Minggu, 27 November 2011

Cerita lintang hari ini

Hari Minggu ini sedang jaga ponakanku Lintang (4,5 tahun). Ayah bundanya kebetulan hari Minggu berangkat kerja. Dia habis nangis karena 4 boneka Shaun the Sheepnya hilang. Tepatnya 'sempat' hilang, namun akhirnya ketemu. Tadi ia main bola sama teman-temannya di depan rumah. Aku sedang di lantai 2, kadang bolak-balik turun nengok dia. Tiba-tiba dia naik di depan pintu kmarku dengan bibir memble, katanya semua boneka dibawa teman-temannya main bola. Dimana? Dia nggak tahu dan lupa nama teman-temannya. Lalu, aku keluar rumah, coba cari ke sana sini. Nggak ada yang tahu. Tanya ke tetangga sebelah, karena di situ juga ada anak usia 6 tahun, siapa tahu ingat nama-nama temannya. Eh, orang tuanya malah bilang, "jangan jawab, ntar malah salah sebut nama." Akhirnya kucari sana sini lagi dan nggak ketemu. Aku naik ke atas mau telepon ponakanku Dion (12 tahun) karena tadi dia sempat main bola juga. Belum sempat telepon, ponakanku Lintang malah bobo di kamar. Aku yang rencana mau pergi mencari boneka itu mengurungkan nunggu Lintang bangun, karena kalau ditinggal dan terbangun pasti nangis. Tapi Lintang terbangun, aku bilang, ayo cari ke rumah mas Ion, siapa tahu dia tahu boneka itu dibawa siapa. Lintang mau bangun.

Saat mau meninggalkan rumah, Ion dan Ihsan di depan rumah mengantar boneka. Syukurlah. tapi serius aku panik, karena Itang nangis dan sedihnya tidak biasa. Dia memang suka banget boneka-boneka itu. Lalu, kubuatin dia susu dan kuambilkan snack cracker abon 4, semua dilalap habis. Tiba-tiba kok tubuhnya panas. Aku bolak balik pegang dahi dan lehernya, panas. Aku cari temperatur untuk memastikan, suhunya 38,3 derajat celcius, suhu ruangan 32. Aku segera googling suhu normal manusia. Pada anak-anak di bawah 12 tahun, suhu tubuh pada malam hari akan berkisar 37,4 derajat celcius. Tetap dianggap normal sepanjang masih berkisar di 36 sampai 38 celcius. Tubuh menunjukkan suhu paling rendah pada pagi hari dan paling tinggi senja hingga malam. Perbedaan suhu terendah ke tertinggi bisa mencapai 1,5 derajat celcius.

Itu artinya suhu tubuh Lintang memang sedikit agak tinggi. Tapi nggak jauh dari ambang normal. Kelebihan 0,3 derajat celcius. Sekarang dia sedang bobo. Semoga bangun tidur nanti, suhunya kembali normal. :-)





Sabtu, 26 November 2011

Friendship is Wonderful

Subhanallah, life is beautiful. Friendship is wonderful. ;-)

Akhir-akhir ini aku sedang senang membangun lebih kuat tentang persahabatan. Juga, membangun persahabatan dengan teman baru. Jauh-jauh di ujung Jakarta, aku datangi. Rasanya ada nuansa batin tersendiri ketika silaturrahim. Menyapa teman lama yang tak sua. Mempererat hubungan dengan teman baru. Semacam ada energi positif yang meliputi tubuhku. Aku yang secara fisik baru sakit dan rasanya tidak mampu berdiri lebih dari 10 menit, kini rasanya aku mampu berdiri selama setengah hari.

Punya banyak sahabat setara punya banyak harta. Punya kenangan yang indah sama halnya membangun kekayaan diri. apa saja yang kulakukan beberapa hari terakhir ini?
Diantaranya saja :
1. Menengok baby Abie, putra pertama Siti dan Mas Mimi (keduanya sahabatku sejak kuliah). Mereka banyak hadir dalam perjalanan hidupku, selalu ada ketika aku membutuhkan. "Nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kau dustakan Lel?" :-)
2. Datang ke acara Kopidarat reuni Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama). Menemukan teman baru, Mas Amru dan Mbak Iik. Menjembatani aku menemukan kontak person mas Nobo dari Cifor.
3. Menengok Hida yang dirawat di RS Jakarta. Tapi saat mau ke RS, bersamaan dia pulang ke kos, so main ke kosnya, ketemu ibunya. Di kosnya, jadi baca profil seorang profesor yang meneliti tanaman obat-obatan. So, inspiring.
4. Menemui mas Adhit, teman baru. Dia datang dari Belanda, sedang menempuh program doktoral. Diajak ke Kompas.com, bertemu wartawan sains. Menginspirasiku untuk juga menulis karya populer tentang perkembangan biologi dan penelitinya. Suatu hari pasti berguna.
5. Menginap di kontrakan Nony. Mendengarkan cerita berjibaku dalam membangun kerajaan bisnis. Btw, aku juga bercita-cita berbisnis di samping tetap menjalani profesi profesional sebagai periset. Amin ya rabbal alamin.

Intinya banyak nilai kita temukan dalam silaturrahim. Seperti janji Allah, silaturrahim akan membuka banyak pintu rizki dan melapangkan hidup. Rizki bukan semata uang, namun lebih dari itu. Rasa tentram, semangat, kesehatan, hubungan yang baik dengan teman, semua itu adalah rizki.

No More Skyping Goslar - Jakarta

It's Saturday, but no more skyping Goslar-Jakarta! :'(

Berdua dan sendiri tentu saja berbeda. Beberapa waktu lalu masih kadang sedih kalau ingat bahwa hubunganku dengan Massanto harus berakhir.

Tapi, sekarang aku sudah lebih baik menghadapi kehilangan itu. Mengenalnya seperti fase yang tiba-tiba, berpisah pun tiba-tiba.

Bertemu dia ada banyak hikmah. Pertama, selain menemukan banyak kelebihan Massanto, aku juga belajar menerima utuh tentang seseorang.

Saat itu kami janjian di depan benteng Vredeberg. Itu pertemuan kami yang ketiga. Aku naik angkutan umum ke sana, karena sebelumnya dia bilang nggak bisa naik motor, maka akan naik angkutan umum. Tapi, ternyata dia diantar naik motor oleh mamanya. Pulang pun dijemput mamanya pakai motor.

Kalau aku cerita sama teman-teman perempuanku, mereka teriak histeris karena kok bisa-bisanya aku menemukan laki-laki lugu. ("kencan kok diantar mamanya" kata salah satu sahabatku.) Hwaaa. Tapi aku punya banyak alasan untuk membela Massanto.  Sejak umur 12-29 tahun (sampai kini), dia tinggal di Jerman, wajar dong nggak bisa naik motor. Keluarganya kebetulan sedang nggak punya mobil, jadi wajar dong diantar mamanya pakai motor kemana-mana. Siapa tahu dia lupa jalanan Jogja, khawatir tersesat dan kalau dia mau tanya ke orang-orang barangkali bingung bahasanya karena bahasa Indonesianya memang cukup kacau balau. Sebenarnya, hal itu tetap saja tidak wajar, sebagai lelaki di tanah kelahirannya dia tak akan tersesat. Dia hanya tidak dibiasakan berani ambil resiko, dia tidak dibiasakan untuk jadi 'lanang banget'. Di mataku menjadi wajar, karena toleransiku begitu tinggi. Dan itu tidak salah. Ada yang toleransinya jauh lebih tinggi dariku, ada orang yang bisa menerima pasangannya yang bahkan cacat fisik. Kalau Allah berkehendak menanamkan kasih sayang, tak ada yang mustahil.

Nobody perfect, aku coba terima kekurangannya. Aku sempat membayangkan jika menikah sama dia, pada saat-saat genting dan berada di Indonesia mungkin aku akan pergi sendiri, naik motor sendiri. Atau kalau mau jalan-jalan bareng, naik angkutan umum atau taksi. Naik angkutan umum itu tidak nyaman, apalagi tipe dia yang di tempat non-AC mengeluh. Lalu, semoga akan mendorong dia belajar naik motor. siapapun yang memiliki organ tubuh sempurna, apalagi laki-laki, menurutku sangat penting dan wajib bisa naik motor. Juga wajib bisa mengendarai mobil. Karena itu salah satu hal yang bisa diandalkan ketika sedang darurat.

Kalau sejak itu, sejak pertemuan ketiga, aku tahu ayahnya keberatan soal waliku (mas sulungku) yang dikiranya Islam liberal ( masa sih? masku nggak ikut JIL lho), dan ayahnya tidak suka NU (karena basik keluarganya Muhammadiyah dan PKS), padahal basik keluargaku itu sudah kujelaskan sejak awal ke keluarganya, maka jika saat pertemuan itu juga hubungan kami harus diakhiri, aku tidak terlalu sedih.

Tapi sayangnya hubungan kami berakhir saat komunikasi kami sedang sangat bagus. Karena dia sudah di Goslar (Germany) komunikasi lewat FB dan skype. Kalau Massanto sendiri tidak mempermasalahkan soal Nu atau Muhammadiyah. Dia sendiri tidak begitu paham soal organisasi keislaman di Indonesia.

Biasanya kami janjian untuk skype cukup lama hari sabtu atau minggu. Hari-hari biasanya dia kerja sejak pagi sampai malam. Tapi biasanya aku terima message-nya setiap pagi sebelum dia ke kantor, siang saat dia istirahat sejenak di kantor, sore menjelang magrib saat dia masih di kantor, lalu malam saat dia sampai rumah.

Kami selisih waktu kami 5 jam. Jadi, saat ia berangkat kantor jam 8 pagi di Goslar, aku di sini masih bobo. Saat dia pulang kantor dan selesai mandi dan beres-beres jam 9 malam waktu Jerman, di sini jam 2 pagi. Kalau aku sedang mengerjakan kerjaan hingga pagi, aku masih bisa membalasnya, lalu kami ngobrol lewat message. Tepatnya saling kirim puisi. Puisi hanya dua hingga empat baris. soal puisi itu ide dia. Puisinya selalu ada kata Cola-nya. Massanto memang pintar melucu. Aku jadi selalu tertawa. Itu juga salah satu kelebihan Massanto, selalu bikin suasana jadi ceria. Makanya saat dia bikin surat keputusan, dia memintaku agar membencinya karena dia telah menyakitiku. Oh, sedihnya. Ups, ya sudahlah.

Ah iya, di tinggal di apartemen di tengah hutan, di kota kecil. Pulang kantor sampai rumah sekitar jam 8 malam lebih, dan karena musim (apa ya, lupa. hehe) matahari baru tenggelam pukul 9 malam. Kalau gak salah jam 5 pagi sudah terbit, jadi ketika ramadhan 2011 ini puasanya panjang.

Biasanya kalau Sabtu atau Minggu, kami janjian ngobrol skype cukup lama. Tapi kini tak ada lagi bikin janji seperti itu lagi. Hikmahnya, belajar ikhlas atas sesuatu yang datang dan pergi. Pertemuan kami barangkali mendadak, jadi perpisahan pun mendadak. Aku coba berpikir positif bahwa Massanto sudah berupaya atas hubungan kami, dan wajar jika dia memilih mencari jalan damai dengan ayahnya. Lalu, dia pun yang memutuskan untuk tidak bisa melanjutkan hubungan kedekatan denganku dan berjanji bersedia menjadi teman baik, tapi berikutnya dia seolah menutup komunikasi denganku. Komenku di foto-fotonya dihapus, padahal itu komen biasa saja. Sepertinya karena ada pihak yang melarangnya agar jangan lagi komunikasi denganku, nanti terpengaruh Islam liberal. Gubrak! Andai mereka tahu, Islamku biasa saja. Aku bukan manusia fanatik pada manhaj tertentu. Islamku atas dasar nuarni kemanusiaan.

Tapi ya sudahlah, hikmah ini semua, menjadi pelajaran ikhlas buatku dan Massanto. Semoga juga bisa buat pelajaran orang-orang di sekitar kami.

Alhamdulillah, insyallah sudah bisa berlapang dada tentang perpisahan ini. Jadi, biarlah kenangan itu kumasukkan ke dalam kotak dan kupita dengan tali yang indah, lalu disimpan di rak. Suatu hari pasti aku akan menemukan cinta baru, begitu juga dia. Seperti kata pepatah, perlakukan cinta yang sedang kita hadapi sebagai cinta terakhir. Jadi, biarlah hujan menghapus jejak masa lalu. ;-)

Galau Tingkat Tinggi

Judulnya sesuatu banget. :D

Akhir-akhir ini sedang galau, bukan soal cinta, tapi soal karir masa depan. Kebanyakan orang seumurku sudah mengambil keputusan untuk membangun masa depannya, sementara aku masih seperti sedang di dalam kamar, di samping jendela, menatap halaman di balik rinai hujan. Seandainya aku keluar dan di ujung jalan menemukan persimpangan, aku tidak tahu harus ke kiri atau ke kanan.

Setiap orang memang beda mengambil angle tentang hidupnya. Kurasa aku termasuk orang yang bisa melihat banyak sisi positif dari setiap yang hadir di bumi ini. Jadi, meski galau tingkat tinggi, aku yakin semua akan baik-baik saja. Kadang bandul hidup memang perlu bergoyang (galau) untuk menuju titik keseimbangan.

Kadang memang ada hal-hal yang di luar kemampuan kita untuk bisa merubah atau membangunnya. Kadang begitu saja takdir telah memanggil.

Akhir-akhir ini aku merasa sangat terpanggil untuk memanfaatkan background studiku Biologi. Di sisi lain, pengalaman kerjaku jauh di luar bidang sains tersebut. Pengalaman sebagai seniman teater, jurnalis, dan menjadi staf di sebuah lembaga riset sosial, kupikir akan membuatku mantap meninggalkan Biologi. Tapi ternyata tidak, aku masih kadang sedikit membaca soal perkembangan kebiologian. Kadang, semacam ada suara-suara lirih yang memanggil. Sisi positifnya, aplikasi studi Biologi kini di mataku jadi lebih menarik ketimbang saat aku kuliah, itu artinya aku punya peluang untuk melakukan sesuatu yang berarti di bidang itu.

Teman-temanku lulusan Biologi pada umumnya telah mantap memilih jadi peneliti, dosen, guru, atau bidang lain seperti perbankan, asuransi, dan bahkan bisnis. Perjalanan yang mereka lewati tentu saja berbeda denganku. Andaipun ditawari tukaran nasib, rasanya aku pun tak mau. Jadi, aku tidak pernah menyesal apa saja yang telah kuputuskan. Satu-satunya hal yang kusesali adalah jika seandainya nanti aku menjadi beban keluarga atau orang lain. Tentu saja, semoga tidak.

Cita-citaku sebenarnya sederhana, ingin menjadi manusia berguna, mandiri, bebas menjadi diriku sendiri dan tidak membebani siapapun. Sebenarnya kerja paling nyaman adalah menjadi bos untuk diri sendiri, apapun profesinya. Ingin menjadi seorang profesional di suatu bidang dan sekaligus membangun bisnis. Bisnis apa?  Belum juga memutuskan. Lhoh?

Kemampuanku rasanya sedang mentok, perlu peningkatan pengetahuan sistematis. Intinya perlu kuliah lagi. Saat ini ingin sekali sekolah lagi di luar negeri. Ingin melihat dunia yang luas ini. Tapi bahasa inggrisku juga masih pas-pasan.

Beberapa waktu lalu dengar cerita dari seorang teman, ada seorang Indonesia menjadi profesor di suatu perguruan tinggi ternama di Eropa, dengan 4 gelar doktor. Itu artinya profesional dalam 4 bidang (wow!), yang ternyata kuliahnya dimulai usia 28 tahun. Waah hebat ya. Aku berarti belum terlambat kan, jika hari ini masih membangun cita-cita untuk kuliah lagi untuk menjadi seorang profesional bidang tertentu.

Tadi diawal kukatakan galau bukan soal cinta, tapi ujungnya sepertinya harus terkait soal itu.

Umurku yang sekarang ini 28 tahun, kalau diukur dengan norma sosial di sini dituntut sudah harus segera menikah. Masa sih harus buru-buru? Ingat pesan Pak Mario Teguh, menikah jangan karena "kalau bukan sekarang, kapan lagi?" atau karena keterpaksaan sejenisnya. Menikahlah dengan penuh kasih dan suka cita. ;-)

Sebelumnya aku juga pernah punya target menikah umur 27 atau 28, kalau saat ini sih belum menentukan target waktu lagi. Aku juga sudah berusaha membangun hubungan serius, sudah berupaya mempertahankan. Tapi faktor jodoh memang ada faktor X yang ikut menentukan. Biarpun kita telah berjuang keras mempertahankan hubungan, jika Tuhan belum berkehendak berjodoh, suatu hubungan tidak bisa diselamatkan. Akan ada waktu yang tepat pada saatnya. Terdengar klise, namun memang demikianlah. Soal jodoh, seringkali kalau terlalu dicari justru kadang sulit ditemukan, jadi lebih bijak saat ini cari beasiswa sekolah saja. Hoho.

Intinya belum menemukan yang saling tepat.

Karena aku memang berniat besar untuk kuliah lagi di LN, jadi kali ini aku punya kriteria calon pendamping hidup yang salah satunya bisa memahami cita-citaku. Mungkin akan ada saatnya berpisah selama 2 tahun, itu bukan sesuatu yang mudah, tapi bisa dilalui jika saling menjaga kepercayaan. Atau syukur punya cita-cita yang sama, kuliah bareng di LN di negara yang sama.

"Sudahlah, kenapa sih harus ribet kuliah lagi di LN? Mendingan belajar mempersiapkan jadi ibu rumah tangga saja, mengurus suami dan anak-anak nggak kalah mulia lho! Jadi perempuan itu bla bla blah." demikian nasihat banyak orang. Siap, aku dengarkan. Jangan salah, aku pernah dalam kondisi itu, mempersiapkan diri untuk kemungkinan seandainya menikah nanti, jadi ibu rumah tangga saja, belajar masak, merawat rumah, dan berpikir apa yang bisa kulakukan untuk tetap produktif dari rumah. Tapi toh nggak nikah-nikah juga. Hohoho. Intinya, berlatih siap dengan segala kemungkinan.

--

Kalau dia yang kuliah di LN, aku harus ikut. Kalau aku yang ke LN, dia mungkin belum tentu bisa ikut, ntar dia mau kerja dimana kalau ikut aku.

Ya Allah, karuniakanlah aku pasangan yang menentramkan hati, yang mencintaiku dan kucintai, senantiasa dan selamanya. Jika masih jauh, maka dekatkanlah, jika sudah dekat, maka tunjukkanlah. Yang membuat hidupku lebih berarti, yang mendukungku kuliah lagi di LN, yang berakhlak baik dan seorang profesional. Yang Kau ridhoi. Amin.

Perjuangan Mencari Soulmate

Perjuangan mencari soulmate.

Tuhan sayang sama setiap orang tapi tiap orang diberi karunia dan ujian yang berbeda-beda. Kenapa begitu, karena konon agar tiap orang mengambil hikmah dari tiap peristiwa, juga berusaha mengenalNya, kata ahli sufi, Tuhan ingin dikenali.

Apa hubungannya dengan jodoh. Karena hal itu memang salah satu hak prerogatifnya. Kita tidak bisa menebak kelak akan menghabiskan hidup dengan siapa, akan bertemu siapa.

Seorang temanku yang punya prinsip tidak pacaran, dia sebelum menemukan jodohnya, bolak balik taaruf, tapi belum juga sreg. Kami sering saling berkelakar, kalau tiap tahun ganti cerita.

Bahkan saat dia menemukan jodohnya, bertemu yang pertama kali langsung lamaran. Menurutku dia nampak sangat bahagia. Begitulah jodoh, kalau memang sudah yakin, biar pun belum pernah bertemu langsung tapi bisa timbul rasa kasih sayang dan percaya. Salah satu tanda kebesaran Allah. Verily in this are signs for those who believe.

Sebenarnya nggak jauh beda denganku, aku juga beberapa kali mencoba menjalin hubungan serius saling mengenal. Mungkin sama saja namanya taaruf, hanya saja aku berkomunikasi intens langsung, pernah juga dibarengi komunikasi seorang perantara. Kalau namanya taaruf murni konon komunikasi harus selalu melalui perantara.

Ada yang tekun cari jodoh, tapi belum juga dapat. Tapi aku yakin, Tuhan punya cara yang tidak pernah terduga. Pada suatu siang bolong, seorang teman tiba-tiba menghubungiku akan mengenalkan dengan seseorang yang sedang serius cari jodoh. Saat itu aku sedang jarang bertemu orang. Sedang kebanyakan di kantor, di suatu tempat yang jarang bertemu orang baru. Meski akhirnya bubar, namun membuatku percaya satu hal, bahwa ketika Tuhan berkehendak, maka yang akan terjadi, terjadilah. Sungguh, Dia Maha Kuasa.

Lain halnya ketika aku jadi wartawan, hampir tiap hari kenalan dengan orang baru, tak jarang kenalan pemuda yang prospektif. Tapi tak satupun aku jatuh hati. Malah tertarik sama polisi yang hanya kukenal lewat dunia maya. Tapi jelas identitasnya, adik kelasku di UGM yang kemudian masuk Akpol. Mungkin karena dia di mataku polisi berbeda, sopan, respek sama orang lain, dan pintar. Namanya juga tertarik ada 1001 kebaikan yang bisa kulihat. Haha. Kalau aku gak tertarik, meski semua orang bilang seseorang itu keren bla bla blah, di mataku biasa saja.
Cerita soal polisi itu sudah usai, dia kini sudah punya pasangan. Sementara aku kini totally jomblo.

Ya Allah dimana pasangan jiwaku? Atau jika menurut Engkau aku sebaiknya kuliah lagi, mohon berikan semangat dan kekuatan untuk meraih cita-cita. Alhamdulillah.

Atau, aku harus mencoba mencari jodoh dengan tukeran biodata lengkap? Seperti temanku yang ikut kajian tertentu. Tapi rasanya kok nggak sreg ya, mungkin karena aku sadar mereka yang pakai cara tukar biodata seperti itu biasanya tipikal ikhwan atau akhwat. Nah, ntar kalau misal ada orang tipe aku nyasar ke sana, apa nggak salah alamat. Hehe.

Kurasa aku sudah berupaya, termasuk berupaya mempertahankan hubungan, tidak gegabah memutus. Jadi, selebihnya biarkan Allah yang bekerja. Saatnya kupercayakan pada caraNya saja. Kalau memang saatnya tiba, tak akan ada yang bisa menghambat. Semoga sih segera, karena kalau sudah menemukan pasangan sejati, jiwa rasanya lebih tenteram dan hidup pun lebih fokus arahnya.

Dimana, dimana, dimana? Haha.

Jumat, 25 November 2011

Tinggalkan Profesi Dokter, Urus Anak-Anak Pemulung

Profesi dokter adalah harapan banyak orang, orang tua, dan mertua. Tapi, bagaimana jika seorang dokter meninggalkan ruangan kerja prakteknya untuk mengabdikan hidupnya mengurusi anak-anak pemulung?

Awet Muda

Rasanya aku patut bersyukur atas karunia awet muda. Ckckck!

Hingga di umurku yang ke-28 ini seringkali dikira berumur 22 tahun, malah kadang dikira 19, paling tua orang mengiraku berumur 25. Malah kadang mungkin orang mengiraku kurang dari 19 tahun, karena beberapa kali ada cowok bau kencur berseragam SMA menggodaku. aku nggak GR, biasa saja. Kadang geli, karena terlalu muda.

Suatu kali saat aku di bandara hendak menaiki pesawat dapat nomer kursi yang persis dekat pintu. Itu artinya, penumpang yang dapet posisi itu punya tanggung jawab membuka pintu jika pesawat dalam keadaan mendarat darurat. Itu juga berarti minimal berumur 17 tahun. Saat hendak melewati pemeriksaan, aku tidak membawa identitas. Tapi untunglah aku diantar polisi sarjana hukum yang tugas khusus di bandara, yang mengatakan bahwa aku tamu kapolda.

"Sudah lulus SMA?" tanya petugas bandara. Aku tidak menjawab apapun, menunggu polisi yang menjelaskan.
"Dia 20 tahun, wartawan tamu Polda." jawab polisi.
Setelah sebeberapa saat, polisi itu tanya ulang ke aku, "Lel, kamu 20 atau malah masih 19?"
hHeh?
"Eh, kamu kan wartawan. Berarti sudah lulus kuliah ya." lanjutnya.

Lain kali saat aku tugas wartawan di lapangan, saat di kantin.

"Mbaknya masih masih magang wartawan ya?"
"Lho kok tahu, Bu?" saat itu statusku memang magang, karena di tempat mediaku kerja, sebelum 5 tahun kerja, statusnya tetap saja "magang" alias belum buruh tetap. Dan, aku mikirnya, mungkin karena kalem di lapangan, nggak banyak ribut, jadi nampak anak kemarin sore.
"Karena kayaknya baru lulus SMA ya?" jelas ibu kantin.

Lain waktu, saat ada acara syukuran di rumah masku, tiba-tiba seorang bapak mengacak-acak rambutku  yang intinya mendoakan semoga aku betah di sekolah baru. Bapak itu adalah orangtua dari teman ponakanku yang saat itu berumur 17 tahun. Aku dikira ponakanku yang berumur 17 tahun! Wow. saat itu umurku 27 tahun.

Terakhir, seorang kerabat jauh datang, nampaknya lupa tak mengenaliku. Dia mengira aku teman kuliah ponakanku yang sekarang umur 19 tahun. Ehem!

Yang tidak mengenakan, dua anak seragam SMA, nongkrong di tempat ojek, sembari menggoda, "kenalan dong baju pink. Bla..bla..blah!" Hari berikutnya masih nongkrong di situ dan berulah lagi saat aku lewat. "Siang-siang panasan, kenalan dong, siapa tahu kita jodoh!" gubrak! Duh dek, selesaikan dulu tuh PR matematikanya ya!

Yang lebai. Seorang anak muda yang ngakunya teman SD ponakanku Dian (umur 19), tiba-tiba sudah standby dengan motornya nunggu aku yang sedang beli pulsa. Dia maksa mau ngantar, aku tolak baik-baik, eh malah aku diikutin. Akhirnya aku bersedia diboncengin ABG itu sampai tempat angkutan umum, sembari aku bilang "aku tantenya Dian, mau menjemput suamiku." Hahahah.

Merawat Kecantikan Itu Harus

Merawat kecantikan tubuh adalah salah satu cara mensyukuri karunia Tuhan atas nikmat organ, jaringan, dan sel yang sempurna. Membersihkan wajah, menyelamatkan wajah dari bahaya ultraviolet, dan memancarkan aura hidup adalah wujud bahwa kita peduli terhadap kreasi Tuhan yang dititipkan kepada kita.

Tidak bisa dipungkiri perempuan dimanapun di dunia ini pasti ingin tampil cantik. Hanya saja cantik ini luas maknanya. Tapi kali ini memang sedang membahas cantik secara lahiriyah. Andaipun kita diberi karunia kulit hitam, tetap saja harus menjaga keindahannya. Seandainya memiliki kulit wajah berjerawat, harus berupaya mencari pengobatannya. Rambut yang berantakan, harus rajin merapikan. Rambut yang kusam, musti ditambah vitamin. Kalau tentang kelebihan berat badan alias gendut, bisa jadi memang dari sononya alias genetis, bisa tetap cantik kok kalau merawat diri.

Tips murah mudah merawat wajah.
Paling simple adalah rajin membersihkan sebelum dan sesudah make up, serta sebelum tidur. Hindari pembersih atau sabun wajah yang bikin kering, karena mudah membuat keriput. Kalau perlu, cari pembersih 'deep cleaning oil'. Selain menjaga kekenyalan kulit, juga membuat kulit tak bersisik.

Merawat Bibir
Sikat gigi sebelum dan sesudah tidur. Bangun tidur, pijat perlahan-lahan dan bersihkan daki di sekitar bibir. Sesekali olesi dengan madu. Rajin pakai lipglos dan sedikit lipstik. Lipstik selain berfungsi mencerahkan warna bibir sebenarnya melindungi bibir dari bahaya ultraviolet matahari. Jika tak ingin tampak menor, pilihlah lipstik yang mendekati warna bibir asli.

Merawat Tubuh.
Merawat tubuh ada 2 macam :
1. Mengontrol berat badan.
Tidak ada salahnya menjaga berat badan. Seorang perempuan yang langsing dan bugar, merasa lebih percaya diri terhadap tubuh sendiri dan terlihat indah dipandang. Bangun tidur, olahraga ringan kepala, pundak, tangan, dada, pinggang, dan kaki. Makan pagi secukupnya. Jika hobi ngemil, dikurangi takarannya. Ingat bahwa memasukkan karbohidrat ke dalam tubuh secara berlebihan sama halnya menjadikan tubuh sebagai tong sampah. Porsi makan juga secukupnya, dan pilih menu berserat tinggi. Kalau memang gemuk genetis jangan berkecil hati, berpikirlah positif tentang tubuh sendiri, jagalah agar tetap bugar dan bersinar.

2. Merawat kebersihan dan kehalusan kulit
Percayalah putri iklan dengan kulit putih mulus itu hanya salah satu bentuk kecantikan. kecantikan kulit itu luas maknanya. Kulit yang hitam ataupun cokelat, ketika bersih pun tak kalah indah dengan kulit putih. Cobalah sesekali olesi kulit dengan minyak zaitun sebelum mandi lulur. Atau kalau mandi pakai sabun biasa berarti harus pakai lotion agar terjaga kelembabannya. Kalau kulit sangat kering, seringlah mandi lulur yang kandungan minyaknya lebih banyak, seperti yang mengandung apokat. Juga, sesekali ketika sedang memakai sabun atau minyak, pijatlah bagian tubuh-tubuh tertentu seperti betis dan paha agar lebih rileks.

Jangan lupa seringlah menarik garis senyum ketika bertemu orang-orang. Percayalah bahwa kita tercipta di dunia untuk banyak berpikir positif dan berbahagia. ;-)

Cobalah!

#artikel ini ditulis juga sebagai pengingat untuk diri sendiri agar lebih disiplin merawat diri. ^_^

Kamis, 24 November 2011

Cara Praktis Dapatkan Ilmu Laduni

Beberapa waktu lalu, seorang teman, berprofesi sebagai peneliti Mikrobiologi, orang yang sangat mengedepankan sains dan akal, tiba-tiba bercerita padaku soal ilmu laduni. Hal ini didasarkan pada, kami yang sedang sama-sama belajar bahasa, sudah sangat bekerja keras berupaya, tapi rasanya kemampuan mentok. Dia cerita, sejumlah temannya, bisa cepat belajar bahasa, dengan dibantu ilmu laduni. Seorang yang telah memperolah ilmu laduni, hanya beberapa bulan bisa menguasai bahasa Inggris dan Rusia. Kalau dipikir pakai akal manusia awam, memang rasanya mustahil. Tapi bisa dilogika dengan bahwa pada dasarnya manusia bisa semua bahasa, hanya masalah pencerapannya yang berbeda. Nah, ilmu laduni ini semacam membantu manusia untuk mengoptimalkan kemampuan jiwanya mempelajari ilmu Allah, sesuatu yang istimewa.

 Ilmu ini tidak asing untuk lingkuangan pesantren NU. Sebenarnya ilmu ini juga dipelajari saat jaman sahabat nabi Muhammad.

Ilmu Laduni? Apa itu? Ilmu yang diperolah langsung dari Allah tanpa harus belajar seperti yang dilakukan orang lazimnya. Misal, bisa untuk belajar bahasa asing dengan cepat, dengan mengaktifkan otak bawah sadar. Syarat utama, harus yakin bahwa Allah SWT Maha Kuasa, jika Dia berkehendak, maka apapun bisa terjadi. Orang yang dikarunia Ilmu Laduni, bisa memiliki Kecerdasan yang sangat Tinggi dan Luar Biasa, di luar akal normal manusia biasa.

Berikut ini salah satu cara praktis mendapatkan Ilmu Laduni.

1. Giat mempelajari/memikirkan hal-hal yang terjadi yang tidak masuk akal awam manusia.
2. Beristiqomah tanpa putus asa melakukan tawasul yang ditujukan kepada Nabi Khidir, terusaha usai salat wajib. Tawasul tersebut :
   a. "Bi mu'jizati Nabiyyina  Khadir 'alaihissalam.." (baca QS Alfatihah 1 atau 3 x)
   b. "Bi barakati Nabiyyina Khadir 'alaihissalam.." (baca QS Alfatihah 1 atau 3 x)
   c. "Wa ilaa ruhi Nabiyyina Khadir 'alaihissalam.." (baca QS Alfatihah 1 atau 3 x)

Intinya, dzikir mendalam. Mengapa Nabi Khidir? Kata Laduni dipetik dari kalimat Allah yang berbunyi, "Kami telah ajarkan kepadanya (nabi Khidir) dari sisi Kami, suatu ilmu." (Alkahfi : 65)

Selamat mencoba.

Catatan : Kalau nggak yakin bisa mendapatkan ilmu tersebut, maka tidak akan mendapatkannya.

Rabu, 23 November 2011

new friends, new inspirations

Several times ago, I met a new friend. He is a student doctoral at Netherland, I call him, Mas Adhit. He is staying in Indonesia just for a number of days until end of November. Btw, he is a inspiring person. I heard the little stories about his many friends, Indonesian scientists who have wonderful position at world institution, tetapi belum terdengar namanya selama ini. Oh ya Mas Adhit ini mantan sekjen I4 (Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia).

Kalau dengar cerita tentang para ilmuwan Indonesia yang punya kiprah internasional, tentu saja ikut bangga. Kebanggaan tersebut bisa menginspirasi kita mewujudkan mimpi-mimpi yang mungkin sebelumnya nampak jauh di mata. Atau menjadikan kita percaya bahwa kita orang Indonesia juga bisa, tak hanya mereka yang di Eropa dan Amerika.

Kalau buatku sederhananya, aku juga harus bisa kuliah di Luar Negeri. Ingin sekali punya ksempatan belajar di Eropa, lalu kelak menjadi manusia yang jauh lebih berguna. Ingin melihat dunia lebih luas. Syukurnya di jaman sekarang ini, kalau mau lihat Eropa dan Amerika, atau negara-negara lainnya, bisa lewat Youtube. Bisa tahu kebudayaannya secara detail. Hingga rasanya dari tempatku berdiri di Jawa barat, kota Berlin di Jerman itu lebih dekat dari Lombok. Haha

Btw, sama mas Adhit ke Kompas ketemu teman-teman wartawan dari desk sains dan pendidikan, di situ aku jadi tertarik untuk menulis liputan sains, jadi wartawan sains kayaknya seru juga. Menulis soal penemuan dan sosok yang menemukan. Hm, ya Allah beri aku kesempatan...

Rabu, 16 November 2011

Inggrid & Luke

Akhir-akhir ini sering nonton Youtube milik Inggrid dan Luke Conard. Keduanya adalah anak muda dari Amerika. Tapi aksen Inggrid kok Eropa ya? Inggrid, tahun 2011 ini 22 tahun, sering merekam dirinya duduk di kamarnya, di depan kasur. Kamarnya rapi. Dia cerita soal banyak hal, tentang dirinya yang nerd, tudingan psiko dan narsis karena banyak merekam soal dirinya sendiri, soal bagaimana tips mengikat rambut, produk-produk kosmetiknya. Lipstik dan kuteknya banyak sekali.

Sedangkan Luke, dia penyanyi dan komposer. Tidak pernah menyebutkan umurnya, pertama kukira umurnya sebaya dengan Inggird, tapi ternyata ada yang membocorkan umurnya 30. Dia baru bikin video dengan inggrid sekitar oktober 2011. Video-video sebelumnya tidak ada Inggrid. Dia punya group musik. Tinggal bersama teman-teman satu bandnya. Ada yang namanya Kristina. Dulu Luke pernah nyanyi judulnya Krisina sekitar 2009. Baru sekitar bulan Oktober ini, nampak Inggrid sering datang ke markasnya.

Inggrid sendiri nampak anak rumahan, anak baik-baik. Tinggal sama mamanya. Ayahnya telah meninggal dunia. Dia lulusan Teknik Arsitektur, kuliah di Eropa.

Kenapa ya aku ngikutin aktifitas mereka? Hahaha. Nggak tahu sih, cuma jadi tahu aja gaya hidup anak muda Amerika.

Selasa, 15 November 2011

Persahabatan Cowok Cewek, Mungkinkah?

Banyak orang yang menyangsikan tentang persahabatan antara cowok dan cewek bisa dibangun. Sebenarnya bisa tidak ya? Tentu saja bisa jika keduanya tahu batas-batas. Artinya saling tahu menempatkan diri.

1. Pihak perempuan harus tahu diri, bisa menjaga perasaan pasangan sahabat laki-lakinya. Bisa berlaku yang membuat orang percaya bahwa persahatan itu tidak mengganggu hubungan yang lain.
2. Pihak laki-laki juga harus tahu diri, bisa menjaga perasaan pasangan sendiri. Bisa dipercaya bahwa dengan bersahabat dengan teman perempuannya tidak memiliki implikasi negatif pada hubungan dengan pasangannya.
3. Pihak perempuan juga harus tahu diri batasan. Menjaga perasaan pasangan sendiri juga. Bisa dipercaya bahwa persahabatan itu tidak mempengaruhi negatif terhadap hubungan dengan pasangannya.

Intinya saling tahu batasan, bisa dipercaya. Itu saja .

Aku Menyesal telah Buat Maseki Kesal

Sepertinya ada "something wrong" antara Maseki dan aku. Beberapa waktu lalu, aku memberi kabar telah menemukan fotonya yang pakai dasi hijau garis-garis. Itu berarti dia sudah beralih fungsi ke reserse. Dulu dia pernah bilang dasi itu akan dipakai kalau sudah alih fungsi, karena saat pertama kali tugas dan terima dasi itu dia bukan di fungsi reserse. Tugas di fungsi reserse adalah yang dia cita-citakan. Tentu saja aku ikut berbahagia menemukan salah satu cita-citanya tercapai.

Aku juga minta maaf karena sebelumnya aku sempat memblokir FB-nya yang berarti aku tidak bisa mencarinya dan dia tidak bisa mencariku lewat FB. Tapi aku masih menyimpan nomer HP-nya. Alamat YM pun masih ada. Aku blokir dia karena dua alasan, sudah kusampaikan padanya. Salah satu alasannya karena aku tidak nyaman mendapati wall-nya yang tiba-tiba muncul di homepage FB-ku, isinya sayang-sayangan sama pacarnya. Saat itu belum ada aplikasi unsubscibe. Alasan kedua, aku tidak bisa menyebutkan di sini.

Aku tahu ini tulisan diary, tak akan ada orang yang sampai di halaman ini, kecuali aku memberitahunya. Tapi, aku bukan berarti tidak perhitungan. Barangkali jika ada orang yang detail mengikutiku akan menemukan halaman ini. (Ke-GR-an kamu Lel, ada yang ngikutin kamu detail. Haha). Tapi semua yang ditulis di sini hanya soal pribadi, tidak penting buat orang-orang. Just to express, not to impress, not to get comments. ;-)

Aku sudah 2 hari ini add lagi FB-nya, juga PIN BB-nya, dia belum confirm. Dia sempat mengirim balasan smsku soal permintaan maafku, ditanggapi dengan kalimat yang intinya bahwa dia kini sudah punya hubungan yang serius. Aku padahal tidak menyinggung soal itu. Bukankah akhir April lalu dia juga sudah bilang jadian sama seorang perempuan, lalu sejak itu aku juga sama sekali tak mengungkit soal itu, itu wilayah privasinya.

Aku dulu memang pernah berharap sama dia, tapi bukankah dulu urusan itu juga sudah diselesaikan. Saat itu, sebelum dia lulus dari Akpol, ceritanya diawali dengan sepakat coba saling mengenal, syukur berjodoh, kalaupun ternyata tidak saling cocok, kami bisa tetap bersahabat atau bersaudara dengan baik. Saat itu sebenarnya aku serius cari calon suami dan ingin segera menikah. Tapi, usai dia lulus dari Akpol, dia bilang masih ingin menata karir dan nikahnya masih lama. Berarti perkenalan seriusnya tidak bisa dilanjutkan. Aku bisa paham. Kami tetap berteman baik. Lalu, ketika dia baru sekian bulan di tempat tugas baru, dia pacaran sama seorang perempuan yang masih anak SMA. Aku pernah terlintas heran, tapi kupikir mungkin karena dia niat menikah masih lama, jadi masih ada waktu kenalan panjang untuk menikahi pacarnya itu.

Sejauh yang kukenal, Maseki bukan tipe laki-laki yang suka main-main. Ketika dia memilih perempuan itu, aku yakini dia serius memilihnya. Aku merasa tidak perlu tahu pertimbangannya, aku pun tidak bertanya. Yang kutahu, namanya jodoh kita tak akan bisa menebaknya. Baiklah aku harus ikhlas melepasnya. Aku pun mengubur harapan dan menemukan harapan baru lagi.

Saat itu, aku blokir FB maseki agar aku juga bisa fokus dengan harapanku sendiri. Itu juga kulakukan atas dorongan suatu pihak. (Sebenarnya bukan hanya Maseki yang blokir, ada Mr.D dan Mr. R, orang-orang yang pernah punya cerita khusus di kehidupanku, tapi aku sudah minta maaf sama mereka soal blokir. Mereka baik-baik saja, awalnya Mr. D sempat kesal juga sama aku, teganya aku blokir, tapi akhirnya dia ngerti. Mungkin karena aku kenal mereka lama ya, sejak jaman kuliah. Mereka sudah jadi sahabatku, kublokir karena aku akan fokus dengan relation yang baru, gitu). Dan, betul lalu aku fokus dengan harapan baruku. Soal kisah Maseki aku tidak tahu menahu. Aku hanya sesekali masih sms dia, itu pun hanya memberitahu soal apa ya, aku tepatnya lupa. Ah iya, karena pekerjaanku saat itu sedang terkait kepolisian, sedangkan dia juga polisi. Kayaknya soal kerjaan, juga saat ultahnya, dan lebaran idhul fitri. Di mataku dia pribadi yang kukenal baik, salah satu orang yang kupercaya. Bahkan, polisi pertama yang bisa kupercaya yang membuatku terkesan. Banyak catatan baik tentang dia selalu terekam dalam benakku.

Sejak dia akhirnya bilang jadian dengan perempuan itu, aku tidak pernah mengganggunya. Sampai akhirnya kemarin aku buka blokir dan add lagi, aku juga tak ada niat untuk mengganggunya. Semoga dia tidak salah paham.

Aku sedih andai dia tak lagi percaya padaku bahwa aku selalu menjadi teman yang baik. Memblokirnya barangkali telah membuatnya merasa sesuatu yang tak nyaman. Atau entah bagaimana, aku tidak tahu pasti yang ada dalam pikirannya. Aku menyesal telah membuat Maseki kesal. Andai waktu bisa diulang, aku tidak ingin membuat hal-hal yang bisa bikin salah paham. Aku add lagi bukan karena berharap lagi. For many reasons, sometimes friendship is better than loveship.

Kalau mau dipikir logis, berharap Maseki lagi sepertinya nggak mungkin. Setelah sama Maseki, aku juga sudah melewati loveship yang rumit banget, masalahnya sudah nyangkut keluarga. Kalau mau berharap Maseki lagi, Maseki harus benar-benar meyakinkan aku. Rasanya itu tidak mungkin. Terlebih lagi, Maseki sudah punya pasangan. Dan aku bukan tipe orang yang suka mengganggu hubungan orang. Karena aku juga tidak suka ketika punya hubungan, ada orang yang mengganggu. Begitu saja sih. Hehe.

Semakin Dicari Semakin Tidak Ketemu

"Semakin dicari semakin tidak ketemu"

Tebak apa itu? Jodoh! Setidaknya pengalamanku begitu. Semakin kucari jodohku, semakin tidak ketemu. Jadi, sebaiknya nggak usah dicari saja kali ya, kalau memang sudah saatnya ketemu, abrakadabra pasti ketemu. Santai saja, sekarang fokus cari kerja baru, dan beasiswa kuliah di LN. Amiin.

Tapi cari penyemangat baru boleh kali ya. Maksudnya sembari saling mengenal, sembari mewujudkan mimpi-mimpiku. Cinta itu bikin semangat meraih cita-cita. Nggak usah mikir nikahnya kapan, dijalani saja. Soalnya kalau diniati serius mau menikah, malah nggak jelas kapan akan menikah. Kalau putus lagi, ya sudah. Santai saja. Kalau ternyata berjodoh, alhamdulillah. Tapi syaratnya, aku juga suka sama orang itu. Minimal kayak Maseki atau Massanto. Aku sebenarnya tidak tahu kayak apa tipeku. Kalau sejak awal sudah nggak sreg atau kulihat nggak ada chemistry, maka ke depannya pun aku tetap nggak akan suka. Meski orang itu baik sama aku. Tidak pernah bikin kriteria tertentu, tapi aku tahu orang yang kusuka. Kalau aku pernah berharap sama Maseki dan atau pernah suka Massanto, barangkali tipe-ku memang minimal seperti keduanya kali ya. Tapi  sebenarnya Maseki dan Massanto itu beda banget. Yang paling berkesan, Maseki itu kharismatik, Massanto itu nggak suka macem-macem, simple. Jadi, tipeku kayak apa, aku juga nggak tahu. Intinya kalau aku suka, semua bisa kuterima. Hihihi.

Yang pasti terutama akhlak. Kalau akhlaknya baik, dia pasti bertanggungjawab. Akhlak baik juga berati dari segi pergaulan, aku sreg dan percaya dia orang baik-baik. Jadi ingat pertama kali kenal Maseki, karena dia polisi, awalnya aku biasa saja. Polisi? Oh, tidak! Aku mikir yang tidak-tidak soal polisi. Polisi biasanya suka menggoda, main cewek bla bla blah. Padahal tidak semua gitu ya. Maseki juga orang baik, dari keluarga baik-baik, masuk Akpol murni pakai jalur yang benar, nggak nyogok. Dia juga sopan, bisa dipercaya, sejauh yang kutahu dia bisa menjaga perasaan. Pokoknya orangnya bikin tenang gitu. Meski usianya 4 bulan lebih muda dariku, tapi jauh lebih dewasa dariku. Hahaha. Tapi harus diikhlaskan, Maseki sudah punya pasangan. Itu, aku cuma cerita tentang  dia di mataku.  Lalu, soal Massanto. Pertama mau dikenalin, aku sholat istikharah dulu. Cuma mau kenalan doang dulu aja aku serius banget ya. Ya iyalah. Soalnya kenalan itu kan memang niatnya untuk bisa mengenal lebih dekat, berjodoh atau tidak, ternyata tidak. saat aku diberitahu kalau dia sejak SMP, SMA, dan kuliah Jerman, aku mikir sampai jungkir balik tentang pergaulannya. Yang kutakutkan dia seks bebas, minum-minuman keras dll, tapi adiknya menjamin dia tidak melakukan itu semua, dia anak rumahan, anak baik-baik. Itu satu hal yang membuatku "ya', aku terima kenalan seius itu.

Jadi, akhlak itu penting banget.

Kembali soal kriteria, baiknya mungkin kujabarkan saja biar malaikat juga jelas nulisnya. Hahaha.
1. Berakhlak baik dan tanggungjawab, dalam arti seperti yang kusebutkan di atas dan tidak pernah melakukan kriminal, tidak menggampangkan sesuatu, tidak meremehkan perempuan, dan bisa dipercaya. Luas ya arti 'akhlak yang baik', kadang hanya bisa dirasakan atau diyakini saja bahwa seseorang itu berakhlak baik. Juga, dia tidak seks bebas alias masih perjaka. Karena aku juga masih perawan ting-ting. Meski aku pernah punya teman spesial, aku paham batas-batas, menjauhi hal-hal yang mendekati zina. Boro-boro seks, ciuman saja nggak pernah. Tapi aku bukan lugu lho ya. Itu karena prinsipku, No Kiss No Sex until Merried. Ada lho artis hollywood yang punya prinsip seperti itu. Dia penuhi ucapannya hingga akhirnya menikah. Aku lupa namanya, tapi pernah baca di internet. Dia yang populer dan berada di lingkungan hedonism saja bisa, tentu saja aku juga pasti bisa. Hah, nggak pernah ciuman? Bukan sok suci atau gimana, namanya punya prinsip boleh kan. Aku juga tahu teori-teori seks dari internet. Hanya dipraktekan nanti kalau sudah sah menikah. Tapi, kalau seseorang itu pernah ciuman sama mantannya kumaafkan deh, tapi nggak usah diceritakan sama aku.

2. Tidak minum-minuman keras dan tidak suka clubing atau parties yang aneh-aneh. Hari gini kenal cowok metropolitan, biasanya meski baik banget, tapi sayangnya mereka umumnya suka minum alkohol, clubing, dan pesta. duh!

3. Tidak merokok. Susah juga kali ya cari yang bebas rokok, tapi pasti ada. Kalau ngerokoknya jarang-jarang masih kumaafkan deh. Ah iya, Maseki juga merokok. Tapi Massanto tidak.

4. Lebih muda atau lebih tua nggak masalah. Asal jangan jauh-jauh bedanya. Yang utama akhlak. Maseki lebih muda dariku, tapi dia lebih dewasa dariku. Massanto, 5 bulan lebih tua dariku, tapi aku lebih dewasa darinya. Tapi Massanto juga punya kebaikan yang lain, yang mungkin aku nggak punya. Massanto orangnya simple banget, nggak macem-macem padahal dia sudah belasan tahun di Jerman, itulah istimewanya.

Ternyata kriteriaku cuma 4 poin, tapi dicari kok susah banget ya. Hihihi.

Kamu mau apa Lel?

Sekarang aku sungguh sedang tidak tahu, akan dibawa kemana hidupku ke depan. Maksudnya soal apa yang akan kulakukan. Ingin menjadi peneliti apa? Sekian waktu lalu, yakin banget soal Conflict and Peace, sekarang ingin yang kalau bisa memanfaatku ilmu biologiku juga. Ya Allah, berilah aku semangat untuk menemukan jalan.

