Kamis, 02 Februari 2012

Seniman is Seniman :D

Apakah itu seniman? Dari asal katanya berarti pelaku seni, atau orang yang punya karya seni. Kadang aku bertanya pada diri sendiri, apakah aku termasuk seniman? Entahlah, aku kadang nggak yakin, karena berkarya tapi tidak kontinyu. Aku coba menghargai diri sendiri dan jujur kalau aku memang punya karya, apa itu? Aku pernah serius belajar teater dan segala perihalnya, terutama akting. Meski baru pentas beberapa kali dibandingkan mereka yang totalitas terjun di sana.

Karena pernah sungguh-sungguh berproses diantara seniman, membuat karya dengan seniman lain, aku boleh mengaku punya ketertarikan dalam seni. Setelah aku ke Jakarta dan menjadi wartawan, aku hampir lupa soal akting. Tapi yang namanya darah seni mungkin tetap mengalir. Selama aku jauh dari lingkungan seniman, aku sering punya ide-ide karya untuk dibuat dalam bentuk video singkat, tapi tidak pernah terwujud, hanya sampai tataran konsep.  Bahkan, soal setting, kostum, dll sudah kubayangkan dengan matang. Lagi-lagi, hanya dalam konsep. Kecuali soal foto, karena lebih mudah medianya, jadi bisa terwujud. Kebetulan ponakanku kuliah multimedia, jadi kami kadang coba-coba pemotretan dengan konsep tertentu di rumah lantai 2. Kebetulan di rumah masku di lantai dua, pembatas luarnya kaca semua dan cukup luas untuk dijadikan 'studio darurat' yang unik karena transparan. Karena rumah di area Kopassus, sering helicopter dan pasukan tentara bernyanyi lewat. Kalau pas pemotretan bersamaan jadwal helicopter lewat, bisa jadi pilotnya lihat kami pemotretan. Studio yang tidak ditemukan di tempat lain. :D

Akhir-akhir ini aku punya rencana untuk buat karya sesuatu, dengan seorang kawan pelaku seni juga. Yang aku pasang di profil picture. Dia teman seangkatanku beasiswa Actor Studio Garasi 2007. Dulu pernah pentas bareng dan tentu saja berproses bareng. Dia lulusan Teologi Kristen, kini menjadi pendeta, mendampingi gereja di Jawa Timur, kami hampir 3 tahun tidak bertemu. Tapi namanya darah seni, mungkin nggak bisa dihentikan mengalir, we are trying to do something, meski jarah jauh.

Sebenarnya untuk apa sih melakukan itu semua? Untuk apa berkarya? Akupun saat ini belum menemukan jawaban yang memuaskan. Ini semacam pertanyaan, untuk apa seseorang menanam bunga, untuk apa seseorang membuat puisi, untuk apa seseorang menghias jok mobil, untuk apa seseorang koleksi pespa, untuk apa memilih batik, dsb. Passion atau hasrat terhadap sesuatu kadang pemenuhannya sulit dijelaskan.

Semacam seseorang yang memiliki passion dalam memasak. Itu bukan persoalan memenuhi kebutuhan lapar, mengolah bahan dan bumbu bukan semata untuk dimakan, tapi semacam meningkatkan daya tertentu dari kedalaman saat meraciknya. Seperti perasaan seniman saat memahat patung, saat perupa memilih bahan dasar, saat aktor improvisasi bloking, saat penyair menyusun diksi, saat teknisi mempertemukan hukum-hukum fisika, saat ilmuwan sibuk membuktikan hipotesis, dan saat wartawan memilih judul. Begitulah.

Jalan tiap orang lain-lain, menurutku siapapun yang sungguh-sungguh menekuni pilihannya, semua itu baik. Ada orang yang sejak dini fokus ke suatu bidang dan kini sudah sampai di titik matang. Sedangkan aku, termasuk yang sulit fokus. Tapi manusia bisa belajar dan berubah, termasuk aku untuk belajar lebih fokus. Idolaku Pak Dahlan Iskan pernah bilang, beliau tidak punya cita-cita (khusus), jadi saat meraih suatu hal dan banyak hambatan, beliau tidak akan bersikukuh nambrak hambatan itu. Tapi segera beralih fokus dan melakukan sebaik-baiknya yang dia bisa. Mungkin selama ini aku termasuk yang begitu. Tapi lain waktu, mungkin aku akan coba berani menabrak hambatan, jika itu demi kebaikan.

Sekian waktu lalu, aku bikin Plan A, B, C. Plan A tidak terwujud (atau mungkin tertunda). Maka sampailah aku pada plan B. Saat ini aku punya komitmen terhadap diri sendiri untuk mencari jalan mengaplikasikan ilmu Biologi yang kuperoleh di bangku kuliah. Aku ingin sekali Allah mengabulkan cita-citaku, kuliah master biologi aplikatif sesegera mungkin dan menyelesaikan dengan baik. Aku tidak punya cukup uang untuk membiayai kuliah itu. Mahal. Jadi, aku harus berusaha keras mencari sponsor dan beasiswa. Cari dimana ya? Hwaaa. Semoga sungguh nanti aku menemukan jalan. Kuliah ini penting buatku, karena itu akan berpengaruh terhadap jalan kehidupanku mendatang. Ini menjadi fokus utamaku di atas yang lain-lain. Namun, karena darah seni terus mengalir, aku harus mengalirkannya ke dalam bentuk karya tertentu. Aku hanya perlu mengolahnya agar ini tidak menjadi pengganggu fokus utamaku, tidak menjadi penghalang cita-cita utamaku, justru mustinya menjadi energi yang mendukung dan mencerahkan hidup. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar