Rabu, 09 November 2011

Melancholic Thing

Akhir-akhir ini aku sedang suka mengenang hal-hal yang pernah sebentar kumiliki, namun tak bisa kembali. Namanya kenangan, tentu saja tak bisa kembali.

Tentang harapan ke Maseki, tentang perhatian kecil Massanto, juga perhatian kecil mamanya Massanto.
Suatu kali saat Massanto mau berangkat ke Jerman, dia berangkat dari bandara Adi Sucipto Jogja, sama mamanya ke bandara Soekarno-Hatta (Soe-ta). Aku ingin lihat kepergiannya, jadi aku ke bandara Soeta, namun ternyata aku terlambat, sampai bandara, Massanto sudah masuk pesawat dan tidak bisa keluar lagi. Aku ketemu mamanya, budhe, dan sepupunya. Mamanya baik banget sama aku.

Lalu aku dan mamanya saling berpisah mau pulang. Mamanya, budhe, dan sepupunya menuju bis yang membawa mereka ke Bandung (rumah budhenya), aku menuju tempat tunggu bis Damri. tak lama kemudian mamanya sms, memastikan aku sudah naik bis Damri atau belum, beliau menghawatirkan aku yang pulang malam sendirian naik bis. Berhubung ternyata bisku lama, aku masih menunggu bis sendirian. Terima sms itu, tiba-tiba air mataku jatuh.  Lalu nangis terisak sampai tisuku habis. Karena di sana banyak orang, aku malu kalau ketahuan menangis, maka aku minggir ke dekat tong sampah, duduk sembari menangis, menghadap ke suatu tempat yang kira-kira orang-orang nggak lihat wajahku berleleran air mata. Lalu, ada bapak-bapak yang mendekat memberi tisu. Ternyata,ada juga orang asing yang lihat aku nangis. Duh! jadi malu. Aku nangis karena terharu, karena mamanya yang mengkhawatirkan aku pulang malam sendirian, bukan karena nggak ketemu Massanto. Hihihi. Aku terharu karena aku lupa kapan terakhir, ada orang yang menghawatirkan aku pulang. Ih, aku memang mudah terharu :-p.

saat it aku berpikir, betapa beruntungnya punya calon mertua yang baik. Kelak kalau aku melahirkan dan punya bayi, ibuku tak ada, pasti ibu ini akan tulus membantu merawat anakku. Aku nggak paham soal bayi, terbayang betapa repotnya mengurus bayi untuk seorang newbe mother. hwaaa, kok mikirnya jauh amat ya. Qiqiqi.

Nah, sekarang hubunganku dengan Massanto sudah bubar, mamanya nggak jadi mertuaku deh. Ya sudah gpp, semoga aku kelak mendapatkan mertua yang minimal sebaik mamanya Massanto. :-p

Note :
Aku baru ketemu mamanya Massanto 3 kali, tapi aku yakin beliau seorang ibu yang baik dan bijak. God bless you, Ibu Retno. :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar