Rabu, 28 Desember 2011

Bentar Lagi Aku Jadi Dokter

Seminggu ini sedang menyelesaikan menulis 350 artikel kesehatan untuk sebuah Lembaga Riset. Tiga Ratus Lima Puluh? Wow! Tunggu dulu, setiap judul hanya dua paragraf kok. Ups, tetapi "hanya" itu tidak bisa disepelekan, masalahnya seringkali untuk menulis satu judul saja, menemukan bahannya dengan membaca hingga tiga bahan, memastikan kebenarannya. Tapi ada juga yang mudah banget nulisnya, tinggal kopi paste deh. Ups, tapi tetap harus bisa dipertanggungjawaban. Kalau ada nama jurnalnya, atau dokternya biasanya tak diragukan lagi.

Namun, beberapa hal, ada bahan yang isinya muter-muter, padahal intinya cuma sebaris. Ini juga persoalan menulis efektif. untunglah pernah jadi wartawan koran, pernah digembleng Pak Pur (Redakur KR, dosen tamu di UGM), bagaimana menulis agar tidak menambah-nambah kalimat atau kata yang tidak penting.

Lumayan mabok tulisan, menulis sebanyak itu. Buku materinya sudah tidak mencukupi untuk bahan tulisan, jadi searching. Tiap hari membaca artikel kesehatan. Bentar lagi, sepertinya aku jadi dokter. Hahaha.

Pokoknya enjoy this life Lel!

Apa Sebenarnya yang Disebut Gaul?

Beberapa waktu lalu aku bercakap online dengan seorang teman lama:

Temanku (sejak aku pindah ke Jakarta, kami tak pernah jumpa): Kamu tambah gaul. Selama di Jakarta, apa ada yang membuatmu berubah?
Aku : Soal apa? pergaulan? Tidak ada yang berubah. Bahkan soal bahasa, aku masih pakai "aku-kamu", hampir gak pernah pakai "gue-loe". 
Temanku: Apakah kamu masih shalat?
Aku: (Gubrak! pertanyaan model apakah itu? Hehehe. It's okay.). Ya masihlah, meski masih susah untuk selalu tepat waktu. Tidak ada yang berubah. Aku masih muslim. No wine, no pork, also no kiss and no sex until merried. :-).

+

Karena temanku non-muslim yang (setahuku dulu) biasa minum wine, jadi aku perlu menjelaskan panjang begitu. Dulu saat kami masih sering bersama, aku pun menjelaskan batasan pergaulan seorang muslim senada dengan itu. Karena prinsip dasar dalam pergaulan sebagai muslim ada hal-hal yang harus dihindari, diantaranya hal-hal itu: menghindari minuman memabukkan, tidak makan daging babi (sebenarnya bukan hanya babi, tapi aku tidak sedang membahas soal fiqih, ntar tambah ruwet), menghindari zina -mungkin setiap orang bisa jadi berbeda dalam melihat batasan "mendekati zina" dan aku setuju, kalau ciuman adalah termasuk hal mendekati zina, apalagi lebih dari itu.

Dulu, aku dan temanku tersebut pernah menghadiri acara dimana di sana disediakan "wine", sebelum berangkat aku perlu memastikan bahwa dia gak akan minum wine di tempat yang akan kami tuju. Tepat sebelum berangkat, aku minta dia berjanji untuk tidak minum wine hingga pulang. Kalau dia hendak minum, lebih baik aku tidak ikut berangkat ke acara. Karena itu akan membuatku repot saat pulang, kami naik motor bersama. Syukurlah dia menepati janjinya.

Temanku itu pernah curhat kalau dia sebenarnya nggak suka minum-minuman memabukan itu, tapi karena diajak teman-teman jadi nggak enak kalau gak minum. Jadi, kadang-kadang dia minum demi tuntutan pergaulan. Hm...

Hm, apa sebenarnya yang namanya "gaul" itu? Aku juga gak paham apa yang dimaksud "gaul" bagi dia atau bagi orang-orang. Tapi aku tahu banyak teman-teman berkualitas, secara mental ataupun intelektual, yang menurutku keren dan gaul, yang punya prinsip tersendiri menentukan batasannya sendiri, dan kebanyakan mereka tidak minum-minuman keras dan paham batas pergaulan.

Yang ingin kusampaikan di sini, setiap orang punya prinsip batasan diri masing-masing dan belajarlah untuk menghargai prinsip sendiri. Tidak perlu minum wine jika kita meyakini itu memang tak boleh diminum, bahasa tegasnya haram. Tidak perlu merasa nggak enak untuk menyatakan prinsip. Pada dasarnya orang akan menghargai prinsip orang lain, lagipula prinsip tersebut tidak merugikan siapapun. Jika ada yang mengolok-olok, misal dikatain kampungan karena kita nggak mau minum wine, dibilang gak gaul karena kita gak pernah ciuman, santai saja, justru yang mengolok-oloklah yang kampungan, karena di jaman yang modern seperti ini malah mereka tidak paham bagaimana menghargai hak orang lain. Menghindari hal-hal yang harus kita hindari adalah hak kita.

Juga, kalau ada teman yang beda prinsip dengan kita, itu juga hak mereka.  

Oh ya kalau kamu seorang Islam, anak muda masih belasan tahun dan penasaran rasanya wine. Ah cuma wine kok, gpp kali ya. Ups, jangan menyelepelekan "cuma". Kamu bisa googling, seperti apa rasa wine. Sudah tahu, cukup kan? Tidak perlu coba-coba hanya untuk seteguk yang dapat mengotori tubuh kita. Bagi yang sudah telanjur mencoba, juga tidak perlu mendorong orang lain untuk mencobanya.

Desember 2011
Renungan Akhir Tahun.
Kutululis untuk anak-anakku kelak dan untuk para ponakan. ;-)

Akhirnya Kutulis Tentang Jilbab

Sebenarnya bicara soal jilbab adalah hal yang ingin kutunda. Khawatir bikin kisruh. Yang sudah-sudah, hanya akan memecah hubungan pertemanan yang hangat. Mereka seringkali tidak sepakat dengan yang kuyakini, meremehkan pilihanku, dan kesimpulannya aku tidak perlu membela diri. 

Seringkali teman-teman menulis pesan menanyakan soal aku kenapa gak pakai jilbab. Dan seringkali tidak kujawab, kalaupun kujawab kadang dengan jawaban yang sekenanya agar tidak perlu diskusi yang terlalu serius.

Jika boleh jujur, (saat ini) aku lebih nyaman tidak pakai jilbab, karena aku merasa lebih nyaman menghadirkan diri sebagai manusia universal, tanpa mengenakan simbol agama. Seandainya aku terlahir kristen atau katolik, mungkin aku termasuk penganut taat, namun memilih tidak menggunakan kalung salib, semacam itu.

Tidak ada yang salah dengan simbol-simbol tersebut.  Ini hanya soal aku yang ingin jujur terhadap diri sendiri. Aku juga tidak sedang mengajak diskusi soal "dasar hukum jilbab dalam Islam". Aku dulu berjilbab, bahkan sejak kecil, hingga memutuskan untuk tidak pakai telah melewati semacam pemikiran yang mendalam, sudah membaca banyak tafsir soal jilbab, sampailah pada seperti yang kuyakini saat ini. Bagiku keyakinan itu sakral, bukan sesuatu yang bisa buat main-main, bukan juga sesuatu yang dipaksakan, apalagi diolok-olok.

Aku menghormati mereka yang meyakini kewajiban jilbab dan paham bagaimana mereka merasa berdosa jika membuka jilbab di tempat umum atau di hadapan non mahrom. Juga, tidak ada yang salah bagi mereka yang meyakini jilbab sebagai suatu kewajiban. Aku pernah dalam posisi itu, meyakini jilbab sebagai keharusan. Karena itu, saat itu aku juga pernah mendorong 2 orang teman untuk memakai jilbab dan bahkan mereka pakai jilbab hingga sekarang. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan soal aku sekarang. Itu hak mereka mau menilaiku seperti apa. Hanya saja aku juga tak ingin dikatakan munafik. Aku berusaha menyelaraskan antara hati, perkataan, dan perbuatan. Kalau saat itu aku mendorong 2 temanku untuk memakai jilbab, itu karena saat itu aku juga meyakini demikian dan mengamalkan. Jika saat ini aku tidak pakai karena keyakinanku soal jilbab telah bergeser, aku juga tidak akan mendorong siapapun untuk pakai jilbab. Tidak juga menghalangi mereka yang hendak atau telah pakai jilbab. Aku tidak anti jilbab, aku juga kadang-kadang pakai jilbab saat acara tertentu.

Seorang teman berpendapat, muslimah tak berjibab sama seperti seorang yang mengaku Islam tapi tidak shalat. Menurutku itu pendapat yang gegabah. Keyakinan tentang jilbab tidak bisa disamakan dengan keyakinan tentang Shalat. Dalam konteks diriku, aku begitu mudah untuk meyakini shalat dengan segala aturan gerakannya sebagai suatu kewajiban yang tak bisa ditawar. Begitu juga implikasi shalat, aku yakin jika seseorang shalat secara benar dan khusuk (memahami betul maksud bacaan, menghayati gerakan, dan sungguh-sungguh hadir sebagai hamba di hadapan Tuhan), sungguh akan membuatnya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Aku sangat sepakat, shalat itu meditasi jiwa dan raga. Jika seseorang merasa sudah rajin shalat, namun kehidupannya masih grasa grusu, hambar, banyak mengeluh, tak tenteram dan tidak menentramkan, aku sepakat bahwa orang tersebut perlu introspeksi kualitas shalatnya.

Soal pakaian, aku paham sebagian besar masyarakat di sini akan lebih setuju perempuan memakai jilbab. Aku lebih setuju jika perempuan didorong untuk mengenakan pakaian sopan, baik berjilbab ataupun tidak, inti penekanannya pada sopan. Syukur bisa tampil cantik yang elegan. Pakaian sopan? Seperti apakah itu? Batasan pakaian sopan memang luas, tapi kita bisa bertanya pada hati masing-masing. Jika hati kita mengatakan berlebihan, jujurlah pakaian itu memang sudah berlebihan.

Berjilbab pun demikian, kalau kita berjilbab dan direpotkan dengan pernak pernik ataupun properti yang berlebihan, jujurlah bahwa itu memang berlebihan dan menggeser tujuan sakral jilbab sebagai ibadah. Juga, tidak perlu merasa lebih beriman dibanding mereka yang tidak pakai jilbab. Berjilbab itu baik dan mereka yang tidak memakai jilbab bukan berarti tidak baik.

Jika Anda tidak sependapat denganku soal jilbab atau soal pakaian, percayalah itu bukan hal perlu diperbesar. Aku masih meyakini hukum jilbab adalah soal yang bisa diperdebatkan di kalangan ahli tafsir. Yang berbeda tidak perlu diruncingkan perbedaannya. Yakinilah apa yang sudah Anda yakini selama ini dengan tenang. Jika masih dalam tahap mencari, di era dunia yang kian terbuka seperti ini, banyak sekali sumber yang bisa diakses untuk mendapatkan jawaban. Akan lebih baik jika kita fokus memperbaiki diri dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Hayatilah agama dengan lebih luas dan jujur.

Akhir Desember 2011
Renungan Akhir Tahun.

Minggu, 25 Desember 2011

KIsah Baru Mungkin Akan Dimulai ;-)

Tahun ini seperti mengikuti ajang Take Me Out. Sejumlah kawan coba menjodohkan aku dengan A, B, C, D. Dengan A. Dia memberi sinyal, temannya menegaskan ulang. Sepertinya dia orang baik, tapi aku lebih nyaman memposisikan teman, tidak lebih. Dan, akan selalu begitu. Dengan B, coba dijalani, kupikir sungguh akan berhasil, ternyata bubar juga. Dengan C, mau dikenalkan sama teman, aku baru dengar nama dan profilnya, tapi saat itu lihat fotonya kecil banget. Dia gak yakin mempresentasikan dirinya, aku pun nggak jadi nggak yakin untuk mencoba jalin hubungan. Dengan E, dia memberi sinyal, tapi entah serius atau becanda, tapi bagiku memang dia lebih baik jadi teman saja.

Terakhir, akhir bulan Desember ini, seorang teman mau mengenalkan aku dengan, sebut saja F. Aku diberi tahu profilnya, asalnya, alumni mana, fotonya, dan sudah sedikit aku coba telusuri kebribadianya lewat foto dengan teman-temannya di facebook, caranya menjawab komen, cara merepresentasiklan diri. Kukatakan di awal pada temanku yang mau ngenalin aku padanya, bahwa yang akan dikenalkan padaku anak baik-baik nggak minum2an keras, nggak suka clubing, gak parti2. Temanku jamin itu. Good.

Aku coba  lihat-lihat ulang, bongkar Facebooknya, cari informasi sebanyak-banyak tentang dia dan kepribadiannya. Firasatku mengatakan dia laki-laki yang baik, kalem, nggak show off, sederhana, dan percaya diri. Good.

Apakah kami jadi kenalan? Entahlah, aku juga belum tahu apakah temanku sudah mengenalkan aku padanya atau belum. Atau, meskipun sudah, belum tentu lelaki yang bersangkutan bersedia kenalan padaku. Hehehe. Secara, dia katanya habis putus sama pacarnya. Aku juga kan baru bubar hubungan sama Mas Santo, hehe.

Kalau nanti kami kenalan, juga belum tentu saling cocok. Duh, diawal aku kok sudah mikir gak sukses jalin hubungan ya? Soalnya aku juga belum tahu benar pribadinya. Kalau sungguh pertemuan dan kebersamaan kami baik di mata Allah, semoga jalannya dimudahkan. Kalau misal Allah nggak ridha, semoga (aku ataupun dia) segera menemukan jodoh terbaik.

Depok, 26 Desember 2011

Dia Gay, It's OK.

Ini Cerita Fiksi yang diangkat dari kisah nyata.

Aku baru menyadari benar kalau dia gay. Sejak dulu memang dia sering menyinggung soal gay. Di sela-sela pembicaraan yang tak ada hubungannya dengan gay, dia sering tiba-tiba mengaitkannya dengan gay. Suatu hari aku ingin menonton film drama, dia bilang "I just watch action movie. Man who watch drama is gay." katanya begitu.

Ah iya, dia sejak SMA kuliah sekolah di Swedia, lalu kuliah di sana hingga kini bekerja di sana. Dia lebih sering berbahasa Inggris, meski bahasa Indonesianya fasih. Dia berbicara dalam tulisan. Sudah terlalu lama dia di Eropa, hingga ketinggalan momen bagaimana remajanya.

Bla,.. bla..

Dia akhirnya mengakui gay padaku. Tapi orangtuanya tidak tahu. Dan jangan sampai tahu. Ini bisa jadi kiamat kubro bagi ayahnya yang pernah terkena struk. Juga, ia tak ingin mamanya terluka mengetahui kenyataan ini. Jadi, ketika mamanya mengenalkan dengan seorang perempuan yang diniatkan untuk jadi calon istrinya ia tak kuasa menolak.

Yang lebih penting, perempuan itu baik. Gadis baik-baik, pintar, dan punya karir yang baik untuk masa depan. Dia setuju dengan rencana pernikahan bulan agustus tahun depan. Semua mulai disiapkan. Mulai dari  memilih gedung, baju pernikahan, hingga mencatat tamu yang hendak diundang.

Tibalah saatnya sebulan sebelum ikatan sakral itu diremcanakan, saat dia mendesign undangan, dia tiba-tiba semacam mendapatkan satu pencerahan bahwa ia tak boleh menyakiti perempuan itu hanya demi  pernikahan yang sesungguhnya tidak ingin ia lakukan. Ia menyadari bahwa terhadap perempuan itu bukanlah cinta, hanya semacam memahami perasaannya. Dia lebih tertarik dengan teman lelakinya.

Atau, mungkin dia hermaprodit. Suka laki-laki sekligus suka perempuan. Tapi sekali lagi ia merasakan perasaan yang aneh, semacam dorongan bahwa ia harus jujur pada perempuan calon pengantinnya bahwa ia gay.

Kejujuran itu dilontarkan tentu tidaklah mudah. Perempuan itu pertama kali mendengar tidak percaya, dikira becanda. Tapi setelah 5 hari kemudian, perempuan itu kahirnya paham bahwa memang benar sepertinya selama ini dia hanya sibuk dengan pernikahan untuk dirinya sendiri. Lelaki itu hanya semacam pelengkap atau entahlah sulit dilukiskan.

lelaki itu tidak berani untuk mengatakan putus. Dan lagi-lagi, ia hanya meminta maaf sembari menyampaikan kalimat semanis mungkin agar perempuan tetap tegar menghadapi ini. Ia katakan bahwa perempuan itu akan mendapatkan lelaki yang lebih pantas untuk memberikan kebahgiaan. Dan ia akan memilih jalannya sendiri.

perempuan itu pun akhirnya memahami dengan lebih sadar, namun ia memberi syarat kepada sang lelaki agar orang-orang tidak perlu tahu alasan pembatalan pernikahannya. Katakan pada semuanya bahwa mereka membatalkan pernikahan atas dasar pemikiran yang matang.

Akhirnya dengan keputusan bersama, perempuanlah yang memberitahu bahwa pernikahan batal kepada keluarga laki-laki. Sang ayah langsung limbung dan dadanya nyeri. Perempuan memberi lewat telepon langsung ke mama sang laki-laki. Mama menyampaikan dengan baik-baik pada ayah yang sedang membuka menatar buku di rak.

Ayahnya syok dan merasa terhina, karena ia sudah memberitahu kepada seluruh kerabat dan teman-teman tentang rencana pernikahan anak lelakinya bulan depan. Meski pemberitahuan telanjur menyebar dari mulut ke mulut, meski belum ada undangan.

Sang lelaki tak berani memberitahu langsung kepada sang ayah. begitupun ibunya bingung, karena anaknya hanya bilang bahwa pernikahan batal karena banyak hal yang tidak cocok. Kini keluarga mereka sedang dilanda prahara yang tak biasa.

bagi sang lelaki ini suatu kelegaan, karena ia bisa menyatakan keadaan dirinya

Rabu, 21 Desember 2011

Meditasi Kesadaran

Hingga hari ini, 20 Des 2011, blog ini masih privat. Tidak kuberitahu pada umum. satu-satunya teman yang kuberitahu adalah Tika. Itupun dulu hanya 1 tulisan. Mungkin selanjutnya dia belum tentu baca. Hehe

Tulisan-tulisan di sini memang belum saatnya orang tahu. Artinya, orang tahu atau tidak, saat ini tidak begitu penting buatku. Aku hanya senang menulis apa saja di sini, tadinya tidak tahu entah karena apa, semacam melapas perasaan lega. Namun kini aku mulai bisa mengartikulasi bentuk yang kulakukan ini sebagai meditasi kesadaran.

Saat menulis ini aku sedang menulis artikel kesehatan singkat 70 judul perhari dalam 5 hari. menurutku pekerjaan yang cukup mengasah kemampuanku mengolah data dengan lebih efektif.

Dari salah satu bab di buku kesehatan dimana aku mengolah data, meditasi kesadaran adalah salah satu cara melatih otak untuk memerhatikan dan mengapresiasi detail pengalaman, sehingga dapat merasakan kenangan dari suatu peristiwa dalam hidup dan memperolah manfaat kesehatan secara nyata.

Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa orang seringkali sangat terintimidasi dengan praktiknya, tapi meditasi kesadaran ini benar-benar  sangat sederhana. Kita cukup duduk tenang dengan mata terpejam dan membayangkan salah satu aspek dari pengalaman yang baru-baru ini, berkonsentrasilah pada satu hal dalam waktu tertentu. Hal tersebut akan membuat otak semakin kuat.

Dalam konteks aku menulis blog pengalaman sehari-hari, aku telah melaukan Meditasi Kesadaran. Aku menuliskan rinci, mengingat momennya secara detail. Mengedit tulisan, secara tidak langsung, menata ingatan kenangan lebih struktur.

Ini adalah blog kelima yang kumiliki. Blog tertua adalah blog Friendster, aktif sejak 2004-2011. Juni 2011, Friendster tutup, ratusan tulisanku lenyap. Kedua, Multiplay, aku hanya menulis beberapa judul dan mengunggah sejumlah foto. Ketiga, Wordpress, berhubung lupa password, jadi tak pernah kubuka lagi. Keempat, Kompasiana. Aku agak sungkan menulis di sana soal harian. Menurutku lebih tepat menulis suatu topik yang diolah dengan matang dan profesional. Kelima, blog privat, banyak hal tentang personal, jadi layaknya rumah villa tempat aku menenangkan diri.

Ah iya, aku punya dua blog lagi di blogspot yang lupa namanya. Satu, berisi kumpulan tulisan berita yang kuliput. Satu lagi tentang catatan yang perlu kupelajari untuk mengenal bahasa dan budaya Jerman. Dua blog ini kuanggap buku yang hilang. Sebenarnya bisa saja kucari, hanya saja kubiarkan tersimpan dulu.

Selain itu ada juga Notes Facebook, karena pernah setting de-active di bulan Juli, 200an tulisanku hilang hingga kini tak kembali.

Sejumlah orang, termasuk aku, memang sering curhat di tulisan. Seringkali, aku berpikir entahlah ini untuk apa. Mungkin semacam melepas perasaan lalu berakhir lega. Sebelum aktif di blog, aku pun menulis diary, saat aku lulus kuliah dan packing pulang, diariku lebih dari 30. Itu diari sejak SD hingga kuliah, yang kuboyong ke Jogja hendak kubawa pulang kembali ke Kebumen. Sebelum dibawa pulang, 10 diantaranya kubakar. Tidak ada alasan khusus, hanya ingin membakarnya saja, tidak ingin terlalu terikat dengan hal-hal yang sudah berlalu. Karena ketika membuka diary, jadi ingin membacanya hingga akhir. Beberapa diary kukunci dan kunci kulenyapkan. Atau kupita kuat-kuat.

It seem like nothing and maybe it means nothing. I dont know why I did and am doing it. Peristiwa menulisnya itu barangkali semacam Meditasi Keasadaran. Kalau dulu aku melakukannya hanya terdorong insting. Sekarang, aku melakukannya dengan lebih sadar. Aku sedang menulis sesuatu, menata ingatan, dan mengabadikan.

Selasa, 20 Desember 2011

Ingin mengasah mental dengan jadi sales!

Aku ingin belajar jadi sales!

Hah? Sejak dulu aku tak pernah benar-benar tertarik jualan. Pernah iseng jualan baju saat jaman kuliah, tapi hanya iseng, untung syukur, gak untung ya sudah gpp. Karena saat itu menemukan baju murah-murah, lalu kujual ulang. Lalu jualan asesoris, itupun sambil lalu. Namun, sejak baca buku Merry Riana, aku ingin mengasah mentalku untuk jadi interpreneur. Namanya orang jualan, tujuannya mendapatkan untung. Harus disiplin bagaimana caranya mencapai target dapat untung. Aku harus mampu closing, dalam konteks apapun. Menyelesaikan tulisan seefektif mungkin. Bertemu dengan orang, kalau sudah diniatkan ketemu, harus ketemu, meski hanya 'sai hello'. Seolah tiada artinya hanya bertemu, namun di baliknya banyak arti, karena seseorang itu seringkali 'sesuatu' aset.

Aku ingin menjual produk keuangan dan produk kecantikan. Belajar meyakinkan orang atas kebutuhannya. Ini bukan bisnis semata, tapi soal bagaimana aku melatih diri bisa dipercaya dan diandalkan. Ini sangat bagus untuk mengembangkan diriku. 

Sekarang, I am freelancer in writing (and journalism), consultant at PT Prudential Live Assurance, and consultant at d'BC. Bekerja dengan waktu yang tak terikat. Ini pas untuk keadaanku yang secara fisik belum kuat untuk ke sana sini dengan jadwal terikat pasti.

Konon perempuan mampu multitasking, aku ingin membuktikannya. Ini bukan untuk gaya-gayaan, namun sungguh untuk menghidupi diriku dan self maintaining agar terus menghargai hidup. 

Kemarin (19 Desember 2011) dalam sebuah acara refleksi "Dari Dunia untuk Indonesia' oleh Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (i-4) bekerja sama dengan Kemenristek, seorang pembicara mengatakan bahwa seorang profesor mustinya juga berjiwa interpreneur. Bukan hanya bisa penelitian, tapi mampu menjual produk penelitiannya dengan nyata. Inspiring!

Aku ingin bisa menjual. Juga harus kuliah setinggi-tingginya. Juga, dalam acara itu, my bos (Profesor X) bilang kita harus sekolah sampai Ph.D, karena itu jenjang intelektual tertinggi. "Soal pekerjaan, lain lagi," lanjut beliau. Beliau bercerita, anaknya berhenti kuliah, tidak menyelesaikan Ph.Dnya di Jepang karena ilmu yang digeluti nantinya tidak ada guna di Indonesia (jurusan Cryptology). My bos menyarankan agar anaknya tetap selesaikan S3, mengenai pekerjaan bisa lain lagi. Beliau akan buatkannya bengkel tambal ban di depan rumah sebagai kerjaan untuk hidup (entahlah ini hanya berkelakar atau sungguhan), mengingat profesor ini telah melakoni banyak pekerjaan, mulai dari periset, wartawan, investigator, founder lembaga riset, founder penerbit dan percetakan, hingga loper koran. Hebat kan? Inti terhebatnya bisa bermanfaat buat banyak orang, puluhan mahasiswa dan pelajar ia biayai, sekian kepala keluarga bekerja padanya, dekat dengan semua kalangan, mulai dari preman hingga kepala BIN dia rangkul. Orangnya juga santai, sangat! Kemana-mana pakai pakaian preman dan sandal. Sekalipun belum pernah kutemukan pakai jas dan dasi. Gak akan habis aku menulis tentang beliau di sini.

Aku sering memperhatikan detail setiap langkah beliau, bagaimana beliau bisa punya relasi yang begitu banyak dan setiap beliau bicara, semua orang mendengar dengan seksama. Beliau memang salah satu orang yang memiliki kharisma. Beliau senang mengajak ngobrol orang baru yang ketemu di jalan. Mulai dari kasir buku, petugas cek bandara, pramugari, mafia, hingga jenderal dia ajak becanda. Konsentrasi beliau sangat bagus. Aku pernah naik pesawat bersebelahan sama beliau. Saat operator pesawat (entahlah apa ya namanya, yang ngasih woro-woro sebelum pesawat terbang) menyampaikan nomer penerbangan, dia menyimak kalau yang dikatakan 'operator' itu keliru menyebut nomor. Aku yakin seisi pesawat nggak ada yang menyimak. Aku lihat kanan kiri nggak ada yang komplain, tapi beliau segera bilang ke pramugarinya.

Dia juga bisa 'menghilang', kalau sedang tak ingin diganggu. Tidak heran, karena belaiu juga membina para aktifis, anak jalanan, dan inteligen. Orang lapangan. Suatu kali beliau harus menjadi pembicara di suatu acara kumpulan reserse di suatu propinsi. Acara itu untuk pagi hari, malamnya polisi sudah menjemput beliau di bandara. HP beliau mati. Polisi tidak menemukan jejak. Begitu juga di hotel. di jakarta. Tak ada. Karena saat berangkat beliau bersamaku, maka HP-ku semalaman hingga pagi bolak balik berdering dihubungi polisi yang kelimpungan mencari beliau. Jujur, aku juga saat itu tidak tahu beliau dimana. hehehe. Kami berada di hotel yang sama, tentu saja beda kamar. Saya sempat tahu kamar beliau, namun setelah itu beliau pindah dan berpesan ke resepsionis hotel untuk dirahasiakan nomer kamarnya. Kenapa saya berada di sana? Sudah kukatakan karena beliau pembina inteligen, jadi peran saya itu juga sebagai detektif. (Hahaha. Jangan percayaku, seorang inteligen tak akan ada yang mengaku sebagai inteligen!). Aku di sana untuk mengumpulkan sejumlah data kegiatan jenderal X untuk kepentingan lembaga riset.

Oh ya, kembali ke soal cara beliau jam 6.30 pagi. Hingga 5 menit sebelumnya beliau masih belum muncul. semua pembicara dan peserta sudah siap. Tiba-tiba sudah ada di tempat duduk pembiacara, tempat pada waktunya. Weleeeh!

Btw, sebagai peneliti LIPI, beliau seorang PNS. gajinya hanya cukup untuk membayar 2 supirnya. Tapi bagaimana bisa menghidupi banyak orang? "Bisa saja, ngerampok juga bisa." terang beliau di acara yang kusebut di awal. Entah itu cuma becanda, atau merampok beneran. Silakan kalau ada penyidik yang mau investigasi. Hehehe. Beliau juga sedang mengembangkan bisnis kelapa sawit dan membangun ratusan rumah baca. Kenapa bisa begitu? Karena relasi yang luas dan strategi yang tepat. Orang-orang menaruh kepercayaan.

Apa kaitannya dalam konteks menjual? Kita harus mengembangkan potensi diri secara optimal. Termasuk mengoptimalkan daya guna waktu luang dan strategi menjual. Produk yang sama dijual oleh pihak yang berbeda, bisa memiliki nilai yang berbeda di mata calon costumer. It's about trust!

Nah, tadi aku mau cerita apa ya jadi lupa.
Intinya aku harus belajar menjual produk, menjadi interpreneur dan tetap mewujudkan cita-cita untuk kuliah hingga jenjang tertinggi. Aku ingin sekolah himgga tingkat doktoral. karena itu pencapaian tertinggi derajat keilmuan secara formal. (boleh dong ya punya cita-cita). Mengenai pekerjaan, boleh lain lagi. Jika kelak gelar doktor-ku tidak bisa memberiku penghidupan, maka sejak dini aku harus mempersiapkan skill untuk bisa survive dan maju dalam hidup. Ini juga bukan gaya-gayaan dapat gelar, ini tentang menghormati hidup dan kesempatan. 

Bismillah, La haula walaa quwwata illa billah.

Jumat, 16 Desember 2011

Tiga Bulan yang Luar Biasa

Tiga bulan terakhir yang luar biasa, kondisi fisik yang diuji (di titik terlemahnya, sekian waktu lalu berhari-hari aku tidak bisa jalan lebih dari 50 m, karena setelah itu aku akan pinsan), kisah kasih yang kandas, dan bla bla blah. Semua manusia pasti diuji, semoga ujian sakit tersebut bisa menghapus dosa-dosaku. Amin. Dan ujungnya, sekian hari ini tambahan kekuatan jiwa raga yang luar biasa. Subhaanarabbiyal 'adhimi wa bihamdihi. Semoga kekuatan ini selamanya hingga akhir masa. Tidak terlupakan, teman-teman yang terus memberiku semangat dan doa, meski mereka tidak langsung di depan mata, tapi selalu menghidupkan hati. Itu sungguh berarti. *_^

Kondisi fisikku saat ini semakin membaik dan semoga terus membaik. Namun, tetap masih terapi berjemur di bawah matahari pagi dan menghindari terkena terik matahari siang. Laa haula walaa quwwata illa billah. Jika terpaksa di tengah siang harus keluar ke jalanan, membuang rasa malu untuk memakai payung. :-)

Aku yakin, usai melewati rasa cemas dalam sakit itu akan melahirkan spirit baru yang akan mengubah hidupku, jiwaku akan semakin tenang, lebih terkendali, lebih efektif menghadapi apasaja, belajar dari Nabi Muhammad yang lembut serta tidak mudah mengeluh, dan menyertakan Tuhan dalam setiap nafas. Iyya kana'budu waiyya kanasta'in. 

Kamis, 08 Desember 2011

Beri Aku Kesempatan

Ya Allah, aku ingin bekerja di BUMN itu. Amin.
Aku sudah melamarnya via email. Kurang apalagi ya?
Semoga itu jalan terbaikku untuk menjadi orang yang lebih berguna, mengamalkan ilmu Biologi, dan Kau ridhoi ya Rahman. Amiin

Terima kasih.

Dear God

Allah help me, really need your help.
Strengthen me to decide my life, to be better person, get life better. Thank you.

Ingrid and Luke

Setelah beberapa hari tidak mengikuti Youtube Ingrid dan Luke, akhirnya barusan buka lagi. Ingin tahu kabar terbaru apakah mereka sudah jadian? :D. Btw, keduanya adalah anak muda dari Amerika. Inggrid umur 22 tahun, lulusan Teknik Arsitektur (di Eropa) yang hobi merekam dirinya menceritakan sesuatu di kamar. Biasanya tentang tips kecantikan. Kadang juga, videonya saat jalan-jalan, saat di mobil, di mall,  juga saat main ke kos-kosan Luke. Ingrid menyadari keanehannya mengapload video hariannya, tapi dia tidak peduli dengan persepsi miring orang-orang. Kalau menurutku sih nggak aneh, malah positif. Karena berbagi informasi. Membuat aku merasa Jakarta-Amerika lebih dekat daripada Jakarta-Maluku. Namanya anak muda yang suka mengabadikan kenangan seperti Ingrid dan Luke, hidup dijaman digital dan internet, seperti tutup menemukan botol. Mereka juga menyajikan video itu dengan tanggungjawab, elegan, kadang natural. Menurutku bentuk cerita harian yang menarik.

Btw, tentang Luke, dia nggak pernah ngaku umurnya berapa. Awalnya aku menebak mereka seumuran. Namun sebuah youtube (sepertinya milik teman Luke mengungkap Luke umur 30). Dari diskusi para komentator salah satu video, banyak yang kaget soal umur Luke. Soalnya nampak jauh lebih muda dari usianya. Luke punya band, penulis lagu, dan penyanyi. Luke tinggal bersama teman bandnya.

Sejauh yang kutahu terakhir, Luke dan Inggrid bersahabat. Mereka masing-masing punya video harian. Punya alamat youtube lebih dari satu. Youtube Ingrid banyak membahas soal gaya hidup seperti koleksi syal, cara menata rambut, cara mematch warna kutek, pilihan kosmetik yang OK, tips pakaian menghdapi wawancara kerja, tentang kuliah di luar negeri (Inggrid dari Amerika, namun menempuh kuliah di Eropa) hingga soal keluarganya. Ayahnya sudah meninggal. Ia pernah menghadirkan mamanya juga di video. Kamarnya rapi (beda dengan kamar Luke. Haha). Inggrid juga (menurutku, sejauh yang kuamati) seorang yang normatif, anak manis, anak rumahan, dan nggak urakan. Inggrid menyebut kegiatannya sebagai adventures of a self beauty nerd. ;-)

Youtube Luke banyak soal musik. Ia menyanyi, atau kadang lipsin dengan video klip yang dibikin sendiri. Luke pernah bikin lagu yang judulnya Chistina. Chistina adalah salah satu yang dulu sering muncul di youtube Luke, dan sepertinya bagian dari band Luke, ia juga punya alamat Youtube sendiri. Christina seorang yang lebih ekpresif, lebih 'berani'. Beda karakter dengan Inggrid.

