Rabu, 28 Desember 2011

Akhirnya Kutulis Tentang Jilbab

Sebenarnya bicara soal jilbab adalah hal yang ingin kutunda. Khawatir bikin kisruh. Yang sudah-sudah, hanya akan memecah hubungan pertemanan yang hangat. Mereka seringkali tidak sepakat dengan yang kuyakini, meremehkan pilihanku, dan kesimpulannya aku tidak perlu membela diri. 

Seringkali teman-teman menulis pesan menanyakan soal aku kenapa gak pakai jilbab. Dan seringkali tidak kujawab, kalaupun kujawab kadang dengan jawaban yang sekenanya agar tidak perlu diskusi yang terlalu serius.

Jika boleh jujur, (saat ini) aku lebih nyaman tidak pakai jilbab, karena aku merasa lebih nyaman menghadirkan diri sebagai manusia universal, tanpa mengenakan simbol agama. Seandainya aku terlahir kristen atau katolik, mungkin aku termasuk penganut taat, namun memilih tidak menggunakan kalung salib, semacam itu.

Tidak ada yang salah dengan simbol-simbol tersebut.  Ini hanya soal aku yang ingin jujur terhadap diri sendiri. Aku juga tidak sedang mengajak diskusi soal "dasar hukum jilbab dalam Islam". Aku dulu berjilbab, bahkan sejak kecil, hingga memutuskan untuk tidak pakai telah melewati semacam pemikiran yang mendalam, sudah membaca banyak tafsir soal jilbab, sampailah pada seperti yang kuyakini saat ini. Bagiku keyakinan itu sakral, bukan sesuatu yang bisa buat main-main, bukan juga sesuatu yang dipaksakan, apalagi diolok-olok.

Aku menghormati mereka yang meyakini kewajiban jilbab dan paham bagaimana mereka merasa berdosa jika membuka jilbab di tempat umum atau di hadapan non mahrom. Juga, tidak ada yang salah bagi mereka yang meyakini jilbab sebagai suatu kewajiban. Aku pernah dalam posisi itu, meyakini jilbab sebagai keharusan. Karena itu, saat itu aku juga pernah mendorong 2 orang teman untuk memakai jilbab dan bahkan mereka pakai jilbab hingga sekarang. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan soal aku sekarang. Itu hak mereka mau menilaiku seperti apa. Hanya saja aku juga tak ingin dikatakan munafik. Aku berusaha menyelaraskan antara hati, perkataan, dan perbuatan. Kalau saat itu aku mendorong 2 temanku untuk memakai jilbab, itu karena saat itu aku juga meyakini demikian dan mengamalkan. Jika saat ini aku tidak pakai karena keyakinanku soal jilbab telah bergeser, aku juga tidak akan mendorong siapapun untuk pakai jilbab. Tidak juga menghalangi mereka yang hendak atau telah pakai jilbab. Aku tidak anti jilbab, aku juga kadang-kadang pakai jilbab saat acara tertentu.

Seorang teman berpendapat, muslimah tak berjibab sama seperti seorang yang mengaku Islam tapi tidak shalat. Menurutku itu pendapat yang gegabah. Keyakinan tentang jilbab tidak bisa disamakan dengan keyakinan tentang Shalat. Dalam konteks diriku, aku begitu mudah untuk meyakini shalat dengan segala aturan gerakannya sebagai suatu kewajiban yang tak bisa ditawar. Begitu juga implikasi shalat, aku yakin jika seseorang shalat secara benar dan khusuk (memahami betul maksud bacaan, menghayati gerakan, dan sungguh-sungguh hadir sebagai hamba di hadapan Tuhan), sungguh akan membuatnya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Aku sangat sepakat, shalat itu meditasi jiwa dan raga. Jika seseorang merasa sudah rajin shalat, namun kehidupannya masih grasa grusu, hambar, banyak mengeluh, tak tenteram dan tidak menentramkan, aku sepakat bahwa orang tersebut perlu introspeksi kualitas shalatnya.

Soal pakaian, aku paham sebagian besar masyarakat di sini akan lebih setuju perempuan memakai jilbab. Aku lebih setuju jika perempuan didorong untuk mengenakan pakaian sopan, baik berjilbab ataupun tidak, inti penekanannya pada sopan. Syukur bisa tampil cantik yang elegan. Pakaian sopan? Seperti apakah itu? Batasan pakaian sopan memang luas, tapi kita bisa bertanya pada hati masing-masing. Jika hati kita mengatakan berlebihan, jujurlah pakaian itu memang sudah berlebihan.

Berjilbab pun demikian, kalau kita berjilbab dan direpotkan dengan pernak pernik ataupun properti yang berlebihan, jujurlah bahwa itu memang berlebihan dan menggeser tujuan sakral jilbab sebagai ibadah. Juga, tidak perlu merasa lebih beriman dibanding mereka yang tidak pakai jilbab. Berjilbab itu baik dan mereka yang tidak memakai jilbab bukan berarti tidak baik.

Jika Anda tidak sependapat denganku soal jilbab atau soal pakaian, percayalah itu bukan hal perlu diperbesar. Aku masih meyakini hukum jilbab adalah soal yang bisa diperdebatkan di kalangan ahli tafsir. Yang berbeda tidak perlu diruncingkan perbedaannya. Yakinilah apa yang sudah Anda yakini selama ini dengan tenang. Jika masih dalam tahap mencari, di era dunia yang kian terbuka seperti ini, banyak sekali sumber yang bisa diakses untuk mendapatkan jawaban. Akan lebih baik jika kita fokus memperbaiki diri dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Hayatilah agama dengan lebih luas dan jujur.

Akhir Desember 2011
Renungan Akhir Tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar