, terusaha usai salat wajib. Tawasul tersebut :
   a. "Bi mu'jizati Nabiyyina  Khadir 'alaihissalam.." (baca QS Alfatihah 1 atau 3 x)
   b. "Bi barakati Nabiyyina Khadir 'alaihissalam.." (baca QS Alfatihah 1 atau 3 x)
   c. "Wa ilaa ruhi Nabiyyina Khadir 'alaihissalam.." (baca QS Alfatihah 1 atau 3 x)

Intinya, dzikir mendalam. Mengapa Nabi Khidir? Kata Laduni dipetik dari kalimat Allah yang berbunyi, "Kami telah ajarkan kepadanya (nabi Khidir) dari sisi Kami, suatu ilmu." (Alkahfi : 65)

Selamat mencoba.

Catatan : Kalau nggak yakin bisa mendapatkan ilmu tersebut, maka tidak akan mendapatkannya.

Rabu, 23 November 2011

new friends, new inspirations

Several times ago, I met a new friend. He is a student doctoral at Netherland, I call him, Mas Adhit. He is staying in Indonesia just for a number of days until end of November. Btw, he is a inspiring person. I heard the little stories about his many friends, Indonesian scientists who have wonderful position at world institution, tetapi belum terdengar namanya selama ini. Oh ya Mas Adhit ini mantan sekjen I4 (Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia).

Kalau dengar cerita tentang para ilmuwan Indonesia yang punya kiprah internasional, tentu saja ikut bangga. Kebanggaan tersebut bisa menginspirasi kita mewujudkan mimpi-mimpi yang mungkin sebelumnya nampak jauh di mata. Atau menjadikan kita percaya bahwa kita orang Indonesia juga bisa, tak hanya mereka yang di Eropa dan Amerika.

Kalau buatku sederhananya, aku juga harus bisa kuliah di Luar Negeri. Ingin sekali punya ksempatan belajar di Eropa, lalu kelak menjadi manusia yang jauh lebih berguna. Ingin melihat dunia lebih luas. Syukurnya di jaman sekarang ini, kalau mau lihat Eropa dan Amerika, atau negara-negara lainnya, bisa lewat Youtube. Bisa tahu kebudayaannya secara detail. Hingga rasanya dari tempatku berdiri di Jawa barat, kota Berlin di Jerman itu lebih dekat dari Lombok. Haha

Btw, sama mas Adhit ke Kompas ketemu teman-teman wartawan dari desk sains dan pendidikan, di situ aku jadi tertarik untuk menulis liputan sains, jadi wartawan sains kayaknya seru juga. Menulis soal penemuan dan sosok yang menemukan. Hm, ya Allah beri aku kesempatan...

Rabu, 16 November 2011

Inggrid & Luke

Akhir-akhir ini sering nonton Youtube milik Inggrid dan Luke Conard. Keduanya adalah anak muda dari Amerika. Tapi aksen Inggrid kok Eropa ya? Inggrid, tahun 2011 ini 22 tahun, sering merekam dirinya duduk di kamarnya, di depan kasur. Kamarnya rapi. Dia cerita soal banyak hal, tentang dirinya yang nerd, tudingan psiko dan narsis karena banyak merekam soal dirinya sendiri, soal bagaimana tips mengikat rambut, produk-produk kosmetiknya. Lipstik dan kuteknya banyak sekali.

Sedangkan Luke, dia penyanyi dan komposer. Tidak pernah menyebutkan umurnya, pertama kukira umurnya sebaya dengan Inggird, tapi ternyata ada yang membocorkan umurnya 30. Dia baru bikin video dengan inggrid sekitar oktober 2011. Video-video sebelumnya tidak ada Inggrid. Dia punya group musik. Tinggal bersama teman-teman satu bandnya. Ada yang namanya Kristina. Dulu Luke pernah nyanyi judulnya Krisina sekitar 2009. Baru sekitar bulan Oktober ini, nampak Inggrid sering datang ke markasnya.

Inggrid sendiri nampak anak rumahan, anak baik-baik. Tinggal sama mamanya. Ayahnya telah meninggal dunia. Dia lulusan Teknik Arsitektur, kuliah di Eropa.

Kenapa ya aku ngikutin aktifitas mereka? Hahaha. Nggak tahu sih, cuma jadi tahu aja gaya hidup anak muda Amerika.

Selasa, 15 November 2011

Persahabatan Cowok Cewek, Mungkinkah?

Banyak orang yang menyangsikan tentang persahabatan antara cowok dan cewek bisa dibangun. Sebenarnya bisa tidak ya? Tentu saja bisa jika keduanya tahu batas-batas. Artinya saling tahu menempatkan diri.

1. Pihak perempuan harus tahu diri, bisa menjaga perasaan pasangan sahabat laki-lakinya. Bisa berlaku yang membuat orang percaya bahwa persahatan itu tidak mengganggu hubungan yang lain.
2. Pihak laki-laki juga harus tahu diri, bisa menjaga perasaan pasangan sendiri. Bisa dipercaya bahwa dengan bersahabat dengan teman perempuannya tidak memiliki implikasi negatif pada hubungan dengan pasangannya.
3. Pihak perempuan juga harus tahu diri batasan. Menjaga perasaan pasangan sendiri juga. Bisa dipercaya bahwa persahabatan itu tidak mempengaruhi negatif terhadap hubungan dengan pasangannya.

Intinya saling tahu batasan, bisa dipercaya. Itu saja .

Aku Menyesal telah Buat Maseki Kesal

Sepertinya ada "something wrong" antara Maseki dan aku. Beberapa waktu lalu, aku memberi kabar telah menemukan fotonya yang pakai dasi hijau garis-garis. Itu berarti dia sudah beralih fungsi ke reserse. Dulu dia pernah bilang dasi itu akan dipakai kalau sudah alih fungsi, karena saat pertama kali tugas dan terima dasi itu dia bukan di fungsi reserse. Tugas di fungsi reserse adalah yang dia cita-citakan. Tentu saja aku ikut berbahagia menemukan salah satu cita-citanya tercapai.

Aku juga minta maaf karena sebelumnya aku sempat memblokir FB-nya yang berarti aku tidak bisa mencarinya dan dia tidak bisa mencariku lewat FB. Tapi aku masih menyimpan nomer HP-nya. Alamat YM pun masih ada. Aku blokir dia karena dua alasan, sudah kusampaikan padanya. Salah satu alasannya karena aku tidak nyaman mendapati wall-nya yang tiba-tiba muncul di homepage FB-ku, isinya sayang-sayangan sama pacarnya. Saat itu belum ada aplikasi unsubscibe. Alasan kedua, aku tidak bisa menyebutkan di sini.

Aku tahu ini tulisan diary, tak akan ada orang yang sampai di halaman ini, kecuali aku memberitahunya. Tapi, aku bukan berarti tidak perhitungan. Barangkali jika ada orang yang detail mengikutiku akan menemukan halaman ini. (Ke-GR-an kamu Lel, ada yang ngikutin kamu detail. Haha). Tapi semua yang ditulis di sini hanya soal pribadi, tidak penting buat orang-orang. Just to express, not to impress, not to get comments. ;-)

Aku sudah 2 hari ini add lagi FB-nya, juga PIN BB-nya, dia belum confirm. Dia sempat mengirim balasan smsku soal permintaan maafku, ditanggapi dengan kalimat yang intinya bahwa dia kini sudah punya hubungan yang serius. Aku padahal tidak menyinggung soal itu. Bukankah akhir April lalu dia juga sudah bilang jadian sama seorang perempuan, lalu sejak itu aku juga sama sekali tak mengungkit soal itu, itu wilayah privasinya.

Aku dulu memang pernah berharap sama dia, tapi bukankah dulu urusan itu juga sudah diselesaikan. Saat itu, sebelum dia lulus dari Akpol, ceritanya diawali dengan sepakat coba saling mengenal, syukur berjodoh, kalaupun ternyata tidak saling cocok, kami bisa tetap bersahabat atau bersaudara dengan baik. Saat itu sebenarnya aku serius cari calon suami dan ingin segera menikah. Tapi, usai dia lulus dari Akpol, dia bilang masih ingin menata karir dan nikahnya masih lama. Berarti perkenalan seriusnya tidak bisa dilanjutkan. Aku bisa paham. Kami tetap berteman baik. Lalu, ketika dia baru sekian bulan di tempat tugas baru, dia pacaran sama seorang perempuan yang masih anak SMA. Aku pernah terlintas heran, tapi kupikir mungkin karena dia niat menikah masih lama, jadi masih ada waktu kenalan panjang untuk menikahi pacarnya itu.

Sejauh yang kukenal, Maseki bukan tipe laki-laki yang suka main-main. Ketika dia memilih perempuan itu, aku yakini dia serius memilihnya. Aku merasa tidak perlu tahu pertimbangannya, aku pun tidak bertanya. Yang kutahu, namanya jodoh kita tak akan bisa menebaknya. Baiklah aku harus ikhlas melepasnya. Aku pun mengubur harapan dan menemukan harapan baru lagi.

Saat itu, aku blokir FB maseki agar aku juga bisa fokus dengan harapanku sendiri. Itu juga kulakukan atas dorongan suatu pihak. (Sebenarnya bukan hanya Maseki yang blokir, ada Mr.D dan Mr. R, orang-orang yang pernah punya cerita khusus di kehidupanku, tapi aku sudah minta maaf sama mereka soal blokir. Mereka baik-baik saja, awalnya Mr. D sempat kesal juga sama aku, teganya aku blokir, tapi akhirnya dia ngerti. Mungkin karena aku kenal mereka lama ya, sejak jaman kuliah. Mereka sudah jadi sahabatku, kublokir karena aku akan fokus dengan relation yang baru, gitu). Dan, betul lalu aku fokus dengan harapan baruku. Soal kisah Maseki aku tidak tahu menahu. Aku hanya sesekali masih sms dia, itu pun hanya memberitahu soal apa ya, aku tepatnya lupa. Ah iya, karena pekerjaanku saat itu sedang terkait kepolisian, sedangkan dia juga polisi. Kayaknya soal kerjaan, juga saat ultahnya, dan lebaran idhul fitri. Di mataku dia pribadi yang kukenal baik, salah satu orang yang kupercaya. Bahkan, polisi pertama yang bisa kupercaya yang membuatku terkesan. Banyak catatan baik tentang dia selalu terekam dalam benakku.

Sejak dia akhirnya bilang jadian dengan perempuan itu, aku tidak pernah mengganggunya. Sampai akhirnya kemarin aku buka blokir dan add lagi, aku juga tak ada niat untuk mengganggunya. Semoga dia tidak salah paham.

Aku sedih andai dia tak lagi percaya padaku bahwa aku selalu menjadi teman yang baik. Memblokirnya barangkali telah membuatnya merasa sesuatu yang tak nyaman. Atau entah bagaimana, aku tidak tahu pasti yang ada dalam pikirannya. Aku menyesal telah membuat Maseki kesal. Andai waktu bisa diulang, aku tidak ingin membuat hal-hal yang bisa bikin salah paham. Aku add lagi bukan karena berharap lagi. For many reasons, sometimes friendship is better than loveship.

Kalau mau dipikir logis, berharap Maseki lagi sepertinya nggak mungkin. Setelah sama Maseki, aku juga sudah melewati loveship yang rumit banget, masalahnya sudah nyangkut keluarga. Kalau mau berharap Maseki lagi, Maseki harus benar-benar meyakinkan aku. Rasanya itu tidak mungkin. Terlebih lagi, Maseki sudah punya pasangan. Dan aku bukan tipe orang yang suka mengganggu hubungan orang. Karena aku juga tidak suka ketika punya hubungan, ada orang yang mengganggu. Begitu saja sih. Hehe.

Semakin Dicari Semakin Tidak Ketemu

"Semakin dicari semakin tidak ketemu"

Tebak apa itu? Jodoh! Setidaknya pengalamanku begitu. Semakin kucari jodohku, semakin tidak ketemu. Jadi, sebaiknya nggak usah dicari saja kali ya, kalau memang sudah saatnya ketemu, abrakadabra pasti ketemu. Santai saja, sekarang fokus cari kerja baru, dan beasiswa kuliah di LN. Amiin.

Tapi cari penyemangat baru boleh kali ya. Maksudnya sembari saling mengenal, sembari mewujudkan mimpi-mimpiku. Cinta itu bikin semangat meraih cita-cita. Nggak usah mikir nikahnya kapan, dijalani saja. Soalnya kalau diniati serius mau menikah, malah nggak jelas kapan akan menikah. Kalau putus lagi, ya sudah. Santai saja. Kalau ternyata berjodoh, alhamdulillah. Tapi syaratnya, aku juga suka sama orang itu. Minimal kayak Maseki atau Massanto. Aku sebenarnya tidak tahu kayak apa tipeku. Kalau sejak awal sudah nggak sreg atau kulihat nggak ada chemistry, maka ke depannya pun aku tetap nggak akan suka. Meski orang itu baik sama aku. Tidak pernah bikin kriteria tertentu, tapi aku tahu orang yang kusuka. Kalau aku pernah berharap sama Maseki dan atau pernah suka Massanto, barangkali tipe-ku memang minimal seperti keduanya kali ya. Tapi  sebenarnya Maseki dan Massanto itu beda banget. Yang paling berkesan, Maseki itu kharismatik, Massanto itu nggak suka macem-macem, simple. Jadi, tipeku kayak apa, aku juga nggak tahu. Intinya kalau aku suka, semua bisa kuterima. Hihihi.

Yang pasti terutama akhlak. Kalau akhlaknya baik, dia pasti bertanggungjawab. Akhlak baik juga berati dari segi pergaulan, aku sreg dan percaya dia orang baik-baik. Jadi ingat pertama kali kenal Maseki, karena dia polisi, awalnya aku biasa saja. Polisi? Oh, tidak! Aku mikir yang tidak-tidak soal polisi. Polisi biasanya suka menggoda, main cewek bla bla blah. Padahal tidak semua gitu ya. Maseki juga orang baik, dari keluarga baik-baik, masuk Akpol murni pakai jalur yang benar, nggak nyogok. Dia juga sopan, bisa dipercaya, sejauh yang kutahu dia bisa menjaga perasaan. Pokoknya orangnya bikin tenang gitu. Meski usianya 4 bulan lebih muda dariku, tapi jauh lebih dewasa dariku. Hahaha. Tapi harus diikhlaskan, Maseki sudah punya pasangan. Itu, aku cuma cerita tentang  dia di mataku.  Lalu, soal Massanto. Pertama mau dikenalin, aku sholat istikharah dulu. Cuma mau kenalan doang dulu aja aku serius banget ya. Ya iyalah. Soalnya kenalan itu kan memang niatnya untuk bisa mengenal lebih dekat, berjodoh atau tidak, ternyata tidak. saat aku diberitahu kalau dia sejak SMP, SMA, dan kuliah Jerman, aku mikir sampai jungkir balik tentang pergaulannya. Yang kutakutkan dia seks bebas, minum-minuman keras dll, tapi adiknya menjamin dia tidak melakukan itu semua, dia anak rumahan, anak baik-baik. Itu satu hal yang membuatku "ya', aku terima kenalan seius itu.

Jadi, akhlak itu penting banget.

Kembali soal kriteria, baiknya mungkin kujabarkan saja biar malaikat juga jelas nulisnya. Hahaha.
1. Berakhlak baik dan tanggungjawab, dalam arti seperti yang kusebutkan di atas dan tidak pernah melakukan kriminal, tidak menggampangkan sesuatu, tidak meremehkan perempuan, dan bisa dipercaya. Luas ya arti 'akhlak yang baik', kadang hanya bisa dirasakan atau diyakini saja bahwa seseorang itu berakhlak baik. Juga, dia tidak seks bebas alias masih perjaka. Karena aku juga masih perawan ting-ting. Meski aku pernah punya teman spesial, aku paham batas-batas, menjauhi hal-hal yang mendekati zina. Boro-boro seks, ciuman saja nggak pernah. Tapi aku bukan lugu lho ya. Itu karena prinsipku, No Kiss No Sex until Merried. Ada lho artis hollywood yang punya prinsip seperti itu. Dia penuhi ucapannya hingga akhirnya menikah. Aku lupa namanya, tapi pernah baca di internet. Dia yang populer dan berada di lingkungan hedonism saja bisa, tentu saja aku juga pasti bisa. Hah, nggak pernah ciuman? Bukan sok suci atau gimana, namanya punya prinsip boleh kan. Aku juga tahu teori-teori seks dari internet. Hanya dipraktekan nanti kalau sudah sah menikah. Tapi, kalau seseorang itu pernah ciuman sama mantannya kumaafkan deh, tapi nggak usah diceritakan sama aku.

2. Tidak minum-minuman keras dan tidak suka clubing atau parties yang aneh-aneh. Hari gini kenal cowok metropolitan, biasanya meski baik banget, tapi sayangnya mereka umumnya suka minum alkohol, clubing, dan pesta. duh!

3. Tidak merokok. Susah juga kali ya cari yang bebas rokok, tapi pasti ada. Kalau ngerokoknya jarang-jarang masih kumaafkan deh. Ah iya, Maseki juga merokok. Tapi Massanto tidak.

4. Lebih muda atau lebih tua nggak masalah. Asal jangan jauh-jauh bedanya. Yang utama akhlak. Maseki lebih muda dariku, tapi dia lebih dewasa dariku. Massanto, 5 bulan lebih tua dariku, tapi aku lebih dewasa darinya. Tapi Massanto juga punya kebaikan yang lain, yang mungkin aku nggak punya. Massanto orangnya simple banget, nggak macem-macem padahal dia sudah belasan tahun di Jerman, itulah istimewanya.

Ternyata kriteriaku cuma 4 poin, tapi dicari kok susah banget ya. Hihihi.

Kamu mau apa Lel?

Sekarang aku sungguh sedang tidak tahu, akan dibawa kemana hidupku ke depan. Maksudnya soal apa yang akan kulakukan. Ingin menjadi peneliti apa? Sekian waktu lalu, yakin banget soal Conflict and Peace, sekarang ingin yang kalau bisa memanfaatku ilmu biologiku juga. Ya Allah, berilah aku semangat untuk menemukan jalan.

Kalau jalan pasti ada, meski belum tentu bisa kuraih. Tapi setidaknya aku berusaha. Apa usahaku kurang keras ya. Di beasiswa Upeace ada studi dimana aku bisa memanfaatkan ilmu Biologiku sekaligus bidang kerjaku di journalism dan penelitian Conflict and Peace, tapi mungkinkah aku raih? Oh Tuhan, beri aku hidayah agar bisa menulis esai yang bagus. lalu dapat beasiswa, lalu lulus dengan tepat waktu. Amin ya rabbal alamin. ;-)

Minggu, 13 November 2011

Semalam 2 sahabatku Menjengukku

Semalam 2 sahabatku datang menjengukku. Siti dan Mas Mimi. Mereka adalah my best friends sejak jaman kuliah. Dulu, kalau pas malam minggu (atau bahkan nggak hanya malam minggu) mereka mau pergi berdua, aku mau ikut. Malam minggu mereka berantakan, tidak jadi berdua tapi malah bertiga.Pernah ikut ke warung Concat, kalau nggak salah kami makan mercon. Pernah mereka mau pergi entah kemana, aku sedang sendiri di kos (karena nggak punya pacar), lalu aku bilang dengan tampang memelas, "teganya kalian mau malam mingguan, aku sendirian di kos." Lalu, jadilah pergi ke warung Burjo bertiga.

Seru kalau dikenang.

Setelah mereka pacaran 9 tahun pacaran (sejak semester 2), akhirnya mereka menikah. Untunglah aku bisa datang. Mereka yang mau akad, aku yang deg-degan. Dulu saat aku mau pentas teater, Siti yang deg-degan. Banyak sekali kenangan  manis dengan mereka. Hingga sekarang mereka sudah punya baby, namanya dek Abi. Sabtu depan, rencananya aku mau seharian di sana, atau bahkan malam mingguan di rumah mereka. Insyallah.

Rencananya, Abi mau kujadikan menantu. Ups, anakku kan 2 cowok. Kidding. Aku merried aja belum. Dan belum tahu kapan merried, kisahku tiap tahun ganti. Ckckck!

Mengapa Natural Resources and Peace?

Bla..bla..
catatan belum fix.


Setelah mengambil studi tersebut diharapkan mampu mengartikulasi dan meninjau teori dan konsep penting yang terkait lingkungan dan pembangunan, pencegahan konflik, dan membangun perdamaian. Secara khusus, agar mampu merumuskan kebijakan pembangunan

+

Jadi, kenapa aku ingin mengambil studi itu? Karena ingin mendapatkan pengetahuan yang sistematis mengenai bagaimana sumber daya alam dan pengolahannya di dalam pembangunan berterkaitan dalam upaya pencegahan konflik dan membangun perdamaian.

Natural Resources and Peace

Pengolahan sumber daya alam harus ditinjau agar teknologi yang dipakai tidak merusak kemampuan sumber daya pembaharuannya. Dampak negatif pengolahannya harus dikelola, misalnya dengan daur ulang. 


Mengapa kamu ingin ambil studi itu Lel?


1. Ikut terlibat dalam membangun perdamaian itu banyak caranya. (Soal pembelaan HAM, kemerdekaan Palestina, serahkan pada mereka yang lebih mumpuni keberaniannya. Dalam hal itu, aku hanya bisa mendukung moril dan peduli dengan tetap mengikuti setiap perkembangan terkait permohonan palestina menjadi anggota PBB dan menjadi negara yang berdaulat.).


Sabtu, 12 November 2011

Rakyat Lebay di Republik Lebay

Akhir-akhir ini nonton berita politik, makin pusing aja. TV Biru idolaku yang kayaknya dulu nampak cerdas sekarang pun lebay. TV Merah sudah lebih dulu lebay. Negara ini mau dibawa kemana rasanya ya sudah pasrahkan saja pada ahlinya. Ahli lebay?

Para pejabat negara ini pun tidak jelas, mana yang tulus bekerja untuk rakyat, mana yang cuma nyari kekuasaan saja. Rakyatnya masih pada kredit panci, pejabatnya kebanyakan cuma mikir pencitraan. Ini juga bikin aku tidak yakin bisa bertahan jika mempertahankan profesi jadi wartawan. Mending memang aku jadi wartawan Trubus saja kok ya. Bisa punya kesempatan banyak bertemu langsung dengan para praktisi perkebunan, pertanian, perikanan. Bisa bikin usaha produk-produk alam. Jadi pengusaha, lalu jadi konglomerat. Yess!

Lalu masuk daftar nama 400 perempuan terkaya di dunia. Lalu buat apa? Ini hanya cita-cita terlebai saja. Biarpun lebay tetap harus diusahakan, setidaknya dimulai dengan menyiram bunga setiap pagi.

Terus terang, aku sedang bingung menulis esai untuk daftar beasiswa master Upeace. Apa yang bisa kulakukan untuk Republik Lebay selalin dengan lebay itu sendiri?  Beberapa waktu lalu, aku menghindari soal pengetehuan alam, yakin banget mau ambil studi sosial. Tapi setelah kupikir lebih dalam, justru ilmu Biologi-ku perlu sungguh diaplikasikan. Bagaimana mengemukakan ide bahwa perdamaian itu selaras juga dengan aplikasi ilmu biologiku. Rasanya kok nggak nyambung blas ya. Eh tunggu dulu...

Di tawaran program spesial Upeace ada jurusan natural Resourse and Peace. Sebenarnya gambaran detailnya seperti apa aku belum juga paham, jadi bagaimana mau bikin esai yang nggambleh? Yang bisa meyakinkan PBB dan Nippon Foundation bahwa seorang perempuan yang punya mimpi lebay ini layak mendapatkan beasiswa itu. Yess!

Ambil Studi Apa ya?

Satu Esaiku untuk daftar beasiswa ke Upeace belum kukirim. Aku bingung mau ambil jurusan apa. Padahal beberapa waktu lalu mantap ambil Media, Conflict, and Peace Studies. Tapi setelah kupikir panjang, seringkali aku tak punya nyali tinggi untuk menghadapi pemecahan masalah kekerasan, perang, dan tentunya pembelaan HAM.

Aku hanya peduli lewat memantau, empati melalui dukungan moril. Untuk berbuat kongkrit maju melakukan upaya pembelaan, rasanya aku tak memiliki kemampuan untuk itu.

Akhir-akhir ini aku kepikiran bagaimana jika membangun perdamaikan dimulai dengan menanam pohon. Heh? Ide macam apa pula itu Lel?

Sebenarnya kalau dikaji lebih dalam itu nyambung.
Mereka yang pada perang itu karena apa ya? Pertama bisa jadi karena politik ingin menguasai wilayah. Manusia pada rakus ingin mengeksplotasi lahan yang bukan miliknya. Islael menduduki Palestina, Amerika ikut campur alasannya apa coba? Padahal kekayaan bisa ditumbuhkan dari sepucuk pohon? Nggak usah neko-neko mau ngeduk tanah orang yang dikira ada minyaknya. Eh, Palestina kan nggak punya minyak ya. Nah, jadi bingung mau ngomong apa tadi.

Intinya yang pada  rakus biarkan saja dulu. Intinya menanam pohon itu membantu menyediakan oksigen, setidaknya membuat bumi ini sedikit lebih segar. Tidak cuma menanam, tapi bagaimana hasil tanaman itu bisa menjadi daya yang diolah masyarakat untuk bisa dijual. Bagaimana kalau kita menanam jarak, membuat minyak sejuta barel. Bagaimana, kalau pengetahuan alam digunakan juga selain mengolah juga mempertahankan agar tetap lestari. Berlatih hidup Go Green gitu.

Bagaimana kalau memperbanyak batik untuk diekspor. Batik yang diolah dari pewarna dan serat daun mangrove. Atau mungkin bisa diolah pakai daun laban di kampungku. Aku sebenarnya ingin sekali membangun kampungku dengan mengembangkan UKM dengan memanfaatkan lahan. Tapi dimulai darimana, aku bingung. Modal 1 juta cukup?

~ pemikiran yang ngalor ngidul nggak jelas, Lel. :-p

Hidupku Kebanyakan Improv

Akhir-akhir ini kepikiran Maseki terus. Duh, kenapa ya? Padahal sekian waktu lalu kan sudah melupakan. Perasaanku juga sudah netral. Tapi kali ini bayangannya selalu datang lagi. Mungkin karena Maseki selalu baik ya menghadapiku. Aku pernah di suatu masa takut dalam suatu keadaan. Waktu itu curhatnya sama Maseki. Maseki tetap tenang. Meski dia lebih muda dariku, tapi jauh lebih dewasa dibanding aku. Hihihi.

Lalu, Maseki jadian sama perempuan, aku blokir dia. Tapi aku kirim sms, dia masih terus balas dengan baik. Terakhir, aku kirim sms lagi, dan menyampaikan kalau akun FB-nya kublokir, dan sudah ku add lagi. Dia bilang, oke ntar mau konfirm. Aku jadinya malah jungkir balik sendiri. Ya Allah, kenapa aku begini. Penduduk bumi sudah 7 miliar, kenapa hatiku hanya terfokus ke Maseki, yang lain invisible. ~bahasanya nggilani Lel.

Allah pasti punya maksud tentang ini semua. Tentang pertemuanku dengan Maseki, lalu Maseki pacaran sama anak SMA itu. Lalu tiba-tiba, di siang bolong datanglah pangeran berkuda putih Massanto. Hihihi. Lalu, jreeeeng hubunganku dengan Massanto terpaksa bubar. Lalu duerrr, aku sakit pendarahan hidung dan tiba-tiba kepikiran jangan-jangan aku tak bisa bertahan hidup, aku harus buka blokir Maseki dulu, agar ia memaafkan aku sebelum aku mati. ~ Duh, hidupku kebanyakan  improv.

Tapi kalau nggak improvisasi, terus mustinya bagaimana?