Kalau jalan pasti ada, meski belum tentu bisa kuraih. Tapi setidaknya aku berusaha. Apa usahaku kurang keras ya. Di beasiswa Upeace ada studi dimana aku bisa memanfaatkan ilmu Biologiku sekaligus bidang kerjaku di journalism dan penelitian Conflict and Peace, tapi mungkinkah aku raih? Oh Tuhan, beri aku hidayah agar bisa menulis esai yang bagus. lalu dapat beasiswa, lalu lulus dengan tepat waktu. Amin ya rabbal alamin. ;-)

Minggu, 13 November 2011

Semalam 2 sahabatku Menjengukku

Semalam 2 sahabatku datang menjengukku. Siti dan Mas Mimi. Mereka adalah my best friends sejak jaman kuliah. Dulu, kalau pas malam minggu (atau bahkan nggak hanya malam minggu) mereka mau pergi berdua, aku mau ikut. Malam minggu mereka berantakan, tidak jadi berdua tapi malah bertiga.Pernah ikut ke warung Concat, kalau nggak salah kami makan mercon. Pernah mereka mau pergi entah kemana, aku sedang sendiri di kos (karena nggak punya pacar), lalu aku bilang dengan tampang memelas, "teganya kalian mau malam mingguan, aku sendirian di kos." Lalu, jadilah pergi ke warung Burjo bertiga.

Seru kalau dikenang.

Setelah mereka pacaran 9 tahun pacaran (sejak semester 2), akhirnya mereka menikah. Untunglah aku bisa datang. Mereka yang mau akad, aku yang deg-degan. Dulu saat aku mau pentas teater, Siti yang deg-degan. Banyak sekali kenangan  manis dengan mereka. Hingga sekarang mereka sudah punya baby, namanya dek Abi. Sabtu depan, rencananya aku mau seharian di sana, atau bahkan malam mingguan di rumah mereka. Insyallah.

Rencananya, Abi mau kujadikan menantu. Ups, anakku kan 2 cowok. Kidding. Aku merried aja belum. Dan belum tahu kapan merried, kisahku tiap tahun ganti. Ckckck!

Mengapa Natural Resources and Peace?

Bla..bla..
catatan belum fix.


Setelah mengambil studi tersebut diharapkan mampu mengartikulasi dan meninjau teori dan konsep penting yang terkait lingkungan dan pembangunan, pencegahan konflik, dan membangun perdamaian. Secara khusus, agar mampu merumuskan kebijakan pembangunan

+

Jadi, kenapa aku ingin mengambil studi itu? Karena ingin mendapatkan pengetahuan yang sistematis mengenai bagaimana sumber daya alam dan pengolahannya di dalam pembangunan berterkaitan dalam upaya pencegahan konflik dan membangun perdamaian.

Natural Resources and Peace

Pengolahan sumber daya alam harus ditinjau agar teknologi yang dipakai tidak merusak kemampuan sumber daya pembaharuannya. Dampak negatif pengolahannya harus dikelola, misalnya dengan daur ulang. 


Mengapa kamu ingin ambil studi itu Lel?


1. Ikut terlibat dalam membangun perdamaian itu banyak caranya. (Soal pembelaan HAM, kemerdekaan Palestina, serahkan pada mereka yang lebih mumpuni keberaniannya. Dalam hal itu, aku hanya bisa mendukung moril dan peduli dengan tetap mengikuti setiap perkembangan terkait permohonan palestina menjadi anggota PBB dan menjadi negara yang berdaulat.).


Sabtu, 12 November 2011

Rakyat Lebay di Republik Lebay

Akhir-akhir ini nonton berita politik, makin pusing aja. TV Biru idolaku yang kayaknya dulu nampak cerdas sekarang pun lebay. TV Merah sudah lebih dulu lebay. Negara ini mau dibawa kemana rasanya ya sudah pasrahkan saja pada ahlinya. Ahli lebay?

Para pejabat negara ini pun tidak jelas, mana yang tulus bekerja untuk rakyat, mana yang cuma nyari kekuasaan saja. Rakyatnya masih pada kredit panci, pejabatnya kebanyakan cuma mikir pencitraan. Ini juga bikin aku tidak yakin bisa bertahan jika mempertahankan profesi jadi wartawan. Mending memang aku jadi wartawan Trubus saja kok ya. Bisa punya kesempatan banyak bertemu langsung dengan para praktisi perkebunan, pertanian, perikanan. Bisa bikin usaha produk-produk alam. Jadi pengusaha, lalu jadi konglomerat. Yess!

Lalu masuk daftar nama 400 perempuan terkaya di dunia. Lalu buat apa? Ini hanya cita-cita terlebai saja. Biarpun lebay tetap harus diusahakan, setidaknya dimulai dengan menyiram bunga setiap pagi.

Terus terang, aku sedang bingung menulis esai untuk daftar beasiswa master Upeace. Apa yang bisa kulakukan untuk Republik Lebay selalin dengan lebay itu sendiri?  Beberapa waktu lalu, aku menghindari soal pengetehuan alam, yakin banget mau ambil studi sosial. Tapi setelah kupikir lebih dalam, justru ilmu Biologi-ku perlu sungguh diaplikasikan. Bagaimana mengemukakan ide bahwa perdamaian itu selaras juga dengan aplikasi ilmu biologiku. Rasanya kok nggak nyambung blas ya. Eh tunggu dulu...

Di tawaran program spesial Upeace ada jurusan natural Resourse and Peace. Sebenarnya gambaran detailnya seperti apa aku belum juga paham, jadi bagaimana mau bikin esai yang nggambleh? Yang bisa meyakinkan PBB dan Nippon Foundation bahwa seorang perempuan yang punya mimpi lebay ini layak mendapatkan beasiswa itu. Yess!

Ambil Studi Apa ya?

Satu Esaiku untuk daftar beasiswa ke Upeace belum kukirim. Aku bingung mau ambil jurusan apa. Padahal beberapa waktu lalu mantap ambil Media, Conflict, and Peace Studies. Tapi setelah kupikir panjang, seringkali aku tak punya nyali tinggi untuk menghadapi pemecahan masalah kekerasan, perang, dan tentunya pembelaan HAM.

Aku hanya peduli lewat memantau, empati melalui dukungan moril. Untuk berbuat kongkrit maju melakukan upaya pembelaan, rasanya aku tak memiliki kemampuan untuk itu.

Akhir-akhir ini aku kepikiran bagaimana jika membangun perdamaikan dimulai dengan menanam pohon. Heh? Ide macam apa pula itu Lel?

Sebenarnya kalau dikaji lebih dalam itu nyambung.
Mereka yang pada perang itu karena apa ya? Pertama bisa jadi karena politik ingin menguasai wilayah. Manusia pada rakus ingin mengeksplotasi lahan yang bukan miliknya. Islael menduduki Palestina, Amerika ikut campur alasannya apa coba? Padahal kekayaan bisa ditumbuhkan dari sepucuk pohon? Nggak usah neko-neko mau ngeduk tanah orang yang dikira ada minyaknya. Eh, Palestina kan nggak punya minyak ya. Nah, jadi bingung mau ngomong apa tadi.

Intinya yang pada  rakus biarkan saja dulu. Intinya menanam pohon itu membantu menyediakan oksigen, setidaknya membuat bumi ini sedikit lebih segar. Tidak cuma menanam, tapi bagaimana hasil tanaman itu bisa menjadi daya yang diolah masyarakat untuk bisa dijual. Bagaimana kalau kita menanam jarak, membuat minyak sejuta barel. Bagaimana, kalau pengetahuan alam digunakan juga selain mengolah juga mempertahankan agar tetap lestari. Berlatih hidup Go Green gitu.

Bagaimana kalau memperbanyak batik untuk diekspor. Batik yang diolah dari pewarna dan serat daun mangrove. Atau mungkin bisa diolah pakai daun laban di kampungku. Aku sebenarnya ingin sekali membangun kampungku dengan mengembangkan UKM dengan memanfaatkan lahan. Tapi dimulai darimana, aku bingung. Modal 1 juta cukup?

~ pemikiran yang ngalor ngidul nggak jelas, Lel. :-p

Hidupku Kebanyakan Improv

Akhir-akhir ini kepikiran Maseki terus. Duh, kenapa ya? Padahal sekian waktu lalu kan sudah melupakan. Perasaanku juga sudah netral. Tapi kali ini bayangannya selalu datang lagi. Mungkin karena Maseki selalu baik ya menghadapiku. Aku pernah di suatu masa takut dalam suatu keadaan. Waktu itu curhatnya sama Maseki. Maseki tetap tenang. Meski dia lebih muda dariku, tapi jauh lebih dewasa dibanding aku. Hihihi.

Lalu, Maseki jadian sama perempuan, aku blokir dia. Tapi aku kirim sms, dia masih terus balas dengan baik. Terakhir, aku kirim sms lagi, dan menyampaikan kalau akun FB-nya kublokir, dan sudah ku add lagi. Dia bilang, oke ntar mau konfirm. Aku jadinya malah jungkir balik sendiri. Ya Allah, kenapa aku begini. Penduduk bumi sudah 7 miliar, kenapa hatiku hanya terfokus ke Maseki, yang lain invisible. ~bahasanya nggilani Lel.

Allah pasti punya maksud tentang ini semua. Tentang pertemuanku dengan Maseki, lalu Maseki pacaran sama anak SMA itu. Lalu tiba-tiba, di siang bolong datanglah pangeran berkuda putih Massanto. Hihihi. Lalu, jreeeeng hubunganku dengan Massanto terpaksa bubar. Lalu duerrr, aku sakit pendarahan hidung dan tiba-tiba kepikiran jangan-jangan aku tak bisa bertahan hidup, aku harus buka blokir Maseki dulu, agar ia memaafkan aku sebelum aku mati. ~ Duh, hidupku kebanyakan  improv.

Tapi kalau nggak improvisasi, terus mustinya bagaimana?

Khauf & Roja

Hanya kepada Dia-lah kita berharap...

Aku sudah tahu, kunci menjalani hidup memang mustinya begitu. Hanya kepada Allah, aku berharap. Tapi mungkin kadang aku lupa, jadi rasanya hidup ini kadang begitu berat dan tidak tahu dimana ujungnya. Padahal, siapapun percaya, kematian adalah niscaya.

Berat amat ya bicara kematian..
Tapi ini memang benar, kemarin aku sedang takut mati karena pendarahan dari hidung selama 12 jam. Lalu, keluar darah bergumpal-gumpal dari rongga hidung. Untung tidak opname, hanya dirawat sebentar di RS. dan kenapa eh kenapa? Dokter juga tidak memberi penjelasan yang memuaskan. Karena pembuluh darah pecah, gitu aja. Lha, pecah karena apa? Penjelasan dokter tidak memuaskan. Intinya karena pembuluh darah pecah. Biasanya karena darah tinggi. Aku tidak darah tinggi. Awalnya dikira demam berdarah, setelah cek darah, trombosit normal, tekanan darahku normal malah cenderung darah rendah. Nah...

Jadilah harus cari penyebabnya sendiri.
hikmahnya aku harus belajar biologi lagi.

Di satu sisi aku takut, di sisi lain aku punya harapan. Harapan? Ya. dengan merasa semua baik-baik saja, aku masih punya harapan mencapai cita-cita yang belum tercapai. Kuliah di luar negeri. Amiin.

Rabu, 09 November 2011

Cinta itu Ilusi Besar?

Demi membuka cinta baru, saat itu aku berusaha keras untuk menutup kisah-kisah lama, salah satunya blockir akun. Duh, aku jahat nggak ya? Tapi ini demi kebaikanku. Biar nggak terlalu sedih lihat orang yang pernah disayangi malah sayang-sayangan sama pacarnya di wall. Mungkin gpp sih, tapi nggak nyaman saja di mata. Qiqiqi. Lalu, bener kan setelah menemukan cinta baru, lebih mudah untuk fokus.

Lalu sekarang kan aku free, nggak ada yang harus kujaga hatinya, jadi bisa buka kembali. Buka luka lama? buat apa lel? Hihi. Buat diepresikan saja, biar nggak terlalu nyesek di dada.

Kalau ingat kisah yang sudah-sudah, cinta terasa BIG illusion. Kata pepatah, ketika cinta kita tulus, cinta itu takkan pernah sirna meski telah berpisah. Cinta itu tetap ada, hanya saja kita telah terbiasa tanpanya.

Lain Maseki, Lain Massanto

Beberapa waktu lalu, Massanto menghapus beberapa komen-komenku di fotonya. Uh, sedihnya. Dia seolah sedang menghapusku. Padahal, aku nggak menghapus komen-komen dia. Aku coba berpikir positif, mungkin dia menghapusku agar lebih mudah melupakanku. Itu berarti karena aku pernah sangat berarti baginya. Hihihi aku GR.

Aku berpikir demikian, karena pengalamanku begitu. Aku blockir FB Masseki justru karena Masseki berarti buatku dan aku tidak ingin menambah sakit hati jika menemukan wall-nya yang sayang-sayangan di "home page of facebook" ku. Saat itu aku ingin membuang semua soal Masseki agar lebih mudah melupakan.
Mungkin Massanto begitu kali ya, jadi aku harus siap-siap jika suatu kali Massanto memblockir FB-ku. :(

Lain dengan Masseki, setelah kublockir FB-nya. Lalu, aku kirim sms, dia masih balas. Lalu setelah sekian bulan, aku mau add lagi. Kulihat dulu, ternyata komen-komenku nggak dihapus. Bisa dua arti, pertama karena di matanya aku tak terlalu membekas di hatinya, jadi ya biarkan saja, tulisan-tulisan ada. Kedua, justru karena aku tetap istimewa di hatinya. Qiqiqi. Duh Lel, kok kamu selalu bikin diri sendiri GR. #ketuk-ketuk kepala. :D

Melancholic Thing

Akhir-akhir ini aku sedang suka mengenang hal-hal yang pernah sebentar kumiliki, namun tak bisa kembali. Namanya kenangan, tentu saja tak bisa kembali.

Tentang harapan ke Maseki, tentang perhatian kecil Massanto, juga perhatian kecil mamanya Massanto.
Suatu kali saat Massanto mau berangkat ke Jerman, dia berangkat dari bandara Adi Sucipto Jogja, sama mamanya ke bandara Soekarno-Hatta (Soe-ta). Aku ingin lihat kepergiannya, jadi aku ke bandara Soeta, namun ternyata aku terlambat, sampai bandara, Massanto sudah masuk pesawat dan tidak bisa keluar lagi. Aku ketemu mamanya, budhe, dan sepupunya. Mamanya baik banget sama aku.

Lalu aku dan mamanya saling berpisah mau pulang. Mamanya, budhe, dan sepupunya menuju bis yang membawa mereka ke Bandung (rumah budhenya), aku menuju tempat tunggu bis Damri. tak lama kemudian mamanya sms, memastikan aku sudah naik bis Damri atau belum, beliau menghawatirkan aku yang pulang malam sendirian naik bis. Berhubung ternyata bisku lama, aku masih menunggu bis sendirian. Terima sms itu, tiba-tiba air mataku jatuh.  Lalu nangis terisak sampai tisuku habis. Karena di sana banyak orang, aku malu kalau ketahuan menangis, maka aku minggir ke dekat tong sampah, duduk sembari menangis, menghadap ke suatu tempat yang kira-kira orang-orang nggak lihat wajahku berleleran air mata. Lalu, ada bapak-bapak yang mendekat memberi tisu. Ternyata,ada juga orang asing yang lihat aku nangis. Duh! jadi malu. Aku nangis karena terharu, karena mamanya yang mengkhawatirkan aku pulang malam sendirian, bukan karena nggak ketemu Massanto. Hihihi. Aku terharu karena aku lupa kapan terakhir, ada orang yang menghawatirkan aku pulang. Ih, aku memang mudah terharu :-p.

saat it aku berpikir, betapa beruntungnya punya calon mertua yang baik. Kelak kalau aku melahirkan dan punya bayi, ibuku tak ada, pasti ibu ini akan tulus membantu merawat anakku. Aku nggak paham soal bayi, terbayang betapa repotnya mengurus bayi untuk seorang newbe mother. hwaaa, kok mikirnya jauh amat ya. Qiqiqi.

Nah, sekarang hubunganku dengan Massanto sudah bubar, mamanya nggak jadi mertuaku deh. Ya sudah gpp, semoga aku kelak mendapatkan mertua yang minimal sebaik mamanya Massanto. :-p

Note :
Aku baru ketemu mamanya Massanto 3 kali, tapi aku yakin beliau seorang ibu yang baik dan bijak. God bless you, Ibu Retno. :-)

Mimisan Pada Dewasa

Malam ini, aku mimisan dan keluar dahak gumpalan darah. Ini pertama kali aku mimisan sejak dewasa. Terakhir mimisan saat SD. Dua hari ini badanku memang nggak enak, dahi panas, tulang tangan serasa ngilu, aku segera olah raga ringan untuk menyegarkan tubuh, tapi dahiku masih tetap panas hingga sekarang.

Aku sempat nangis. Takut mati. Ih lebay ya..
Aku ingat ibuku, kangen ibuku. Kalau dulu aku takut, aku bisa datang dan meluk dia.
Sekarang tidak bisa.
Ibuku meninggal saat umurku 19 tahun. Umur yang sedang labil membutuhkan dampingan ibu.
Bapakku meninggal ketika aku umur 9 tahun.
Tapi bukan berarti aku protes lho ya sama Allah.
Tuhan sayang pada setiap orang.
Tentang jalan hidup yang kulewati, pasti Dia punya pertimbangan sendiri.

Namun, barangkali ada efek dari kehilangan orang tua.
Aku sering jadi keras kepala, hanya percaya sama keputusanku sendiri.
Karena kupikir, aku perhitungan sesuai dengan kemampuanku.
Jika ada resiko, aku tidak ada orangtua, aku yang mengerti aku sendiri yang harus mempertahankan diri.

Kok jadi ngomongin soal pribadi ya, hehe
Aku hanya coba menulis dan menulis, agar tidak terlalu takut menghadapi hidup ini.
Trying to be honest and just be me all of time,

Nikah Kapan?

Berhubung kisah cintaku bubar semua, mungkin memang Allah sedang memberi jalan agar aku kuliah lagi saja dulu. Karena aku sedang terdorong untuk bisa dapatkan beasiswa ke luar negeri. Soal keinginan menikah sudah lewat. Karena aku ingin menikah tahun kemarin atau tahun ini.

Kupikir jodohku Maseki, eh ternyata dia lebih memilih perempuan lain, seorang anak SMA. Itu artinya Maseki memang belum ingin menikah dalam waktu dekat. Sedangkan saat itu, aku ingin segera menikah. Aku terlalu buru-buru kali ya. Haha. Ya sudah, nggak apa-apa. Kalau Mas Eki nggak pacaran sama anak SMA itu, aku juga mungkin masih terus berharap dan tidak memberi kesempatan Massanto mengenalku. Meski akhirnya hubunganku dengan Massanto meninggalkan luka baru. :(

Keluarga besarku selalu bertanya kapan? Yang berarti kapan nikah. Duh kapan ya? Hanya Allah yang tahu. Untuk sekarang ini sih, aku tidak ingin terlalu berpikir menikah dalam waktu dekat. Kalau priortasku kuliah di luar negeri. Tapi ingin juga membangun relation, sambil menenganl lebih dekat, sampai waktunya cukup untuk kelak menikah. Pokonya seseorang yang selalu ada, meski tidak harus di depan mata. Setidaknya memberi motivasi padaku, meski dari jauh. Tapi jatuh cinta itu buatku tidak mudah ya.

Temanku ada yang dalam setahun bisa jalin relation dengan 7 orang. Parahnya manggilnya sudah "sayang-sayangan" lalu putus. Hihi. Lhah kok malah ngurusin orang ya. Hihihi. Dalam dua tahun ini, hanya 2 orang yang buatku berkesan, siapa lagi kalau bukan Maseki dan Masanto.

Kalau sudah ikhtiar, berarti tinggal doa. ;-)

Aku ingin menikah dengan orang yang kucintai, yang menyayangiku, yang bisa membawaa diri dalam keluarga besarku. Punya mertua yang sayang sama aku, kompak sama ipar, dan punya anak-anak yang menyenangkan hati.

Apalagi ya, pokoknya suami yang minimal sekharisma Maseki atau setulus Massanto. Hihihi.

Selasa, 08 November 2011

Massanto

Ketika aku cerita tentang hubunganku dengan Massanto, tanggapan teman-temanku menanggapi berbeda-beda. ~ Umur 28 tahun, lulusan sebuah universitas di Jerman (sejak SMP, lalu SMA, kuliah, dan kerja di jerman), ayahnya salah satu dosen kampusku.

"Wah, di Jerman? Pergaulannya pasti bebas. Diselidiki dulu."
"Sejak kecil di Jerman, masih perjaka nggak tuh."
"Wah, kereeeen! Kenal dimana?"

Begitulah kira-kira tanggapan teman-teman saat kuceritakan soal Massanto.
Awal kenal dia dimulai ketika adiknya menulis email padaku akan mengenalkan kakaknya yang sedang mencari jodoh. Menurutnya, Massanto itu orangnya sederhana, nggak macem-macem, nggak suka pesta, nggak minum-minuman keras, cuma minum................Coca cola! Hehe. Poin "soal pergaulan" itu penting sekali buatku.

Pas aku kenal langsung Massanto, dia memang orangnya simple banget, beda sama aku yang rumit. Dia juga lucu, selalu berusaha melucu. Kulitnya lebih putih dariku, tingginya 174 cm, lumayan gendut, (menurutku) cakep, sedikit lugu dan aku yakin dia lelaki yang tanggungjawab. Asiiik.

Lalu apa kekurangan Massanto?
Nobody perfect. Massanto tidak bisa mengendarai motor dan mobil. Hah? Aku kaget awal dengarnya. Aku yang perempuan saja belajar naik motor 6 gigi membelah jalanan Jakarta. Ups, sekali lagi tidak ada manusia yang sempurna. Dia bisa belajar untuk kelak bisa mengendarai motor dan mobil. Tapi kalau tetap nggak bisa, ya sudah, kan bisa jalan kaki dan naik angkutan umum.

Lalu, Massanto juga "berbeda", dalam arti "agak lambat dewasa" dibanding laki-laki seusianya. Dia nampak sedikit seperti anak kecil, meski begitu keputusan-keputusan Massanto itu dewasa. Mungkin agak sulit menggambarkan sosoknya, tapi aku ingin jujur bahwa itu bagiku baik-baik saja. Massanto yang simple, nggak macem-macem, tanggungjawab, dan tulus, ditambah dia "berbeda", aku yakin dia orang yang setia dan tidak akan mencoba hal-hal yang aneh. Menurutku profilnya lebih baik daripada lelaki yang nampak "sempurna", tapi tidak menentramkan hati.

Tentang Massanto yang "berbeda", mamanya pernah bilang karena mungkin mamanya terlalu memanjakannya dan selalu memperlakukan dia seperti anak kecil. Tapi menurutku bukan lantaran itu, ada alasan psikis yang membuatnya menjadi seperti itu, dia seperti membatasi keberanian dirinya untuk mencoba atau menghadapi sesuatu.

Kehadiran Massanto dalam hidupku, meski jarak jauh, menguji ketulusan kasihku. Dan kurasa benar, seiring waktu aku memang menyayanginya.

Ketika komunikasi kami sedang baik-baiknya, tiba-tiba ayahnya keberatan soal keluargaku yang berbasis Islam NU, sedangkan keluarga mereka Islam berbasis Muhammadiyah. Sampai akhirnya hubungan kami dipaksa untuk berakhir. Aku heran, sama sekali tidak menyangka bahwa soal basis agama bisa menjadi masalah besar buat ayahnya, meskipun sama-sama Islam. Itulah yang terjadi di negaraku yang mayoritas Islam. Meski nampak sebagian besar penduduknya Islam, tapi sebenranya berbeda-beda.

Soal tradisi NU atau Muhammadiyah, sejujurnya bagiku sama saja, aku bukan pengikut jamaah atau manhaj tertentu. Ada taradisi NU yang kuikuti, ada juga tradisi Muhammadiyah yang lebih sreg kuyakini. Aku lebih memilih Islam yang berbasis kemanusiaan. Jadi, ketika hubungan kami harus diakhiri, aku sedih sekali, karena telanjur sayang sama dia. Tapi aku juga harus berlapang dada, Allah pasti lebih tahu yang terbaik buatku dan buat Massanto.

Jangan Jadi Lelaki Konyol

Konon, lelaki memang sewajarnya mendaki gunung dan mengarungi samudra untuk mendapatkan cinta.
Perjuangan heroik seperti itu kayaknya keren banget ya. Sebagai seorang laki-laki kamu bersedia susah payah mendapatkan hati seorang perempuan. Mulai dari mengantar ke sana sini, ngasih kejutan hadiah, mengerjakan tugas yang bukan tugasnya, menunjukan kehebatanmu, harta yang kamu miliki dll yang intinya agar mendapatkan sang pujaan hati.

Perempuan memang bisa luluh dengan perjuangan. Tapi, jika sang perempuan tidak tertarik sama kamu, meski kamu bersedia melakukan apa saja demi dia, meski kamu pujangga termasyhur di abad ini, meski kamu mampu membelikannya pesawat, jangan harap dia akan mencintaimu. Berhentilah berlaku bodoh, biar nggak tambah konyol.

Kamu boleh mendaki gunung, mengarungi samudra, manjat pohon kalau perlu, demi seorang perempuan, kalau perempuan itu juga menunjukan ketertarikan padamu. Jika tidak, maka tidak perlu berusaha mendapatkan hatinya. Apalagi melontarkan rayuan, "apa sih yang nggak buat kamu,". Astaga, rayuan pulau kepala itu terdengar "preeet" di telinga perempuan yang sama sekali tidak tertarik sama kamu. Kamu nampak seperti lalat yang berdengung, mengganggu, dan harus segera dimusnahkan.

Kamu juga nggak usah berpikir, mungkin jika kamu nanti punya ini itu, lalu perempuan itu tertarik. Kamu juga tidak perlu berusaha memasuki hatinya ketika perempuan itu sedang patah, perlu dukungan. Dukungan darimu itu tidak akan merubah perasaannya padamu. Semua tindakan heroikmu, tidak akan membuatnya tertarik padamu. Tapi kamu boleh tetap berlaku baik. Baik saja lho ya, nggak usah lebay. Stop! Lebih baik cari perempuan lain yang kemungkinan dia juga tertarik padamu dengan tulus. Jangan buang-buang waktu hanya untuk perempuan yang tak akan membalas perhatianmu.

Note :
Awalnya tadi aku coba menulis sesuatu yang "wise" gitu, tapi jadinya kok galak banget ya. qiqiqi.



Dasi

Kemarin menemukan foto Mas Eki pakai dasi hijau garis-garis. Tentu saja aku kenal dasi itu. Dasi yang berharga, karena bergaris doa agar dia segera sampai pada cita-citanya, menjadi reserse. Foto itu diupload bulan Juni 2011, berarti kemungkinan dia sudah alih fungsi seperti yang dia harapkan. Jika benar, syukurlah. Aku ikut senang.

Dasi itu sampai ke tangannya sekitar akhir Desember 2010, saat kelulusannya dari Akademi Kepolisian, dia menjadi perwira baru. Saat pertama kali tugas dia masuk fungsi (lupa istilahnya) intinya melayani laporan masyarakat, namun passion-nya ke reserse. Dalam jajaran kepolisian, pakaian dinas bermacam-macam sesuai fungsinya. Dasi adalah satu satu "properti" seragam reserse, jadi semoga dasi itu bisa berjodoh dengannya. ;-)

Doa buat Mas Eki, semoga menjadi penegak hukum yang amanah dan selalu dalam lindunganNya. Siapapun tahu institusi kepolisian adalah salah satu institusi yang rawan terjadi penyalahgunaan wewenang. Semoga dia terhindar dari hal yang demikian. Amin.

ingin apa

Ingin sekali segera kuliah lagi di luar negeri. Ingin punya kesempatan langsung belajar dengan sistem pendidikan yang baik dan teman-teman dari berbagai budaya dan lulus dengan baik. ;-). Untuk urusan menikah sepertinya dipikirkan 2 tahun lagi.

Dua tahun ini kan aku sudah berusaha keras mencari jodoh. Namun sepertinya, Allah belum berkehendak aku menikah tahun ini. Dua tahun ini ada 2 orang yang berkesan di hatiku. Tentu saja tidak dalam waktu yang bersamaan.

Aku termasuk jenis orang yang setia (ceilah....). Ketika sedang menjalin hubungan (atau suka) dengan seseorang, aku tidak bisa mendua. Beberapa orang bisa mendua, dengan alasan, hubungan dengan salah satunya itu belum benar-benar jelas, jadi bisa sambil jalan sama Si Ini, si Itu, atau Si Anu. Kalau aku fokus sama orang tersebut, hingga bila akhirnya harus bubar, dan sepertinya sulit untuk dipersatukan, barulah aku coba menjalin dengan yang lain.

Setidaknya sampai kesimpulan hari ini, sepertinya aku tidak berjodoh dengan mas Eki ataupun Mas Santo. Tapi yang namanya jodoh, hanya Allah yang tahu. Tidak menutup kemungkinan aku berjodoh dengan salah satunya. Tapi kali ini, tak ingin berharap seperti dulu. Takut patah hati hati. Pasti sangat menyakitkan kalau dua kali patah hati karena orang yang sama. Jadi, saat ini baiknya bersahabat saja. Kalau sungguh berjodoh, Allah akan memudahkan jalan, kalau tidak berjodoh biasanya akan ada hambatan. Semoga, seperti apapun bentuk hubungan ke depan, jangan ada hal-hal yang menyakitkan. Amin. ;-)

oh ya, yang lebih penting saat ini, aku lebih mengutamakan mengejar beasiswa master ke luar negeri, Amin. Nikahnya 2 tahun lagi. Sabar ya sabar. ;-)