Senin, 06 Februari 2012

Jodoh

Sedang galau memikirkan masa depan, tentang pekerjaan, studi, dan jodoh.
Soal pekerjaan dan studi kalau kita mau tekun dan kerja keras mencari kesempatan pasti akan mendapatkan sesuai yang diinginkan. Tapi soal jodoh, kayaknya nggak ada rumusnya. :p

Sebenarnya jodoh sudah disiapkan Tuhan, harusnya nggak perlu galau gundah gulana. Ada saatnya bertemu pada momen yang tepat. Yang sengaja dicari-cari malah kadang sulit ditemukan. Yang dipertahankan mati-matian juga bisa akhirnya bubar. Pelajaran yang kuperoleh, banyaknya hambatan adalah pertanda dari Tuhan bahwa kita harus berganti arah tujuan. Akan ada saatnya bertemu seseorang dengan cara yang tak disangka dan jalannya mudah.

Atau selama ini sudah bertemu tinggal menunggu waktu. Andai aku bisa memilih, aku sudah punya pilihan. Tinggal menunggu apakah dia bisa selalu bersikap manis padaku. Tidak menyakiti hatiku. Dalam setiap hubungan, yang kutakutkan di awal adalah jangan-jangan dia akan menyakitiku ketika menghadapi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Keadaan seperti apa? Banyak. Misal bertemu dengan seseorang yang di matanya lebih cocok dariku dan ia berusaha mendapatkannya, maka berpalinglah dia dariku. Ya Allah, semoga keadaan ini tak menemuiku. Amin. Atau hal-hal kecil yang disepelekan, sehingga satu sama lain merasa kurang dihargai.

Banyak peristiwa perjalanan hidup ini yang tak disangka akan terjadi, kita telah bertemu dengan seorang ini, itu, dan anu. Bersahabat dengan ini, itu, dan anu. Mengapa tidak berhasil menjalin hubungan dengan ini, itu, dan anu. Bekerja di sebuah tempat ini, itu, dan anu. Seolah semua seperti banjir yang tak dapat dibendung, seolah semacam tiba-tiba dan mengalir begitu saja. Bahkan ketika aku coba mencari jalan ke Timur, justru Tuhan mengarahkan langkahku ke Barat, lalu ke Selatan. Entahlah, kita hanya bisa berikhtiar, pada akhirnya Dia yang menentukan. Jodoh pun demikian.

Bismillah..

cara Menulis Opini

Ada 3 Hal yang penting diperhatikan dalam menulis opini :


Pertama, bahaslah satu masalah. Jika dalam satu kesempatan membahas terlalu banyak poin, pembahasan tiap poin jadi sedikit. Jadi lebih efektif jika poin utamanya sedikit, namun dibahas secara mendalam.


Kedua, tulisan harus terstruktur. Bisa juga dibuat kerangka sebelum mulai menulis. Setidaknya buatlah pembuka-isi-penutup. Di bagian pembuka, bahaslah fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Lalu di bagian isi, tulis gagasan yang hendak disampaikan. Di bagian penutup, yang paling mudah biasanya tulislah kesimpulan.


Ketiga, batasi diri dengan hal-hal yang dikuasai. 


Ada aturan atau teknik tertentu untuk menulis opini yang baik. Aturan ini sebenarnya agak mirip dengan tiga hal di atas. Bisa dikaitkan dengan ilmu retorika Aristoteles. Menurutnya, retorika adalah kemampuan untuk melihat apa saja yang dapat digunakan untuk meyakinkan orang menerima suatu gagasan. Aristoteles membagi retorika ke dalam tiga bentuk: Logos, Pathos, and Ethos.


LOGOS (PENYAMPAIAN ARGUMEN)
Membuat pernyataan tesis


Langkah pertama dan langkah yang paling penting dalam membuat tulisan opini adalah membuat pernyataan tesis. Pernyataan tesis adalah sebuah kalimat yang paling mewakili opini yang hendak Anda sampaikan. Ada dua kriteria penting dari sebuah pernyataan tesis.


1. Pernyataan tesis harus bisa diperdebatkan. Sebuah tulisan opini harus dimulai dengan pernyataan tesis yang bisa diperdebatkan, yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat. Jika tesis Anda adalah sesuatu yang sudah diterima secara umum atau fakta yang sudah diketahui bersama maka tidak ada alasan untuk meyakinkan orang lain. Contoh pernyataan yang tidak bisa diperdebatkan adalah “Matahari terbit dari timur.”