Kayak kurang kerjaan ya aku mengikuti kegiatan harian mereka. :D. Pertama, jadi tahu detail gaya hidup anak muda di belahan bumi nun jauh di sana. Kedua, membuat bahasa Inggris lebih familiar di telinga.  Btw, aku dan keponakanku (19 tahun) punya hobi sama, rajin mengikuti alamat youtube tertentu. Biasanya youtube talkshow, seperti serial TheEllenShow (favoritku), kalau favoritnya serial talkshow komedi boyband Jepang, sampai daftar musiknya Jepang mania. Maklum, channel TV di rumah masih lokal semua. Mungkin nampaknya itu hanya video harian dan nggak penting, tapi jika kita bisa melihatnya dengan positif, banyak hal positif yang bisa dipetik. Keep positive thinking and feeling.

Time Will Heal Wounds

Has the sun set, why there is still a shadow that has not lost yet? Outside there are storm and rain, are those the signs that tomorrow morning we are really no longer able to continue the journey? Is it true that we are facing a story that will not be eternal?

I wonder what happens with my heart, if I'm still here, not moved from this story, perhaps to answer these questions while waiting for the morning. Or just making sure the sun tomorrow able to warm a lot of frozen hearts. Until I calm down when the rain start to erase my tracks, memories and times will make you more courage to face the life and make me have a willing heart.

I've tried my best and I think you do the same. This is not an easy decision, but please do not have revenge. Outside of us really requires us to put an end to this story. I can understand if you chose did not greet me again, even though as a good friend. I never hurt you, so please do not also look for ways to hurt me in order to I hate you and forget you as you expect. Lets try being more adult. Such separation is painful enough for me (maybe for you too?), but I do not hate you and do not forget you.

If today I remember you and write this, it's because I appreciate your presence in my life. For me, not easy to say goodbye, but  in other way you really have done.

Depok, 8 December 2011

Selasa, 06 Desember 2011

Bayam

Akhir-akhir ini kondisi tubuhku sedang sangat ngedrop. Berdiri selama 10 menit rasanya tak sanggup, tubuh terasa tawar, tak bertenaga, kaki lemas dan kepala kunang-kunang, tiba-tiba kaki sudah tidak merasa menapak di tanah, makanya limbung. Jadi ketika tidak yakin kuat menempuh perjananan, menghindari aktifitas yang berdiri lama dan menghindari pergi sendirian. Sudah sekian kali pingsan, nggak lama sih pinsannya, paling lama 3 menit. Biasanya begitu jatuh, segera langsung siuman. Percayalah suatu hari aku akan sehat seperti semula, bisa menembus panas terik dan hujan badai dengan sehat walafiat. Amin.

Intinya sih karena darah rendah. Banyak orang memberi saran untuk banyak makan bayam. Karena bayam mengandung zat besi tinggi sebagai pembentuk sel-sel darah merah. Selain itu aku memang sedang tertarik mau berkebun di rumah, memanfaatkan lahan sempit. Diawali dengan ingin menanam bayam. Maka, suatu pagi saya beli bayam di penjual sayur yang lewat, 3 ikat. Dua ikat untuk dimasak, 1 ikat rencananya untuk ditanam. Bayam yang kubeli sepertinya bayam cabut, karena ada akarnya. Yang ditanam akarnya atau potongan tunas atasnya ya? Ternyata aku baru menyadari kalau tidak tahu cara menanam bayam.

Padahal masa kecilku di kampung. Tapi di desaku, petani tidak menanam bayam, melainkan padi. (*cari alasan). Btw, kamu katanya lulusan Biologi lho Lel, nggak tahu cara menanam bayam? Tapi di kampus tidak belajar menanam bayam, belajar tumbuhan secara umum. Bukankah Biologi itu berarti ilmu yang memperlajari mahluk hidup, right? Apalagi mahluk hidup yang lazim di sekeliling kita, mustinya juga kita sedikit perhatian. Cuma bayam. Halo? Masa nggak tahu Lel! Baiklah, sebentar aku cari handuk dulu, buat nutup wajah. *Malu.

Baiklah, sebelum menanam bayam baiknya kita lebih mengenal bayam lebih dekat.
Bayam dikenal sebagai sayuran super karena banyak kandungan gizinya. Selain zat besi yang tinggi, juga mengandung vitamin K, A, C, B1, B2, B6, dan folat. Juga kandungan mineral seperti magnesium, mangan, magnesium, kalium yang bagus untuk tulang.

Khasiat bayam yang kaya nutrisi juga dapat menurunkan kolestrol, gula darah, menurunkan tekanan darah, dan melancarkan peredaran darah. Juga, mencegah kanker usus, diabetes dan ginjal. Namun, bagi penderita nyeri sendi, asam urat, dan rematik sebaiknya memakan bayam dalam jumlah terbatas karena kandungan zat purin di dalamnya bisa memicu kambuhnya sakit tersebut.

Jadi, bayam memang pantas menjadi satu sayuran yang wajib masuk daftar belanja (dan daftar tumbuhan yang akan ditanam).

Karena bayam tidak boleh diolah sembarangan, ada beberapa catatan penting :
1. Bayam tidak boleh dipanaskan ulang, karena kandungan Fe2+ dapat berubah menjadi racun jika teroksidasi dengan Fe3+.
2.Bayam tidak boleh dipanaskan lebih dari 5 jam, karena kandungan nitrat akan menjadi racun di dalam tubuh yang menyebabkan tubuh tidak bisa mengikat oksigen, sehingga sel tubuh kekurangan oksegen.
3.Hindari memasak bayam dengan panci alumunium (ini mungkin agak sulit, karena di dapur kebanyakan propertinya alumunium.) karena zat besi dalam bayam akan bereraksi dengan bahan alumunium dan bisa menghasilkan racun.

Kembali ke perkara awal, menanam bayam. Setelah searching budidaya bayam, ternyata bayam ditanam bukan dari akar ataupun pucuknya, melainkan bijinya! Hwaaa. *melirik 1 ikat bayam yang dibeli dari penjual bayam tadi pagi. Krik.. krik..

Kenapa perlu menanam sendiri? Karena kita bisa mengontrol kehigeniesannya. Dengan cara organik, yaitu tanpa pupuk dan insektisida, hanya perlu tanah dan disiram. Bisa dengan mengganti aktifitas menanam bunga dengan menanam sayur. Menurut praktisi tanaman organik, tanaman sayur bisa tumbuh cantik seperti tanaman bunga yang biasa kita tanam. Jadi, rencananya dimulai dari menanam bayam. ;-)

Atau Jadi Ibu Rumah Tangga Saja?

Bukankah dulu aku juga sudah pernah meniati jadi ibu rumah tangga saja, tapi Allah memberiku kesempatan berkarir. Jadi tahu kemampuanku sampai dimana, kekuranganku yang perlu ditingkatkan apa saja, juga bagaimana membangun masa depan yang lebih mandiri.

Kalau seandainya ketemu jodoh dalam waktu dekat, aku berharap punya kesempatan kuliah lagi di Eropa. Terus dia gimana ya? Ya dia juga harus ke Eropa juga. Lha, dia ngapain? Nunggin istri. Lhoh?! Duh, kok malah jadi mumet. Nah, makanya jangan mikir jodoh dulu lah.. :D. Maksudnya, aku yang nunggu dia kuliah di Eropa. Dia kuliah, aku kuliah gitu. Amiin.

Sami'allaa huliman Hamidah

Akhir-akhir ini serius banget ingin kuliah lagi, ke LN. Kayaknya memang harus benar-benar niat. Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Sami'allahuliman Hamidah. Kalau soal jodoh, kali ini bonus. Jodoh kok bonus ya?! Hihihi.

Why Eropa?

Aku sedang daftar beasiswa program sandwich Asia-Amerika, tapi pikiranku kok ke Eropa terus ya. Ini karena rasanya di Eropa suasana persahabatannya lebih hangat. Juga, kayaknya siatusinya lebih nyaman. Nggak tahu juga ding, cuma hasil survei pribadi aja sih..Harus mulai lihat-lihat universitas di Eropa nih.

Sabtu, 03 Desember 2011

Ijinkan Aku Lihat Eropa yaa Allah..

Ya Allah, aku ingin sekali melihat cantiknya alam Eropa dan merasakan suasana pendidikan di sana. Tapi aku tahu mengukur diri, bahasa Inggrisku pas-pasan, nilai akademikku pun berkecukupan alias cukup (ngerti kan arti cukup? Cukup untuk lulus. Hehe.). Tapi bukankah aku bisa menulis ya (ho oh po?), buktinya jadi pernah wartawan, punya notes Facebook lebih dari 200 judul (lha isine mung curhat je! :D).

Sore ini tubuhku tiba-tiba dingin lagi, padahal sedang di jalanan Jakarta (mau ke mall beli sepatu, sama sahabatku Nony). Nggak jadi beli sepatu karena aku khawatir pingsan, jadi nggak berani ke dalam. malah cuma duduk di teras mall, nunggu taksi untuk kembali lagi. Tubuhku akhir-akhir ini lemah banget, aku yakin karena kurang darah. Aku akan berusaha makan makanan yang bergizi. ya Allah, tambahkan kekuatan pada jiwa dan ragaku. Aku ingin berumur panjang, memiliki jiwa raga yang kuat, hidupku berguna, membangun keluarga yang bahagia, dan merasakan suasana Eropa. Amin yaa Allah.

Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu agar aku bisa mewujudkan cita-citaku.

Kenapa Eropa? Entahlah. Dulu jaman kuliah memang ingin sekali ke Eropa, lalu berubah ingin ke Amerika, tepatnya ke Illinois karena prof benalu yang kutahu publikasinya ada di Soutern Illinois University. Namun, setelah melihat lebih jauh lagi, nampak Eropa (seperti Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol) serasa lebih ramah ketimbang Amerika. Amerika juga nampak banyak kejahatan (terpengaruh Film thriler Hollywood. :D). Selain itu, persahabatan dan persaudaraan pelajar-pelajar di Eropa nampak lebih erat. Sementara di Amerika nampak mahasiswa Indonesia sendiri-sendiri, ternyata memang benar (kata Mbak Retno, perkumpulannya memang tak sesolid Eropa dan Ausralia).

Kalau di negara-negara lain ada PPI (persatuan pelajar Indoesia) di luar negeri, nampaknya di Amerika entah ada entah tidak. Dulu ada, namanya Permias. Lalu dibubarkan oleh mantan bosku Prof. Hermawan S. Sejarah detailnya aku tahu, beliau yang langsung cerita padaku dan teman-teman. Hm, mungkin itu rahasia, jadi nggak akan kuceritakan di sini. :-p

Kembali ke soal pelajar atau mahasiswa di luar negeri. Aku merasa memang perlu berjelajah ke bumi lebih luas agar bisa saling mengenal dan tolong-tolong, berlomba-lomba dalam kebaikan. ya Allah masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, mereka yang jalannya lurus, bukan mereka yang sesat dan disesatkan. Amin.

Ya Allah, aku sungguh ingin umur yang panjang, hidup indah dengan hati yang selalu damai, jiwa dan raga yang kuat dan berguna bagi sesama. Amin yaa rabbal aalamin.