Kamis, 12 April 2012

Cita-cita

Cita-citaku belakangan ini berganti-ganti. Padahal mauku lurus, satu. Tapi, ketika tidak menemukan jalan, aku masih punya cita-cita yang lain. Kayaknya cita-cita mau jadi praktisi biomedis ditunda atau disembunyikan, atau bahkan lupakan saja. Soalnya, nyari donaturnya aja gak dapet sampai batas waktu pendaftaran. Aku tak cukup nyali untuk daftar dulu, lalu soal SPP uang belakangan. Terus gak jadi juga daftar beasiswa Biomedis ke Belanda. Kenapa? Entahlah, mungkin aku sedang tak cukup nyali saja.

Kedua, aku malah sempat berpikir serius untuk menjadi praktisi Corporate Communication, karena kupikir-pikir aku tertarik dalam bidang yang membutuhkan kompetensi komunikasi. Pernah jadi wartawan, terlibat dalam pertunjukan, kontribusi dalam buku, dll. Apa hubungannya? Ya itu semua kan bagaimana menyampaikan sesuatu, mengapa aku gak sekalian jadi Public Relation? Atau bidang yang mendekati, CC.

Itu masih diupayakan, dan akan kujalani ketika beasiswa Komunikasiku diterima. Lalu, sambil mengisi waktu, aku sedang berangan kelak memiliki kebun organik di rumah. Aku tertarik membuat Vertikal Garden, memanfaatkan lahan sempit untuk menanam sayuran dan bunga.
Lebih tepatnya pingin punya Kebun Organik, jualan sayur. "Yur, sayuuuur" Eh! Nah, makanya 2 hari ini gorok paralon untuk bikin media tanah secara vertikal. Setidaknya praktik dulu, sambil terus belajar. Lalu, sembari berangan-angan jauh ke depan, ingin bisnis lansekap. Dengan modal pengetahuan mengenai biologi tanaman dan sensifitasku terhadap seni, semoga bisa mewujudkan jadi kenyataan.

Jadi tanaman organikku ini kelak bisa dipindah ke Warung Organik dan kantor lansekapku di Bogor. Bikin rumah di Bogor bagian mana ya enaknya. Yang nggak macet dan gak terlalu terpencil. Dipikirkan nanti saja. Btw, mau ngapain ke jauh ke Bogor, gak ada yang kenal? mending di Depok aja. Ah, iya kan di rumahnya Mas Imam. Hahaha. Siapa itu Mas Imam disebut-sebut terus? Ada deh.

Soalnya nih, sejak hubunganku dengan sama seseorang yang nun jauh di Eropa itu berakhir, aku sudah dikenalin banyak laki-laki oleh teman-temanku, tapi gak ada yg sreg. Niatnya untuk dijodohkan siapa tahu saling cocok. Termasuk Mas Imam juga masuk daftar yang dikenalkan padaku. Aku juga bingung, milih yang bagaimana. Nah, mas Imam itu menurutku yang paling gak macem-macem, anak baik-baik, rajin ibadah, nggak lebai, sederhana, bahkan nggak ngerokok. Pintar dan sepertinya pendiam. Udah gitu, hebatnya sedang kuliah PhD di Eropa, masih seumuran sama aku. Keren kan? Masalahnya Mas Imam belum tentu juga memilihku, soalnya kandidat perempuan yang dikenalkan untuk bakal claon istri ke dia juga banyak. Jadi, bagaimana?

Tenang aja kali Lel, jodoh tak akan tertukar, sudah tertulis di Lauful Mahfud. Tapi, Allah mewajibkan hamba-Nya untuk berusaha dan tidak sombong, makanya tetap harus berdoa untk mendapatkan jodoh yang menentramkan dunia akhirat. Amin.