2. Tesis harus spesifik. Semakin spesifik sebuah tesis semakin efektif tulisan opini tersebut. Hal ini karena kekuatan tesis dibangun dengan bukti dan argumen. Semakin umum tesis yang dibahas semakin banyak bukti dan argumen yang dibutuhkan untuk meyakinkan pembaca, sedangkan tesis yang spesifik dapat diperkuat dengan bukti dan argument yang singkat dan padat.


“Pendidikan itu penting”, merupakan contoh pernyataan tesis yang kurang bisa diperdebatkan dan terlalu luas. Contoh pernyataan tesis yang spesifik dan bisa diperdebatkan adalah “Biaya pendidikan tinggi harus sepenuhnya ditanggung pemerintah.”


Dari dua kriteria di atas, kita dapat menurunkan jenis-jenis tesis yang bisa diperdebatkan sekaligus spesifik. Secara umum ada empat jenis tesis, yaitu:


1. Tesis mengenai fakta atau definisi. Tesis ini membicarakan definisi sesuatu atau apakah sesuatu itu faktual atau tidak. Misal: Global warming hanyalah siklus perubahan iklim jangka panjang, karena itu sebenarnya biasa saja.


2. Tesis mengenai kausalitas. Tesis ini membicarakan suatu hal, orang, kelompok, atau kejadian yang menyebabkan sesuatu yang lain terjadi. Misal: Lapindo bersalah atas terjadinya luapan lumpur di Sidoarjo.


3. Tesis mengenai nilai. Tesis mengenai sesuatu yang seharusnya diperhatikan karena sesuatu tersebut berharga. Misal: Malu adalah budaya bangsa yang harus dipertahankan.


4. Tesis tentang solusi dari suatu masalah. Tesis ini tentang mendukung atau menolak solusi atas suatu masalah. Misal: Penggunaan dinar dirham adalah solusi bagi krisis ekonomi yang berkepanjangan.


Mengembangkan argumen


Anda perlu mendukung tesis yang sudah dipilih dengan argumen-argumen. Argumen tersebut bisa berupa logika, data, contoh, pernyataan ahli dan lain sebagainya. Namun mengumpulkan banyak argumen tidaklah cukup, Anda perlu menyusun argumen secara logis agar mudah dimengerti.


Ada beberapa pola penyusunan argumen. Pertama, urutan logis yaitu penulisan menggunakan urutan deduksi atau induksi. Kedua, urutan akibat sebab atau sebab akibat. Ketiga, perbandingan dan pertentangan.Keempat, penjelasan yaitu dimulai dengan definisi, lalu penjabaran dan contoh.


Ada yang perlu Anda perhatikan ketika menulis opini. Cukupkan tulisan dengan argumen yang penting dan signifikan. Jangan masukkan argumen yang lemah. Meski ada beberapa argumen yang kuat, ada satu saja argumen yang lemah dapat dijadikan sasaran empuk untuk membantah tesis.


Jangan pula mengabaikan pendapat yang menentang argumen Anda. Mungkin ada kekhawatiran orang jadi tahu argumen apa yang melemahkan pendapat kita. Namun bisa jadi pendapat lain yang bertentangan itu merupakan pikiran pembaca. Dengan memasukkannya dalam tulisan pembaca akan mengetahui jawaban atas pemikirannya dan menyadari bahwa tesis dalam tulisan telah dipertimbangkan dengan matang.


PATHOS (PENDEKATAN EMOSIONAL)
Agar tulisan lebih menyentuh, Anda bisa menggunakan pendekatan emosional. Misalnya menuliskan kisah seseorang untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang suatu topik. Seperti menceritakan kehidupan keluarga miskin yang makan tiwul untuk lebih meyakinkan dibanding hanya menyebut jumlah orang miskin. Seperti kata sebuah ungkapan, “Kematian satu orang itu tragedi sedangkan kematian seratus ribu orang itu statistik”.


Namun perlu diingat, gunakan pendekatan emosional bila memang mendukung topik yang Anda buat. Salah menggunakan pendekatan ini malah akan mengalihkan perhatian dari isu yang ingin Anda angkat.


ETHOS (KREDIBILITAS PENULIS)


Ethos atau pendekatan yang didasarkan pada karakter, kredibilitas atau kehandalan penulis. Cara membangun kredibilitas ini ada dua cara, dari sisi latar belakang penulis dan dari sisi penulisannya.


Pertama, dari sisi latar belakang. Tulisan jadi lebih meyakinkan bila topiknya sesuai dengan kompetensi utama Anda. Semakin sesuai semakin meyakinkan tulisan tersebut. Jika Anda hendak menulis tema yang berkaitan dengan pengurangan subsidi BBM maka tulisan Anda dapat lebih dipercaya bila Anda mahasiswa Teknik Perminyakan. Kompetensi ini tidak terbatas pada bidang studi yang Anda jalani tapi bisa juga berkaitan dengan hobi Anda. Yang juga penting adalah kredibilitas bisa terbagun jika Anda konsisten mengkaji dan menulis secara fokus pada suatu tema tertentu.


Kedua, dari sisi penulisan. Berikut beberapa kiat membangun karakter dan kredibilitas sebagai penulis.


1. Selalu gunakan data hanya dari sumber terpercaya dan bisa diandalkan.


2. Jika menulis pendapat yang bertentangan, kutiplah secara akurat.


3. Bangun landasan yang sama dengan pembaca. Penulis harus lebih dahulu mengetahui nilai dan kepercayaan yang disepakati bersama.


4. Baca kembali tulisan Anda. Terlalu banyak kesalahan berbahasa menurunkan kredibilitas sebagai penulis.


5. Kalau perlu, ceritakan mengapa Anda tertarik kepada topik tersebut atau pengalaman personal yang Anda miliki berkaitan dengan topik tersebut.


Selamat mencoba!

Read more: http://www.forumkami.net/sastra/129161-panduan-menulis-opini-baik.html#ixzz1la5Qwp00

Minggu, 05 Februari 2012

Sekarang ini...

Akhir-akhir ini sedang nggak jelas banget. Pekerjaan gak jelas, pasangan gak jelas. Hehe.

Setelah badrest hampir 3 bulan kemarin, belum dapat kerjaan tetap lagi. Sudah daftar-daftar ke banyak media, tapi belum diterima. Entah kenapa. Tapi sebagai penulis freelance, ada saja rizki sih, jadi aku hidup dengan uangku sendiri. Alhamdulillah.

Aku sedang berpikir serius, mauku ke depan seperti apa. Inginnya jadi peneliti. punya pengalaman kuliah di luar negeri. Terus kerja dengan hati nyaman di indonesia, tinggal gak jauh dari Jakarta, biar bisa tetap dekat dengan keluarga mas-masku di Depok. Misal kerja di Bogor, dapat suami kerja tetap di sana. Nah, kalau gitu mantaplah nikah sama mas Imam, dia kan kerja di Bogor. Hihihi. Andai menulis takdir semudah menulis diary.

Aku mau kuliah lagi, secara bahasa Inggrisku belum mencapai target, kayaknya aku musti tahu diri, butuh waktu lagi untuk meningkatkan kemampuan Inggrisku untuk bisa kuliah di LN. jadi, sementara ini persiapan aja kuliah di indonesia. Jurusan apa? kalau boleh milih, mau ambil Biomedis. Kenapa? karena peluang kerjanya cukup fleksibel di semua kota. Apalagi kota Bogor. hahaha Bogor lagi. Maksudku, sejak sakit kemarin, aku makin mantap ambil Biomedis. Secara mas-masku pingin aku jadi PNS aja gitu. Jadi, aku sedang berupaya untuk kerja jadi PNS. Caranya panjang sih, muter-muter.

For many reasons, aku merasa harus kuliah dulu S2 baru daftar CPnS. Aku bisa bekerja di Dinas, Kementrian, LIPI, juga jadi dosen Poltekes. Gitu kalau aku lulus Biomedis UI, Amiin. Soalnya aku sudah coba-coba daftar wartawan lagi malah gak diterima, Allah pasti lebih tahu yang terbaik untukku.

Termasuk soal jodoh. Kalua berjodoh dengan mas imam, alhamdulillah. Kalaupun tidak, alhamdulillah punya teman baru. semoga ke depan sama dia, tak ada hal-hal yang menyakitkan hati. Apapun bentuk hubungan itu.

Btw, sekian waktu ini aku komunikasi intens dengan Hana, teman di papua lulusan biomedis S2 UGM. bagus untuk membuka komunikasi soal Biomedis. Cari teman yang semangatnya sama.

selain itu, kalau aku sudah dalam keadaan PW (posisi wuenak), atau setidaknya keadaan stabil, aku mau main film, serius nih. Itu obsesiku yang belum tercapai. tapi aku merawat penamplan dulu. Setidaknya buang bekas jerawat dulu dan mempertahankan berat badan. memuluskan kulit. Hedeeeeh. :p

The Candidats

Tahun baru ini, sedang dicombalingin dengan orang baru. Siapakah dia?
Seseorang yang sedang studi PhD jauh di Benua Biru. Jerman? Bukan. Kan yang di Jerman sudah sepakat berakhir.

Inisial DMA (huruf akhir 3 kata namanya :)
Umur : kira-kira 28 (lulusan SMA 2001 gitu).
Bidang Studi : Biologi
Asal : Sumatra

Saat chatting waktu lalu, aku tahu dia cukup menghargai jiwa pelaku seni. Itu kabar bagus. karena aku orangnya rumit dan sewaktu-waktu darah seniku mengalir. Kedua, nampaknya dia anak baik-baik, nggak macem-macem, dan tidak merorok.

Ini masih awal banget. Aku tidak tahu ke depan seperti apa. Dijalani pelan-pelan saja. Mengenal pelan-pelan. Juga tidak ingin terlalu berharap. Biar kalau misal tak berjodoh, gak terlalu sakit hati.

Ya Allah, aku sudah berusaha menjalin kenalan dengan berapa laki-laki? Malas mengingatnya. Haha. Konon, perempuan akan mengurangi jumlah yang sebenarnya pengalamannya menjalin relationship dengan laki-laki, sementara laki-laki kebalikannya. Katanya sih, nggak semua kali ya.

Kali ini aku hanya ingin merayakan hati yang hidup lagi. Hidup karena sedang coba mengenal seseorang. Belum tentu dia jodohku, tapi aku berharap dia. Setiap kali kenalan kayaknya aku berharap seseorang itu jodohku. Lalu ternyata ada konflik dan gesekan kemauan, ternyata tidak berjodoh dalam cinta, berjodoh dalam persahabatan. Atau bahkan nggak berjodoh keduanya. Bersahabat pun dia tidak mau. Hihi. Ya sudahlah.

Ya Allah, kali ini aku berharap berjodoh dengannya. Jangan sampai ada hal yang menyakitkan ke depan. Jika harus ada perbedaan, semoga tidak saling menyakiti hati.

Atau aku berjodoh dengan seorang yang lain? Yang juga sedang PhD di Eropa. Entah kenapa, aku merasa ada sedikit chemistry dengan dia. Halaaah. Tapi aku nggak tahu yang ada di hatinya. Punya pacar atau tidak aku pun tidak tahu. Beberapa kali interaksi. Kalau dia jatuh cinta padaku, aku bisa jatuh cinta padanya. Hihihi. Hatiiku tercecer dimana-mana. Ini karena kedua orang itu belum ada yang menegaskan kepadaku. kalau salah satu dari kedua itu menyatakan ingin denganku, aku pasti setia. Nggak toleh kanan kiri lagi.

Ini karena belum ada yang musti kujaga hatinya.

Ya Allah, tunjukkan padaku bagaimana aku seharusnya, agar bisa menjadi pasangan salah satu dari kedua itu? Karena nggak ada laki-laki lain yang menarik perhatianku kecuali kedua di atas.

Ya Allah sabarkan aku. Yakinkan aku untuk sabar menunggu dan terus meningkatkan kualitas diri.

Bismillah... ;)

-

Kamis, 02 Februari 2012

Seniman is Seniman :D

Apakah itu seniman? Dari asal katanya berarti pelaku seni, atau orang yang punya karya seni. Kadang aku bertanya pada diri sendiri, apakah aku termasuk seniman? Entahlah, aku kadang nggak yakin, karena berkarya tapi tidak kontinyu. Aku coba menghargai diri sendiri dan jujur kalau aku memang punya karya, apa itu? Aku pernah serius belajar teater dan segala perihalnya, terutama akting. Meski baru pentas beberapa kali dibandingkan mereka yang totalitas terjun di sana.

Karena pernah sungguh-sungguh berproses diantara seniman, membuat karya dengan seniman lain, aku boleh mengaku punya ketertarikan dalam seni. Setelah aku ke Jakarta dan menjadi wartawan, aku hampir lupa soal akting. Tapi yang namanya darah seni mungkin tetap mengalir. Selama aku jauh dari lingkungan seniman, aku sering punya ide-ide karya untuk dibuat dalam bentuk video singkat, tapi tidak pernah terwujud, hanya sampai tataran konsep.  Bahkan, soal setting, kostum, dll sudah kubayangkan dengan matang. Lagi-lagi, hanya dalam konsep. Kecuali soal foto, karena lebih mudah medianya, jadi bisa terwujud. Kebetulan ponakanku kuliah multimedia, jadi kami kadang coba-coba pemotretan dengan konsep tertentu di rumah lantai 2. Kebetulan di rumah masku di lantai dua, pembatas luarnya kaca semua dan cukup luas untuk dijadikan 'studio darurat' yang unik karena transparan. Karena rumah di area Kopassus, sering helicopter dan pasukan tentara bernyanyi lewat. Kalau pas pemotretan bersamaan jadwal helicopter lewat, bisa jadi pilotnya lihat kami pemotretan. Studio yang tidak ditemukan di tempat lain. :D

Akhir-akhir ini aku punya rencana untuk buat karya sesuatu, dengan seorang kawan pelaku seni juga. Yang aku pasang di profil picture. Dia teman seangkatanku beasiswa Actor Studio Garasi 2007. Dulu pernah pentas bareng dan tentu saja berproses bareng. Dia lulusan Teologi Kristen, kini menjadi pendeta, mendampingi gereja di Jawa Timur, kami hampir 3 tahun tidak bertemu. Tapi namanya darah seni, mungkin nggak bisa dihentikan mengalir, we are trying to do something, meski jarah jauh.

Sebenarnya untuk apa sih melakukan itu semua? Untuk apa berkarya? Akupun saat ini belum menemukan jawaban yang memuaskan. Ini semacam pertanyaan, untuk apa seseorang menanam bunga, untuk apa seseorang membuat puisi, untuk apa seseorang menghias jok mobil, untuk apa seseorang koleksi pespa, untuk apa memilih batik, dsb. Passion atau hasrat terhadap sesuatu kadang pemenuhannya sulit dijelaskan.

Semacam seseorang yang memiliki passion dalam memasak. Itu bukan persoalan memenuhi kebutuhan lapar, mengolah bahan dan bumbu bukan semata untuk dimakan, tapi semacam meningkatkan daya tertentu dari kedalaman saat meraciknya. Seperti perasaan seniman saat memahat patung, saat perupa memilih bahan dasar, saat aktor improvisasi bloking, saat penyair menyusun diksi, saat teknisi mempertemukan hukum-hukum fisika, saat ilmuwan sibuk membuktikan hipotesis, dan saat wartawan memilih judul. Begitulah.

Jalan tiap orang lain-lain, menurutku siapapun yang sungguh-sungguh menekuni pilihannya, semua itu baik. Ada orang yang sejak dini fokus ke suatu bidang dan kini sudah sampai di titik matang. Sedangkan aku, termasuk yang sulit fokus. Tapi manusia bisa belajar dan berubah, termasuk aku untuk belajar lebih fokus. Idolaku Pak Dahlan Iskan pernah bilang, beliau tidak punya cita-cita (khusus), jadi saat meraih suatu hal dan banyak hambatan, beliau tidak akan bersikukuh nambrak hambatan itu. Tapi segera beralih fokus dan melakukan sebaik-baiknya yang dia bisa. Mungkin selama ini aku termasuk yang begitu. Tapi lain waktu, mungkin aku akan coba berani menabrak hambatan, jika itu demi kebaikan.

Sekian waktu lalu, aku bikin Plan A, B, C. Plan A tidak terwujud (atau mungkin tertunda). Maka sampailah aku pada plan B. Saat ini aku punya komitmen terhadap diri sendiri untuk mencari jalan mengaplikasikan ilmu Biologi yang kuperoleh di bangku kuliah. Aku ingin sekali Allah mengabulkan cita-citaku, kuliah master biologi aplikatif sesegera mungkin dan menyelesaikan dengan baik. Aku tidak punya cukup uang untuk membiayai kuliah itu. Mahal. Jadi, aku harus berusaha keras mencari sponsor dan beasiswa. Cari dimana ya? Hwaaa. Semoga sungguh nanti aku menemukan jalan. Kuliah ini penting buatku, karena itu akan berpengaruh terhadap jalan kehidupanku mendatang. Ini menjadi fokus utamaku di atas yang lain-lain. Namun, karena darah seni terus mengalir, aku harus mengalirkannya ke dalam bentuk karya tertentu. Aku hanya perlu mengolahnya agar ini tidak menjadi pengganggu fokus utamaku, tidak menjadi penghalang cita-cita utamaku, justru mustinya menjadi energi yang mendukung dan mencerahkan hidup. Amiin.